01. The Selection

2.3K 416 23
                                    

Saat umurnya 6 tahun, Katie ingat ia berada di pundak ayahnya menatap takjub pada parade perayaan Hari Natal yang dilakukan oleh pihak Kerajaan di perbatasan kota, pawai yang meriah dengan iring-iringan kuda yang megah dan prajurit berseragam khas...

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Saat umurnya 6 tahun, Katie ingat ia berada di pundak ayahnya menatap takjub pada parade perayaan Hari Natal yang dilakukan oleh pihak Kerajaan di perbatasan kota, pawai yang meriah dengan iring-iringan kuda yang megah dan prajurit berseragam khas kerajaan. Taburan bunga bertebaran sepanjang jalan menyambut keluarga kerajaan yang ikut merayakan dan duduk dengan sangat mengagumkan di atas kereta kudanya masing-masing.

Sangat menawan satu sama lainnyaㅡterlebih karena mereka terlihat sangat bersih berbeda dengan Katie yang bahkan untuk membersihkan diri dengan air bersih saja begitu sulit. Diingatan Katie, saat itu sangatlah menyenangkan. Sorakan dari setiap orang yang menyambut dan bagaimana sang Ratu yang mengenakan gaun paling indah yang pernah Katie lihat sepanjang Katie hidupㅡdengan anggunnya melambai, tersenyum sangat ramah pada orang-orang yang menonton sepanjang jalan parade dilakukan. Katie rasa akan sangat menyenangkan duduk di kereta kuda itu dan melambai seperti ituㅡmengenakan gaun seindah itu dan mandi dengan air bersih kapanpun ia mau.

Tapi jangankan untuk berada di kereta itu, hari itu bahkan menjadi hari pertama dan terakhir Katie menginjakan kakinya di perbatasan kota karena memang jarak yang cukup jauh dari desa di mana Katie tinggal membuat kedua orang tuanya memilih untuk tidak membawa Katie ke sana setiap tahun. Cukup sekali, begitu kata mereka. Lagipula masih banyak hal yang lebih penting yang harus dilakukan keluarga Katie seperti berburu makanan setiap harinya di hutan untuk bertahan hidup.

"Kamu ikut?" Markㅡsi pria freak itu duduk di samping Katie menyimpan busur panahnya setelah satu anak panahnya meleset tidak mengenai ayam liar beberapa meter di depan yang sempat jadi targetnya. Dia tak begitu peduli dengan kegagalannya menangkap ayam liar itu makanya dia terlihat biasa saja dan hanya duduk santai di samping Katie yang memang tidak sedang dalam keadaan ingin berburu.

"Apa?"

"Seleksi menjadi anggota kerajaan sialan itu." Sepersekian detik Katie melihat Mark lantas terkekeh mendengar nada tak suka pria itu terhadap hal berbau kerajaan. Mark memang sedikit sensi masalah kerajaan sejak ayahnya meninggal saat bekerja sebagai buruh harian lepas di dekat kerajaan tapi dibiarkan begitu saja seperti sampah oleh para prajurit.

Katie paham makanya ia tak menceritakan masalah mamanya yang memaksa Katie untuk ikut seleksi minggu lalu. "Bagaimana kabarmu,Mark? Lama sepertinya tidak bertemu. Nomor dua baik-baik saja bukan?"

Helaan nafas lolos dari mulut Mark sesaat hanya hening yang menyelimuti keduanya. Semilir angin yang malu-malu menerpaㅡsedikit memberi udara dingin di wajah Katie maupun Mark. Suara aduan daun dan ranting satu sama lain mengisi kekosongan membuat Katie juga ikut diam, termenung sesaat.

"Sudah ku bilang jangan bahas nomor itu, Katie. Manusia tak serendah itu." Senyuman Katie lolos begitu saja mendengar ucapan Mark. Mark si nomor dua. Dia memang tak menyukai identitasnya, tapi Katieㅡmaupun Mark tak bisa mengubah itu. Keadaan memaksa mereka harus melabeli diri mereka dengan nomor. Satu, si mampu dan tangan kiri kerajaan. Dua, si biasa namun mandiri dan si tiga para rakyat jelataㅡseperti Katie.

L E    B A T E L E U RTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang