"Assalamu'alaikum,"
Dimas mengucapkan salam, kemudian kembali menutup pintu. Ia dapat melihat Saskia, adiknya, sedang duduk di sofa ruang keluarga, menonton televisi.
Dimas menghampiri Saskia, kemudian menjitak pelan kepalanya.
"Aw!" Saskia terpekik tertahan, menatap kakaknya sekilas, kemudian kembali menonton televisi, "Dateng-dateng kok langsung mendzolimi adek sendiri?"
Dimas mendengus, "Kamu tuh kalau denger orang salam tuh ya dijawab, Dek."
"Wa'alaikumussalam," balas Saskia, "Tuh, udah."
Dimas melepas kaos kakinya, "Ibu mana?"
"Tuku endog ndek warung (Beli telur di warung)."
Dimas mengangguk-angguk. Ia menaruh kaos kakinya sembarang, di atas karpet, kemudian mengambil kacang kulit yang ada di atas meja.
"Ih. Kaos kaki kotor langsung ditaruh di cucian, Mas," ujar Saskia jijik.
"Kamu aja yang taruh," balas Dimas santai.
"Males banget."
"Assalamu'alaikum."
"Wa'alaikumussalam," Dimas dan Saskia menjawab bersamaan. Dimas menoleh ke arah ibunya yang baru pulang dari warung, kemudian tersenyum.
"Eh, Mas Dimas sudah sampai," ujar Alma. Dimas salim kepada ibunya.
"Dek, telurnya tolong taruh kulkas, sama tolong buatin martabak mie, ya. Tadi mie nya udah ibu tirisin," Alma menyerahkan plastik telur isi delapan butir kepada Saskia.
Saskia terlihat dengan malas menerimanya, namun tetap bangkit dari sofa dan menuju ke dapur, "Iya, Bu."
Alma duduk di sofa, bersebelahan dengan Dimas. Ia menatap putra sulungnya dalam.
"Kenapa sih, Bu?" tanya Dimas curiga, "Kalau nanyain oleh-oleh, maaf aja nih, Dimas enggak bawa."
Alma menggeleng, karena memang bukan itu yang ingin ditanyakannya.
Dimas ikut menatap ibunya, mencari jawaban di mata wanita itu.
"Kamu sudah dapat jawaban dari Meita?"
Satu kalimat pertanyaan itu mampu membuat perut Dimas terasa mulas. Ia sedikit menggigit bibirnya, kemudian menghela napas. Sebelum menjawab, ia kembali melihat ke layar ponselnya.
Dimas tersenyum simpul, "Masih belum, Bu."
Alma mendengus pasrah. Dari satu bulan lalu saat Dimas mengutarakan keinginannya untuk melamar Meita setelah wisuda sebenarnya cukup membuat Alma ragu. Wanita manapun pasti tidak akan langsung menerima kalau tiba-tiba dilamar seperti itu.
"Kayaknya emang aku terlalu tiba-tiba ya, Bu?" tanya Dimas sembari menggaruk tengkuknya, "Ah, tapi selama temenan sama dia, aku sering kode-kodein juga, kok."
"Kode? Kode apa maksudnya? Kode morse?"
Dimas mendengus, "Bukan. Kode-kodean tuh maksudnya kayak...ah, gimana, ya? Aku ngasih tanda kalo aku suka sama dia."
"Oalah," balas Alma, "Ya kamu yang sabar aja ya, Dim. Ibu kalau jadi Meita juga pasti bakal mikir dulu."
"Iya, Bu. Lagian baru sehari juga, kok."
"Ibuuuu," panggil Saskia dari dapur, "Garemnya di manaaa?"
"Ibu ke dapur dulu, ya. Kamu istirahat aja, sana. Nanti makan kalau martabaknya udah jadi," ucap Alma, ia kemudian berlari kecil menuju dapur, "Itu kaos kakinya jangan lupa diberesin."
KAMU SEDANG MEMBACA
Reva & Refa [COMPLETED]
Romans"Kenapa lo manggil gue Va? Orang lain biasanya manggil gue Rev," tanya Reva. "Soalnya gue juga dipanggil Ref. Aneh aja, kayak manggil diri sendiri," jawab Refa. "Tapi kan gue pake V, lo pake F. Beda, lah." Refa menatap Reva selama lima detik, kemudi...