04

28.1K 3.1K 483
                                    

Membaca work ini gak ribet loh, hanya bermodalkan vote & comment :)
Kalo gak suka, jangan baca!

Membaca work ini gak ribet loh, hanya bermodalkan vote & comment :)Kalo gak suka, jangan baca!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

.
.
.

"Tentu tidak kan, Jaemin-ssi?", potong Jeno. Jaemin pun mengangguk pelan.

"I-iya..."

Di tengah keheningan itu, tiba-tiba saja Jeno tertawa pelan, membuat Jaemin tidak tahan untuk bertanya tentang apa yang pria itu tertawakan.

"Ekspresimu tadi sangat menggemaskan, Jaemin-ssi", jawab Jeno. Jaemin masih belum paham dengan maksudnya, sehingga Jeno pun menghentikan tawanya dan membenarkan letak kecamatanya sejenak. "Kau terlalu menanggapinya dengan serius, Jaemin-ssi. Aku tidak bermaksud untuk menakut-nakutimu. Dan yang tadi pagi itu bukanlah hal yang serius. Maksudku, yang sebenarnya mengangkat teleponmu itu adalah sepupuku. Dia memang sangat usil terhadap orang-orang baru", jelasnya.

"B-benarkah aku... terlalu serius? Ahahaha...", ucap Jaemin sambil menggaruk tengkuknya dengan canggung. Dia merasa malu sekaligus senang. Malu karena Jeno menertawakan ekspresinya, dan senang karena bisa membuat Jeno tertawa. Jarang-jarang lelaki itu tertawa lepas. "Tapi, Jeno-ssi, aku juga mendengar suara gaduh sebelum sambungan telepon terputus. Suara apa itu?", lanjutnya.

Dengan santai Jeno merogoh saku celananya dan menunjukkan ponselnya di hadapan Jaemin.

"Dia cukup ceroboh dan menjatuhkan ponselku hingga retak. Alhasil, mau tidak mau aku harus menguras tabunganku sendiri dan juga tabungannya sebagai ganti rugi untuk membeli ponsel baru. Dan itulah sebabnya kau tidak bisa menghubungiku pasca kejadian itu. Ck, mengingatnya saja membuatku kembali emosi". Jeno berdecak pelan. Sedangkan Jaemin mengangguk-angguk mengerti. Mereka pun melanjutkan acara makan yang tertunda.

Renjun menjitak kepala pria manis yang duduk memunggunginya sambil asyik menonton siaran berita di televisi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Renjun menjitak kepala pria manis yang duduk memunggunginya sambil asyik menonton siaran berita di televisi. Mau tidak mau, pria manis itu mengaduh dan meringis kesakitan.

"Enak sekali kau, ya?! Pamanku membayarmu untuk bekerja, bukan malah bersantai di depan televisi!", sembur Renjun sambil berkacak pinggang. Lelaki di hadapan Renjun itu hanya mengerucutkan bibirnya sambil masih mengelus kepalanya.

PSYCHO ||NoMin|| ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang