Mata tertutup itu berusaha membuka. Mencari pelita. Karena telah lama terjebak di dunia yang bahkan ia sendiri tak tahu apa . Yang jelas,dunia itu sungguh buruk rupa karena banyak tangan-tangan yang tak ia kenal menariknya ke sana kemari. Memperebutkan dirinya agar mengikuti jalan tangan tangan asing itu pergi.
Ia tak tahu kepada tangan mana ia harus menyerahkan diri. Akhirnya ia terjebak dalam kepungan tangan tangan itu sampai waktu yang ia sendiri tak tahu. Dan kini ia berhasil memilih tangan yang benar. Tangan putih yang menariknya agar mengikuti jejaknya. Dan ia menyakini bahwa ia mengikuti tangan Mamanya.
" Dira...Diraa." Mama yang dari tadi menunggu Dira dan selalu mengenggam tangannya didalam pelukannya, kaget akan pergerakan tangan Dira yang kaku.
Papa yang sedang tidur ayam langsung menyingkap kelopak mata saat menyadari teriakan istrinya. Ia berdiri dan memperhatikan keadaan Dira. Tangan kaku itu dan mata yang selama ini memejam tiba-tiba memberikan pertanda bahwa kehidupan lain yang lebih baik telah datang. Ia lalu memperhatikan bagian EKG paling bawah dan berwarna kuning. Lama lama grafiknya naik. Tanpa pikir panjang, Papa langsung tunggang - langgang keluar kamar untuk memanggil dokter Orka dan yang lainnya.
"M-ama... ya- ya?"
" Iya sayang, ini Mama," ucap Mama yang masih mengenggam tangan Dira.
"Ma-ma ngapain disini?" Ungkap Dira dengan raut muka sedih bercampur haru.
"Di- ra.."
Dira menoleh ke arah pintu,sebuah suara parau memanggil dirinya. Dan ia mengenal sosok itu. Sosok yang selalu ada dihari harinya.
Tante Evi segera mendekap Dira yang masih terbaring lemah di tempat tidur." Allhamdulilah kamu sadar." Hamburan keharuan sekaligus rasa senang.
Dira hanya tersenyum getir. Perlahan Dira memalingkan wajahnya kesekitar ruangan itu . Ditatapnya lama sosok sosok yang berada disana.
Yang ia sadari lama-lama mendekat ke arahnya. Memamerkan senyuman tulus dan getir yang sangat dikenal,tapi jarang ia melihat,lantas pemilik senyuman senyuman itu menjauhkan dirinya dan tidak pernah lagi lagi memberikan senyuman itu kepadanya." Mama sama pa- pa kok di sini..bukannya kali-an ben- ci sa-ma a-ku?"ucap Dira terbata bata
Tante Evi menjauh seraya menarik Lira untuk lebih dekat Dengan Adiknya itu.
Mama hanya menangis mendengar perkataan Dira yang seolah olah menganggap dirinya adalah orang asing dikehidupan anaknya sendiri."wajar memang aku sudah baginya ," batin mama
"Papa gak pernah benci kok sama prince papa, dan papa kemari mau buktikan ke kamu,bahwa papa sayang banget sama kamu ," papa mengelus kening Dira.tetapi baru saja papa ingin mengelusnya, tangan papa ditepis oleh Dira sendiri." Pa,tolong tinggalin aku sendiri, bisa kan?" Ucap Dira tanpa memalingkan wajahnya ke arah papa. Ia tampak kecewa mengingat beberapa tahun kebelakangan ini, dia diperlakukan tidak adil, rasa kecewa Dira tidak bisa lenyap sebegitu cepat, butuh proses untuk menyembuhkannya kembali.
Sedangkan papa hanya menggangguk lemah dengan senyumam getir diwajahnya, Mama mengelus tangan papa dengan senyuman diwajah mama untuk menyakini papa bahwa dia harus mengerti kondisi Dira sekarang.
" Diraa?" Panggil Tante
"Plis tan, aku lagi pengen sendiri,plis kali ini aja turutin permintaan aku." Ucap Dira dengan getir,tatapan sendu nampak di mata Mama. Ia sudah tau resiko yang akan diterima oleh nya, ia juga tau seseorang yang sudah berkali kali dipatahkan hatinya,di patahkan semangatnya bahkañ dirusak hari harinya itu ga segampang itu buat nyembuhinnya sekalipun Dia adalah sosok yang kuat dan tegar tetapi belum tentu hatinya baik baik saja.
" Mama ngerti kok Dira, Mama tau mama salah, Mama tau mama sudah kelewatan." Isak tangis mulai terdengar dari ucapan Mama
"Dan mama tau,mama sudah menjadi mama terburuk bagi kamu, merusak hari hari kamu,membuat hidup kamu penuh penderitaan ,membuat hidup kamu penuh dengan kesendirian. Mama tau mama salah dira. Mama tau, Mama akan lakuin apa aja, supaya kamu maafin mama,bilang apa aja yang kamu minta asalkan kamu maafin mama " Air mata penyesalan jatuh sederas derasnya, dengan wajah yang ditundukan kebawah Mama tenggelam dalam penyesalannya.
Sedangkan Dira hanya diam dengan memalingkan wajahnya ke Arah jendela. Seolah mengkode Ia tidak ingin berbicara dengan siapa pun. Mama paham akan maksud Dira, akhirnya Mama dan papa keluar Agar Dira mempunyai waktu untuk dirinya sendiri.
" gue tau Mama dan papa salah,termasuk gue. Gue tau gue salah banget sama lo, lo boleh nyuekin gue tapi plis jangan cuekin papa sama mama,mereka hanya tidak tahu cepat soal kebenaran itu. Plis lo ngerti kondisi mereka berdua dir." Ucap Lira yang masih berada diruangan Dira.
" Lo ga akan pernah ngerti rasanya jadi gue, plis tinggalin gue sendiri." Ucap Dira tegas tanpa sedikit pun memalingkan wajahnya ke arah Lira.
" Oke, Gue harap lo maafin kita semua ." Ucap Lira dengan air mata yang perlahan mulai jatuh dan langsung meninggalkan Dira sendiri.Jam sudah menunjukam jam 9 malam.kini Arga sedang berada dibalkon dekat kamarnya, menatap langit yang kini sedang cerah,bintang bintang terlihat indah dengan segala cahayanya. " Dira gimana ya kondisinya." Batin Arga.
Tiba- tiba ponselnya bergetar,menandakan ada panggilan yang masuk. Di layar tertera 'Tante Evi'. Tak ragu Arga segera mengangkatnya." Halo,assalamualaikum tan."
"Waalaikumusalam ga, Tante mau beri tau, Dira udah siuman," kemudian terdengar suara kebahagiaan dari sebrang.
" serius tan? Allhamdulilah yallah.yaudah tan,Arga langsung ke sana sekarang." Tanpa pikir panjang lagi Arga langsung mematikan ponselnya, mengambil jaket dan kunci mobilnya dan langsung dengan seribu langkah menuju mobilnya dengan kelajuan yang sangat cepat.
Di dalam mobil,Arga langsung mengabarkan Fatih soal Dira yang selamat dari komanya.15 menit kemudian, Arga datang bersamaan dengan Fatih yang langsung berlari menuju ruangan Dimana Dira dirawat.
"Loh tan,Dira mana? Kok ga ada?" Tanya Arga yang melihat ruang itu kosong.
" Dira udah dipindahkan diruangan khusus untuk menjalankan operasi selanjutnya," jelas Tante.
"Dira operasi lagi?" Tanya Fatih dengan mata mendelik,kaget akan pernyataan Tante.
"Yaudah kalian langsung aja ke sana, Dari sini lurus, abistu belok kanan, kamar nomor 145." Tante yang menunjuk nunjuk lorong Sekitar rumah sakit itu.
Arga dan fatih pun dengan seribu langkah meninggalkan Tante,tetapi baru pun ingin melangkah, mereka berdua dijegat oleh Tante." Eits bentar,salah satu dari kalian bantuin Tante bawa peralatan Dira bisa?" Ucap Tante.
"Yaudh tan biar Fatih aja,udah sana ga, gue tau lo rindu banget sama dia udah rindu berat banget pake laut," Fatih menepuk nepuk bahu Arga ternyata ia paham akan kondisi Arga sekarang.
"Yailah,lebay banget masnya,yaudah deh gue deluan ya,byee"Arga menepuk bahu Fatih dengan keras dan langsung meninggalkan Fatih dan Tante yang masih berada diluar.

KAMU SEDANG MEMBACA
Kesendirian
Fiksi Remaja"kamu mati atau kamu selamat itu ditangan kamu sendiri,tekan atau semuanya akan binasaaaaaaaa,semua yg kamu rasakan selama ini,akan berakhir hari ini juga,tekan sekarang ,"seseorang berkata dengan sangat lantang.