04. The Party

1.8K 418 45
                                    

"Aku sudah mengatakan kalau aku mengejar pencuri." Katie bersikukuh setiap kali sang pengawal yang menangkapnya dan menyeretnya ke ruangan persegi yang sesak tanpa jendela itu mengajukan pertanyaan yang sama mengenai alasan keberadaan Katie di perkebunan apel.

Saat di kebun tadi, Katie memang tidak mengambil resiko untuk lari. Pertama, ia tidak tahu banyak mengenai area kerajaan, kedua berlari itu melelahkan. Katie rasa ia tak akan dihukum hanya karena berjalan-jalan ke kebun bukan?

"Hey nona, kau mengejar pencuri atau membantu mereka kabur?" Si pengawal yang mengintrogasi Katie sudah cukup lama itu masih bersikukuh juga tidak percaya dengan alasan yang Katie berikan. Rasa-rasa jika menyumpal mulut pria ini bukan hal yang akan merusak imej Katie selama seleksi, ia mungkin sudah melakukannya sejak tadi.

Katie menghembuskan nafasnya kasar hendak melawan kembali tapi gerakan di pintu dan kemunculan pria berseragam hitam dengan beberapa lencana penghargaan menempel di baju seragamnya, pria itu terlihat sedikit menyeramkan dan itu membuat Katie menghentikan niatannya untuk melanjutkan pembicaraannya. Katie melihat pria penjaga si mulut besar itu kemudian berdiri dan membungkuk pada pria yang baru saja datang dan berdiri di ambang pintu.

"Ada apa ini? Kudengar ada masalah." Andai saja Wiennaㅡteman di desanya ada di sini, wanita itu pasti akan menjerit dan langsung jatuh cinta pada pria ini hanya karena mendengar suaranya yang serak dengan tingkahnya yang seolah acuh tak acuh itu. Tipe Wienna sekali. "Lapor tuan muda Isaak, nona ini ditemukan berada di perkebunan apel. Sepertinya hendak melakukan sesuatu yang mencurigakan."

"Sudah kubilang aku melihat pencuri dan mengejarnya." Tegas Katie tak terima. Katie melihat pria yang dipanggil tuan muda Isaak itu menatap Katie beberapa detik dan berdehemㅡmendadak terlihat kaku. "Dimana kau melihat pencuri nona?"

"Aku melihat dia berlari mengendap-ngendap di pekarangan dari arah utara menuju perkebunan pohon apel. Saat aku menangkap basah, dia sedang melempar sesuatu ke tembok pembatas, aku tak tahu jelasnya." Ujar Katie apa adanya.

"Kenapa tidak meminta bantuan para pengawal yang berjaga?"

"Aku tidak melihat satupun pengawal yang berjaga di lantai kamarku berada."

"Di mana kamarmu?"

"Di lantai dua sayap timur."

Saat Katie mengatakan itu, ada jeda yang terjadi. Katie merasa ini teramat sangat canggung sekarang karena tak ada yang memulai percakapan sampai pria itu berdehem untuk kedua kalinya. "Bebaskan saja nona ini!"

Mendengar keputusan yang diberikan Katie merasa lega. Tentu saja berurusan dengan para pengawal ini sejak tadi memang membuat Katie merasa cukup tertekan, ingin tak ingin harus tetap menjelaskan keadaan yang terjadi berulang kali walaupun tetap saja tak dipercaya. Katie pikir pria bernama Isaak ini semacam ketua dari keamanan kerajaan, dia pasti ditunjuk karena punya intuisi dan kecapaan yang bagus. Dia pasti pintar dan tentu saja bijak karena tanpa perlu waktu lama, pria itu sepertinya tahu omonganku itu benar.

"Terima kasih, Tuan."

"Dan satu lagi nona, apa kau tidak tahu bahwa ada peraturan khusus untuk para wanita yang mengikuti seleksi bahwa mereka tidak diperkenankan meninggalkan kamar di malam hari kecuali karena ada acara resmi?" Pertanyaan itu membuat Katie bungkam. Katie tidak tahu itu.

"Siapa pelayanmu?" Imbuhnya lagi yang kemudian dijawab cepat oleh Katie. "Tidak, aku sudah mendengarnya tapi tadi karena situasi genting. Jadi ku harap itu bisa ditolerir sekali ini saja, ku mohon." Katie berujar sedikit berbohong, tidak ingin Kelly dalam keadaan tidak baik karena ulahnya. Iaㅡpria bernama Isaak itu terlihat menghela nafas.

"Antarkan nona ini kembali ke kamarnya."

"Baik, tuan."

-

L E    B A T E L E U RTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang