seventeen🍎 ㅡnonton

1.1K 89 23
                                    

"Itu satu kotak lagi, buat siapa? Buat gue aja."

Refa memukul tangan kanan Chandra yang dengan cekatan mengambil kotak kue talas bogor itu. Chandra meniup-niup tangannya sembari meringis kesakitan.

"Sakit, tau!"

"Lebay lo ah, gue mukulnya enggak kenceng, kok." balas Refa santai.

"Tapi seriusan, itu buat siapa?" tanya Meita penasaran.

Ternyata oleh-oleh yang dibagikan Refa adalah berupa kue talas bogor. Chandra, Meita, Rizki, dan Reva yang memang doyan makan, tentu saja bahagia akan hal tersebut.

"Buat anak-anak kelas," balas Refa, "Besok mau gue bawa ke kelas."

"Emang cukup ya satu kotak doang?" tanya Reva, "Kita berlima aja, dua kotak kurang."

"Cukup, dong. Kalo dipotong kecil-kecil kan jadinya banyak," ujar Refa, "Kalian enggak usah bilang-bilang ya, kalau gue kasih terpisah. Besok ngambil lagi aja."

"Dimas gimana?" tanya Rizki.

Refa membulatkan matanya terkejut, kemudian menepuk dahinya sendiri.

"Jangan bilang...lo lupa?"

Refa menutup mulutnya dengan tangan, kemudian mengangguk lemah. Chandra, Reva, Rizki, dan Meita berpandang-pandangan.

"Gimana sih, Mei? Kok lo bisa lupa sama Dimas?" tanya Chandra.

Meita menatap Chandra bingung, "Kenapa jadi gue? Lo semua kan juga lupa."

"Tapi lo kanㅡ" kata-kata Chandra terhenti, "Temennya."

"Emang kalian semua bukan temennya?" Meita balik bertanya, "Justru kalian lebih deket sama Dimas, kan sering main pabji bareng."

"Gue punya ide. Tadi kan lo ngasih Nindy satu kotak, tuh. Mending suruh dia sisain buat Dimas. Setengahnya, lah," usul Rizki, "Cepetan sebelum dihabisin sama dia."

"Bener juga," Refa dengan cepat mengambil ponselnya, dan mencari kontak Nindy, kemudian mengetikkan beberapa kata untuknya.

Sementara itu, Reva duduk diam dengan dahi mengkerut. Dia ngasih satu kotak sendiri buat Nindy? Ke aku enggak? Maksudnya gimana?

Refa tersenyum senang, "Udah dibales sama Nindy, katanya 'Siap.'"

Rizki, Chandra, dan Meita menghela napas lega.

"Lagian kenapa bisa lupa, sih?" ujar Chandra.

"Ck, gara-gara lo lahap banget makannya, gue sampe kebawa suasana," balas Refa.

Chandra mencibir.

"Balik, ya," pamit Meita, kemudian berdiri dari duduknya. "Yuk, Rev, naik."

"Reva yang Revania, bukan lo," ujar Meita memperjelas, setelah Refa memandang aneh ke arahnya.

Chandra terkekeh, "Gue juga balik."

"Sama," timpal Rizki, kemudian membawa dua kotak kosong itu, dan membuangnya ke tong sampah dapur.

"Dadah, duluan," pamit Reva, kemudian naik ke atas bersama Meita.

"Ngomong-ngomong, Ibu Anis enggak lo kasih, Ref?" tanya Chandra sembari merangkul sahabatnya itu.

"Dia aja jarang dateng ke sini, gue kan bingung ngasihnya gimana."

"Bener juga, sih."

Refa menghadap ke daerah kamar di lantai dua. Ia terkejut mendapati Reva yang baru saja mau memasuki kamar, namun ditunda karena gadis itu juga sedang menatapnya.

Reva & Refa [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang