Part 4

284 47 2
                                    

Malam hari pun telah tiba, Adelio dan Yoga sedang asik bermain game di hp nya masing².

"Anjing itu ada musuh del" teriak Yoga.

"Apa sih elah santai aja kenapa sih"ucapAdelio.

"Ck. Tuh kan mati gue" kesal Yoga lalu membanting hp nya disofa.

"Kalau mati ya udah sih, heboh banget lo gue juga mati nih"ujar Adelio kesal.

"Ke kantor bunda yuk bang perasaan gue g enak nih" ucap Adelio.

"Gue juga yuk buruan pakek mobil lu ya" kata Yoga lalu dibalas anggukan oleh Adelio.

Disepanjang jalan Adelio dan Yoga tidak ada perbincangan sama sekali, "Kok jadi tegang gini sih" ujar Yoga tiba².

"Aelah bacot lu udah cepetan"sentak Adelio.

Dan akhirnya mereka pun sudah sampai dikantor milik Cintya.

"Selamat malam mas Yoga, mas Adel" sapa Lia sekertaris Bundanya.

"Oh iya kak, bunda ada didalem kan?"tanya Yoga.

"Iya, tapi tadi pak Prasaja kesini tapi saya tidak tau ngapain"kata Lia. Lalu Yoga dan Adelio langsung bergegas menuju ruangan Cintya.

"Assalamualaikum bun, bunda gapapa?"tanya Yoga dan Adelio sambil membolak balikan tubuh Cintya.

"I--iya bunda gapapa kenapa?" tanya Cintya kebingungan.

"Syukurlah" gumam Adelio lalu ia duduk disofa.

"Tadi ayah kesini bun?"tanya Adelio dan Yoga bersamaa, Cintya menatap anaknya kebingungan.

"Iya" jawab Cintya.

"Ngapain aja?"tanya mereka berdua.

"Mau jodohin Adel sama Yoga"jawab Cintya dengan santai, Yoga dan Adelio langsung kaget.

"HAH?!! Pasti bunda nggak setuju dong, iya kan bun" ucap Adelio dan Yoga bersamaan.

"Ya nggak lah ngapain bunda begitu, bunda nggak sudi nurut sama tua bangkak itu" kata Cintya, Adel dan Yoga pun bernafas lega.

"Emang bunda yang paling the best lah"ucap Yoga sambil memeluk Cintya dengan penuh kasih sayang.

"Adel nggak sayang bunda nih?"goda Cintya lalu Adelio pun tersenyum dan memeluk Cintya.

*****

Disisi lain, Zahra dan Nina berada di Anindita caffe. Yap di caffe milik Zahra, Nina tau bahwa caffe ini adalah punya Zahra sahabatnya. Mereka berdua sering menghabiskan waktu weekend nya atau hanya sekedar berbincang-bincang di caffe milik Zahra sebeb ditempat itu sangat sederhana tetapi elegan dan luas. Semua yang disain adalah Zahra sendiri sebab ia ingin caffe nya bisa dikunjungi oleh segala usia mulai anak kecil, remaja, maupun manula. Semua telah di disain Zahra dengan sendirinya, seperti tempat khusus buat anak kecil, anak remaja, maupun manula jadi tak salah jika caffe Zahra sangat ramai setiap harinya.

"Ra kemaren gue nggak sengaja nabrak Adelio.... Ihhhhh sumpah gue meleleh sama mukanya anjir... Andaikan dia suami gue kelak nanti" ujar Nina dengan histeris. Zahra hanya memasang muka datarnya.

"Halu lo"ucap Zahra datar.

"Biarin kalau emang jodoh gimana" balas Nina dengan muka berbunga-bunga.

"Serah lu" jawab Zahra.

"Atau jangan² nanti jodoh lu ra"goda Nina sambil menoleh kearah muka Zahra.

"Dihh najisin muka aja bikin anak kecil kesambet"ucap Zahra dengan nada tidak suka.

"Yeee muka ganteng begitu lo ngomong bikin kesambet, mata lo rabun kalik"ujar Nina, Zahra hanya memutar bula matanya malas.

ADELIO Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang