16

13.9K 1.7K 25
                                    

Typo bertebaran~
Happy Reading!

Typo bertebaran~Happy Reading!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

.
.
.

PRANG!

Haechan menepis mangkuk yang sudah kosong itu dari tangan Mark menggunakan sebelah tangannya. Dia sudah muak dengan kata-kata lelaki beralis camar tersebut.

"Cukup, Mark-ssi! Hentikan semua omong kosongmu itu! Jangan pernah membawa-bawa nama mendiang orang tuaku... A-aku... Hiks hiks...", pertahanan Haechan kembali runtuh seketika. Mark sangat tahu bahwa lelaki manis itu sangat bimbang dan membutuhkan banyak waktu untuk berpikir. Maka, setelah membereskan kekacauan tadi, Mark pun memilih untuk segera pergi dari ruang rawat Haechan.

"Haechan-ah, aku mohon kembalilah ke sisiku... Aku masih sangat-sangat mencintaimu... Tidak peduli seberapa lama aku harus menunggu...", lirih Mark yang  masih dapat didengar oleh Haechan sebelum menutup pintu secara perlahan.

Haechan kembali menangis dengan perasaan yang campur aduk. Ini adalah tekanan terberat dalam hidupnya. Yang mana yang harus dia pilih? Jika dia memilih, apakah pilihannya itu sudah benar atau tidak? Haechan benar-benar tidak tahu.

"Kenapa hidupku harus seperti ini? Kenapa di setiap permainan, akulah yang selalu kalah?", gumamnya memilukan.

"Kenapa hidupku harus seperti ini? Kenapa di setiap permainan, akulah yang selalu kalah?", gumamnya memilukan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Renjun menyilangkan tangannya di depan dada sambil bersandar di tembok. Dia memperhatikan Jaemin dengan pandangan menuntut.

"Kau berhutang penjelasan kepadaku. Katakan! Kenapa laki-laki yang mulai menjadi pelanggan tetap Cafe ini bisa mengenalmu, hm?", tanya Renjun.

"Renjun-ah... Aku kan sudah pernah mengatakannya kepadamu, awalnya dia hanya membutuhkan teman mengobrol dan mengajakku berkenalan. Itu saja. Dan sudah ku katakan pula bahwa namanya adalah Hwang Hyunjin!", tukas Jaemin.

"Terserah...", Renjun memutar bola matanya bosan. "Lalu kenapa kau menghindarinya? Sudah dua kali dia memohon-mohon kepadaku untuk menemuimu. Tapi, sesuai dengan permintaanmu, aku mengatakan bahwa kau sedang cuti", lanjutnya.

"Renjun-ah~ Aku benar-benar tidak bisa mengatakan secara detail kepadamu saat ini juga. Tapi, aku berjanji akan mengatakannya lain kali". Jaemin mulai merengek dengan ekspresi memelas andalannya. Mau tak mau, Renjun hanya bisa menghela napas pasrah.

PSYCHO ||NoMin|| ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang