Katie menelan ludahnya susah payah. Untuk beberapa alasan ia ingin pergi dari tempat iniㅡlari sejauh mungkin dari Istana megah ini, melupakan setiap hal yang sudah ia lalui dan menaruh setiap harapan yang ia dambakan begitu saja. Buang saja seperti membuang mantan kekasih yang berselingkuh.
Hasil pengumuman tadi pagi yang tentu saja membuat Katie tak senang sedikitpun masih bersarang begitu lekat di kepala. Katie tak tahu apa yang sedang terjadi, bagaimana bisa ia masih diizinkan lolos ke tahap sejauh ini saat hubungan keluarga Katie yang buruk dengan kerajaan?
Ini rumit. Lebih rumit dari apapun itu.
"Kau baik-baik saja nona Katie? Ku dengar kau sakit." Suara baritone yang menenangkannya milik Pangeran Jules menyapa pendengaran Katie. Menenangkan dan menegangkan dalam satu waktu. Katie menghela nafasnya dan tersenyum kecil. "Maaf karena membuat keributan. Saya tidak tahu bahwa berita sakit saya bisa sampai ke telinga anda, yang mulia."
"Para wanita yang sedang mengikuti seleksi menjadi salah satu prioritas kerajaan. Tentu saja hal seperti itu harus selalu ada kabar." Jules kembali menyunggingkan senyumannya yang manis dilengkapi dengan lesung pipinya yang dalam. Saat keheningan menyelimuti beberapa detik kemudian, Pangeran Jules meraih cangkir tehnya dan menyeruputnya beberapa kali. Katie masih tidak tahu dari mana ia harus memulai percakapan, ia bukan tidak punya topik tapi karena di kepala Katie sudah terlalu banyak hal yang jadi pertanyaan membuat ia tidak tahu harus memilih yang mana pertanyaan yang harus ia tanyakan saat ini.
"Boleh aku bertanya keseharianmu di rumah kelaurgamu, Nona?" Katie tersenyum kecil menyimak pertanyaan pangeran Jules.
"Keseharianku berburu di hutan, yang mulia. Tidak banyak hal menyenangkan yang bisa saya lakukan di tengah kehidupan keluargaku yang hampir menemui kematian setiap harinya." Ingatan Katie saat menceritakan kehidupan keluarganya atau kesehariannya di Tiga ㅡhampir setiap saat akan berputar dengan cepat menggambarkan ingatan-ingatannya tanpa ragu, bagaimana ia bangun tidur di pagi hari yang kemudian mengambil sepotong roti kering sisa dan pergi dengan busur serta anak panah yang di selendang di badannya cepat. Menyapa orang-orang yang ditemuinya di perjalanan dan pergi ke hutan berburu seadanya kemudian pulang di sore hari menjualnya di pasar kecil dan menukarkan hasil buruannya dengan makanan secukupnya. Selalu seperti itu.
"Seperti yang anda tahu, Tiga adalah tempat paling kumuh dari yang lain. Kami seperti manusia buangan dan kami tak bisa melakukan apapun selain bertahan sebisa mungkin untuk tetap hidup di sana." Katie menghembuskan nafasnya panjangㅡ menghentikan ucapannya beberapa saat.
"Kau pasti pandai memanah. Itu hal yang bagus." Entah bagaimana tapi rasanya lontaran perkataan pangeran Jules ini terdengar tak begitu tulus dalam hal memujiㅡjika ia benar sedang memuji Katie saat ini. Sesaat Katie memberanikan dirinya menatao wajah karismatik milik pangeran Jules, sekedar menikmati ketampanannya dan juga... ekspresinya saat menerima kata selanjutnya dari Katie.
"Aku belajar memanah dan membaca kartu tarot sejak kecil." Pangeran Jules seketika memamerkan senyumannya. Katie tak tahu arti apa itu, tapi untuk beberapa saat yang lalu Katie berpikir pria di hadapannya ini hanya ingin mencari tahu mengenai keluarga Katie. "Jika yang mulia ingin bertanya mengenai keberadaan kakekku, maka aku tidak tahu. Terakhir kali aku bertemu dengannya saat aku berusia 8 tahun saat aku mempelajari kartu tarot untuk ke dua kalinya dan begitupu keluargaku."
KAMU SEDANG MEMBACA
L E B A T E L E U R
FanfictionJungri Royal Palace Story. How to be the stronger one, around the best one. A journey to be a part of the royal family and be the best for The Dominique prince. Inspiration : The Selection Series by Kiera Cass, The Hunger Games, and pic by aiidan.k...