03. Tarots

1.8K 391 31
                                    

Berkali-kali Katie mencoba untuk tertawa senatural mungkin mendengar perkataan Beckyㅡyang sepertinya merupakan lelucon paling lucu tahun ini bagi para wanita yang lain tapi tidak untuk Katie. Mungkin Katie punya selera humor yang berbeda sehingga rasanya berat sekali untuk tertawa dengan anggun seperti beberapa wanita yang duduk satu meja dengannya dan Becky.

Atau mungkin memang Katie bukan tipikal wanita yang mudah tertawaㅡmungkin, walaupun seingat Katie ia tidak pernah dijuluki hal seperti itu. "Oh bagaimana denganmu miss Katie? Apa yang menjadi keunggulanmu dari wanita-wanita ini?"

Katie menatap Becky dan lima wanita lainnya yang kini menatap Katie secara bersamaan. "Oh ayolah. Kau pasti punya satu keunggulan, bukan? Seperti Miss Natalie seseorang yang berpendidikan, Miss Lily seseorang yang pintar menarikan banyak tarian, Miss Teressa seseorang yang gemar menjait dan menjadi murid dari Lolia Fandecㅡsalah satu perancang gaun terkemuka dan Miss Anne, dia... penyabar. Yeah benar. Itu bagus."

Cara Becky menerangkan satu demi satu wanita di hadapannya yang memang sejak tadi terlihat begitu asik berbagi satu sama lain bagi Katie rasanya seperti seolah-olah pria itu sedang menyombongkan wanita dengan latar belakang bagus seperti ke tiga wanita bernama Natalie, Lily dan Teressa tapi berbeda dengan Anne.

Katie kenal Anne, dia juga dari tiga hanya saja ia tak begitu dekat dengan wanita berparas cantik yang satu ini. Yang Katie ingat Anne begitu populer di kalangan para pria di desanya. Bahkan ada beberapa dari desa nomor dua yang sengaja mendekatinyaㅡsalah satunya Mark.

"Eum.. aku.."

Kumohon, bicara yang benar. Katie membatin saat rasa gugup sialannya itu kembali muncul. Katie melihat pasang mata mereka mencoba menelisikㅡmenerka seperti apa Katie itu. "Aku bisa berburu di hutan."

Mata Becky terlihat melebar beberapa saat setelah Katie mendeklarasikan keahliannya. "Benarkah? Wow, sangat menarik. Kau terdengar sangat.... gentleman."

Katie tidak begitu baik dalam berbahasa lain selain bahasa ibunya, apapun arti gentleman Katie harap itu makna yang baik. Tapi melihat bagaimana reaksi ketiga wanita dan Becky yang tertawa, Katie tak yakin jika itu bermakna cukup baik. "Katie.. maksudku miss Katie sangat terkenal dengan sebutan Le Bateleur di desaku. Dia bisa membaca takdir dengan kartu ajaibnya."

Saat Anne mengintrupsiㅡmemecah kegaduhan yang terjadi di meja, Katie menoleh tak percaya. Kenapa wanita ini mendadak memberikan informasi tentang Katie yang sebenarnya ingin Katie sembunyikan? Gerutu Katie dalam hatinya.

"Oh benarkah miss Katie?" Tanya Becky membuat Katie sejenak terdiamㅡbingung dengan apa yang harus ia katakan. Sesaat Katie menatap Anne yang terlihat tidak merasa bersalah sedikitpun. Katie paham, wanita ini mungkin ingin membuat Katie terlihat lebih baik dari sekedar menjadi wanita dengan keunggulan 'penyabar' sepertinya.

Katie sempat menoleh pada beberapa meja dan melihat ada beberapa pasang mata lain yang menatap ke arahnya juga. Salah satunya seorang pria yangㅡjika saja Katie tidak dalam keadaan setidak enak ini mungkin akan mengagumi wajahnya sejenak tapi sepertinya pria-pria muda di sini sangat menawan mungkin karena mereka bersih dan wangi. Pria itu juga mengenakan pakaian yang terlihat mewah. Sorot matanya tajam menatap pada Katie.

"Miss Katie, kau mendengarku bukan?" Becky mengintrupsi memecah lamunan Katie sedetik kemudian. "Ah maafkan aku. Itu hanya sesuatu yang ku pelajari dari nenek buyutku. Kupikir aku tak perlu mengangkat perihal itu di sini."

Becky menggelengkan kepalanya dengan telunjuknya di hadapan Katie. "Tidak. Kau boleh melakukan apapun yang menurutmu jadi keunggulanmu. Tapi apa aku boleh tahu bagaimana itu?"

Katie menelan air liurnya. "Ijinkan saya mengambil kartunya di tasku."

"Tentu saja. Tapi biarkan pelayan Kelly yang mengambilkannya untukmu."

L E    B A T E L E U RTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang