Typo bertebaran~
Happy reading!
.
.
."Ada apa denganmu? Apakah sesuatu telah terjadi?", tanya Jeno yang langsung membuat Mark bungkam.
"Ya...", lirih Mark sembari mencoba mengumpulkan keberaniannya.
"Katakan!", sergah Jeno.
"B-begini Tuan, bocah yang kita pantau belakangan ini... menghilang", ucap Mark susah payah.
"Apa? Bagaimana bisa dia menghilang? Bocah itu terlalu lugu dan lemah untuk mengetahui keberadaan kita. Tidak mungkin kan dia melarikan diri?". Jeno mendudukkan dirinya di shofa sambil menyilangkan kakinya dengan elegan.
"Ya... Tapi ku rasa, bukan bocah itu yang menyadari keberadaan kita. Melainkan Hwang Hyunjin sendiri, Tuan", jawab Mark agak ragu.
"Apa?! Bajingan itu telah mengetahui rencana kita?!". Jeno mengatupkan rahangnya rapat-rapat. "Kurang ajar!", geramnya kemudian.
"Aku akan segera melacak lokasi terbaru dari bocah itu, Tuan. Anda jangan khawatir!", sergah Mark yang tak ingin Tuan-nya marah.
"Baiklah. Ku tunggu informasi terbaru darimu".
"Dengan segera, Tuan Jeno!".
Setelahnya tidak ada lagi percakapan di antara mereka berdua. Di sisi lain, Chenle hanya terdiam di balik tembok.
Haechan menatap nanar celengan kecil berbentuk babi di genggamannya. Ini adalah tabungan yang sudah dia kumpulkan selama lima tahun terakhir. Ya, uang gajinya dari Hyunjin yang masih tersisa setelah dikurangi kebutuhan sehari-hari dan rencananya akan Haechan gunakan di saat keadaannya mendesak, seperti saat ini.
"Aku... tidak ada pilihan lagi. Semoga pengorbananku ini tidak sia-sia". Setelahnya, Haechan menghancurkan celengan tersebut dan menghitung uang tabungannya. "Mungkin ini akan cukup. Hanya ini yang bisa ku lakukan sebelum pergi...", gumamnya pelan.
KAMU SEDANG MEMBACA
PSYCHO ||NoMin|| ✔️
Fanfiction[COMPLETED] Karena cinta, obsesi, dan kegilaan itu hanya berbeda tipis. =================================== ⚠️ Warning ⚠️ ➡️ BXB || GAY || YAOI ➡️ Jeno X Jaemin ➡️ Don't like, don't read!