08 | Everyone, I want to tell you

162 34 1
                                    

Segalanya, ingin kuberitahukan padamu ... tentang jatuh cinta, harapan, dan patah hati. Ketahuilah, ketiganya seperti rantai yang saling berikatan.

》》¤《《

Kesialanku hari itu diakhiri dengan kedatangan Tiya. Kami mengobrolkan banyak hal bersama Dahayu, tentang idola, dunia medsos, juga planning liburan akhir semester esok lusa. Aku paling hanya bermain-tidur-makan-buang hajat-bermain, semonoton itulah hidupku. Kalau Dahayu kukira tidak perlu membuat rencana, tinggal tetapkan tempat lalu otewe.

Membuat rencana itu hanya untuk orang-orang misqueen dan aku termasuk di dalamnya.

Kami menghabiskan empat jam lebih di rumah Dahayu, siapa pula yang tidak betah? Jika setiap jam suguhan makanan yang super lezat bergantian menemani. Aku bahkan nyaris tidak mau pulang kalau saja tak teringat wajah beringas Mama yang tahu anaknya tak pulang-pulang.

Setelah berbasa-basi sedikit dan berpamitan, kami melenggang. Di perjalanan tak henti Tiya menggodaku atas kejadian tadi siang sebagai hasil dari tingkah menyebalkannya. Dia pikir kerja kerasnya itu akan mendekatkanku dengan Damar, padahal kenyataannya justru sebaliknya. Setelah hari itu, Damar mungkin ilfeel padaku yang terus salting.

"Kenapa deh dari tadi kamu cemberut mulu? Harusnya kamu berterimakasih padaku, loh, Ron," Tiya menghentikan motornya di depan pagar rumahku.

Aku sambil membuka pengait helm menatapnya sebal. "Iya, terimakasih sudah mempermalukanku di depan Damar!"

Dia malah cengengesan, ingin sekali menggampar mulutnya.

"Haha! Yang pertama mungkin gagal, tapi yang kedua kujamin akan berhasil, Ron."

Tiya melenggang pulang setelah menerima sodoran helm dariku. Sudahlah, aku tidak peduli dengan apa yang akan Tiya lakukan lagi, karena kutahu semuanya kan berakhir sama. Aku yang kembali patah, dan patah lagi. Kemudian karena setitik harapan yang menggiurkan, membuatku kembali jatuh dan jatuh lagi.

Suatu saat kuanggap itu sebagai kebiasaan baru dalam hidupku.

**

Semester ganjil di tahun pertama sekolah menengah atas sudah selesai kami tempuh. Dan liburan pun tiba, waktu yang dinanti juga dielu-elukan semua pelajar di dunia. Seperti yang sudah kuduga, Juara pertama di kelas kami adalah Sahabat terbaikku- Aryan Aryasatya. Dia tidak hanya mendapatkan juara kelas, tetapi juga juara umum diraihnya. Sungguh, aku kagum sekali meskipun sedikit jengkel. Setelah ini, mama pasti akan membandingkan peringkatku yang jauh sekali dengannya. Aku ranking 10, setidaknya masuk sepuluh besar, di iatasku selisih empat, Tiya meraih peringkat 6 sementara diatasnya lagi, selisih 8, Dahayu masuk tiga besar.

Selain cantik, dia juga pintar. Semakin iri-lah aku padanya.

Kami tidak lama di sekolah, setelah semua raport dibagikan, kami dipersilakan pulang.

"Kautunggu di sini." Aryan menyampirkan jaket di pundakku, setelah itu dia melenggang menuju parkiran. Walaupun kami mengenakan sepeda, tetap saja satpam menyuruh menyimpannya di parkiran bukan di halaman sekolah.

Aku duduk di teras pos dekat gerbang, di sampingku ada anak-anak kelas sebelas yang sedang menunggu jemputan. Aku tersenyum ramah sebagai sikap menghargai kakak kelas.

Dua Hati Satu (Rahasia)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang