02

37.6K 3.5K 169
                                    

Typo bertebaran~
Don't like, don't read!

Typo bertebaran~Don't like, don't read!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

.
.
.

Beberapa hari terlewat, Jaemin tampak lesu saat Renjun menangkap ekspresinya di tempat kerja. Saat ini sudah pukul 09.12 PM KST, dan pelanggan Cafe tidak terlalu ramai malam ini. Renjun menghampiri Jaemin yang sedang mengelap meja dengan ekspresi muram.

"Ada apa denganmu?", tanya Renjun khawatir. Jaemin pun terkejut karena dia baru saja melamun.

Renjun memilih duduk di kursi yang mejanya sedang Jaemin lap itu. Sekadar informasi bahwa Cafe ini milik paman Renjun. Jadi Renjun sebenarnya bebas melakukan apapun di Cafe tersebut, namun Renjun masih tahu diri dan sopan-santun terhadap pamannya. Mungkin mengobrol sebentar tidak jadi masalah.

"Katakan, Jaemin-ah. Kita adalah teman sejak kau pertama kali menginjakkan tempatmu di sini satu tahun yang lalu", ucapnya lembut. Jaemin pun menghela napas dan duduk di hadapan Renjun. Dengan perlahan, Jaemin mencondongkan tubuhnya ke depan dan berkata dengan lirih.

"Kau tahu? Akhir-akhir ini aku... tidak bisa beraktivitas dengan tenang". Jaemin tampak tersendat oleh kata-katanya dan merasa ragu untuk menceritakan lebih lanjut kepada Renjun.

"Maksudmu, tentang penguntit itu?", tanya Renjun hati-hati. Jaemin pun mengangguk lesu.

"Iya... Sudah sekitar satu minggu ini dia mengikutiku sepulang bekerja dari Cafe ini. Aku jadi was-was saat berjalan pulang ke flatku, Renjun-ah. Di sana cukup sepi jika sudah larut malam".

"Jadi, dia masih sering mengikutimu?", ucap Renjun terkejut.

"Setiap malam", jawab Jaemin cepat. Renjun pun berdecak kesal.

"Kenapa kau tidak bilang kalau dia mengikutimu setiap malam? Aku kan sudah pernah menawarkan kepadamu bahwa aku akan mengantarkanmu pulang".

"Tidak, tidak, Renjun-ah! Kau tidak perlu mengantarkanku pulang karena rumahmu bahkan berlawanan arah dengan flatku. Lagipula, aku tidak ingin kau kenapa-napa...", ungkap Jaemin yang melirih di akhir kalimatnya. Renjun pun mengacak-acak rambutnya sembari mengerang frustrasi.

"Tapi, aku tidak bisa membiarkan temanku sendiri dalam bahaya, Jaemin-ah! Kau tahu, aku... aku sudah menganggapmu seperti adikku sendiri dan... dan... bagaimana bisa aku membiarkanmu tidak mendapatkan perlindungan?".

"Tidak, Renjun-ah. Sudah banyak hal yang kau lakukan untukku. Aku tidak ingin selalu merepotkanmu", ucap Jaemin tulus sambil menggenggam kedua tangan Renjun yang berada di atas meja. "Terima kasih", lanjutnya.

"Ah~ Jaemin-ah, aku jadi ingin memelukmu~", ucap Renjun kemudian.

"Ekhm, ekhm! Maaf, sepertinya lantai di sini sedikit basah". Suara itu menghentikan interaksi di antara Jaemin dan Renjun.

"O-oh, Jeno-ssi. Silakan, jika kau ingin mengepel lantainya", kata Jaemin salah tingkah.

"Baiklah, terima kasih", jawab suara itu yang tak lain dan tak bukan adalah Jeno.

PSYCHO ||NoMin|| ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang