Segalanya tentangmu, aku kerap tersipu.
》¤《
Pagi itu di hari libur, Tiya mengunjungi rumahku. Kupikir dia hendak main, tetapi kunjungannya tidak lain mengajakku pergi ke rumah Dahayu. Jelas saja aku kaget, kenapa dia tiba-tiba mengajakku ke sana? Saat kutanya Tiya hanya menjawab, "Kau mau lebih dekat dengan Damar, bukan?"Aku terlonjak. Apa maksudnya coba?!
"Gini, nanti kujelaskan semuanya di jalan."
Tiya seperti bisa membaca pikiranku, menjanjikan penjalasan itu. Tanpa sabar menunggu jawaban dariku, dia sudah menarik lenganku duluan. Aku pasrah saja saat dia memakaikanku helm berlogo Yamaap dan menyuruhku segera duduk manis di jok belakangnya.
Omong-omong soal helm, menyebalkan sekali! Lihatlah, Tiya mengenakan helm yang sedang tren saat ini, sementara aku dikasih helm kuno. Kunamakan helm kuno karena jarang sekali remaja seusiaku memakainya.
"Kutagih penjelasanmu sekarang, Ti!" Aku memajukan kepala sedikit ke depan, menunggu tak sabar jawaban dari Tiya
"Kaumau melanggar peraturan lalu lintas, Pengendara harus fokus mengendarai, kamu mau kita ditilang polisi!" Tiya berseru.
Aku manyun. Tadi saja dia berjanji akan menjelaskan semuanya di jalan, setelah kutagih, dia malah marah-marah. Dasar menyebalkan!
**
Satu kali lagi belokkan, maka kami telah sampai di komplek Permata Indah yang bertempat di jalan Tentara Pelajar. Kami pernah satu kali diajak main ke rumahnya, maka kami seharusnya tidak perlu lagi bertanya di mana rumah gadis cantik itu. Namun, yang membuatku bingung, Tiya berhenti di depan sebuah rumah ber-cat biru muda berlantai dua. Itu jelas bukan rumah Dahayu.
"Kaulupa rumah Dahayu, Ti? Aku masih ingat, bukan ini rumahnya!" Aku hendak menarik Tiya kembali ke motor, tetapi dia menahan tanganku.
"Nanti juga kau tahu maksudku." Tiya mengedipkan sebelah matanya kemudian menyuruhku tetap tinggal.
"Permisi!" Tiya berjinjit berusaha mengalahkan ketinggian pagar besi tertutup yang tingginya enam sentimeter dari kepala Tiya. "Permisi! Ada orang tidak?"
Aku hanya diam memperhatikan Tiya, sebenarnya apa sih yang dia rencanakan? Kenapa belakangan ini dia sering sekali membuatku penasaran. Setelah untuk yang kesekian kalinya Tiya berseru, terdengar langkah kaki mendekat, tak lama kemudian pagar besi itu terbuka.
Tentu saja aku mematung. Kaus hitam bergambar pesisir pantai dipadu potongan celana pendek putih juga rambut ikal yang basah seperti habis di keramas, penampilan yang terkesan sederhana tapi cukup membuatku seperti melihat idola favorite yang berdandan aduhai.
Lihatlah, aduh lihatlah! Wajah ramah yang segar berseri-seri baru saja menyapa kami. Aku diam sesenyap mungkin, sesentipun tak kubiarkan anggota tubuhku bergerak. Pun saat tubuh tinggi menjulang itu mendekat dan bertanya apa yang bisa dibantu, aku hanya diam berharap dia tak menyadari adanya manusia bernama 'Rona' di sini.
"Hai Damar! Sebenarnya kita mau menanyakan rumah Dahayu. Komplek perum di sini sepi sekali, kita mau bertanya pun tidak ada orang yang lewat. Makanya kita memutuskan untuk mengetuk salah satu rumah, eh, ternyata ini rumahmu!"
Tiya menjelaskan dengan apik meskipun dia jelas berbohong. Kami sama-sama tahu di mana letak rumah Dahayu, tetapi anak itu malah bertanya, pada Damar pula! Entah rencana apa yang sedang dipikirkannya, yang pasti kutahu, mengikuti ajakan Tiya saat ini, akan menjadi penyesalanku di hari esok dan esoknya lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dua Hati Satu (Rahasia)
Teen FictionTeruntuk dia di antara surat-surat mungil tak berbalas, bisakah aku merengkuh dengan sebenar-benarnya? Pun, teruntuk kamu yang telah sabar mencintai, maukah jatuh cinta sekali lagi? :: Rona tahu, memu...