08

20.2K 2.3K 134
                                    

100 votes, auto up!
Happy reading~

100 votes, auto up!Happy reading~

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

.
.
.

Chenle termenung sore itu. Dia masih tidak habis pikir sekaligus penasaran terhadap kelanjutan dari perkataan Jeno. Dia sangat ingin tahu jawabannya, namun lelaki berhidung mancung itu tidak mengatakan apapun lagi dan segera pergi ke kamar mandi.

"Huft, semoga saja Jeno-hyung bisa memegang janjinya", gumamnya sambil mengelus sayang surai kelam di hadapannya.

"Jisung-ah, kapan kau akan bangun?", lirihnya kemudian. "Aku sudah bertemu dengan penyelamatmu, seseorang yang Jeno-hyung sebut sebagai bunny". Chenle tertawa dengan perkataannya itu. Namun, hanya suara denting jarum jam, elektrokardiogram, dan deru napas yang stabil yang memenuhi kesunyian di dalam ruangan itu. Chenle hanya bisa tertawa dengan kebodohannya yang berbicara sendirian itu.

"Aku... merindukanmu". Setelahnya Chenle hanya menangis tersedu-sedu.

Haechan baru saja ingin beristirahat sejenak di ruang ganti khusus karyawan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Haechan baru saja ingin beristirahat sejenak di ruang ganti khusus karyawan. Biasanya tidak ada karyawan lain yang akan menempati ruangan itu karena mereka semua lebih suka beristirahat di dapur. Namun, sepertinya hal itu akan berubah mulai saat ini. Pasalnya, di dalam ruangan tersebut sudah ada orang lain selain dirinya. Haechan hanya mendengus kecil dan hendak memutar balik badannya.

"Kenapa?", tanya suara yang tak lain adalah Mark itu. "Kau takut jika berada satu ruangan denganku?". Mark berujar remeh, membuat Haechan mengurungkan niatnya untuk keluar dari ruangan tersebut.

"Untuk apa aku takut kepadamu, Mark-ssi? Sangat tidak masuk akal", cibirnya. Mark hanya mengendikkan bahunya.

"Bisa saja kau takut akan jatuh cinta lagi kepadaku, mungkin".

"Omong kosong!", decih Haechan. "Jangan membawa-bawa masa lalu, Mark-ssi. Saat ini status kita hanyalah dua orang asing, tidak lebih".

"Koreksi! Kita musuh". Mark terkekeh menyebalkan bagi telinga Haechan.

"Apa maumu?! Kau ingin menantangku?", tanya Haechan mulai emosi. Mark menghentikan tawanya dan menatap Haechan dengan serius.

"Justru aku yang seharusnya bertanya seperti itu", ucap Mark dengan tenang. "Apa maumu? Bukankah kau yang memutuskan hubungan kita terlebih dahulu tanpa alasan yang jelas? Kau menghilang tanpa kabar sejak hari kelulusan kita".

PSYCHO ||NoMin|| ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang