●19🌷

1.5K 78 12
                                    

Bunyi deritan roda brankar rumah sakit membuncah kesunyian. Afi masih setia menggenggam tangan kanan sang adik yang terasa sangat dingin. Saat di perjalanan menuju rumah sakit Bara sudah tidak sadarkan diri, kesadaran nya hilang bertepatan dengan kedatangan Afi bersama dengan Genta, mereka datang setelah menerima panggilan dari Kania.

Di sisi lain seorang perawat perempuan sedang sibuk memompa tabung oksigen, menutup sebagian wajah pucat pasi milik Bara, hingga akhirnya langkah Afi, Kania dan Genta terhenti saat tiba di depan ruang ICU. Beberapa suster menahan mereka tanpa berucap lalu pergi menyusul masuk ke dalam ruangan, untuk membantu menangani Bara yang saat ini benar benar sedang butuh pertolongan.

Afi khawatir. Segalanya berputar di otak nya, semua kemungkinan kini juga ikut berputar di otak nya, kemungkinan jika adik nya selamat, juga kemungkinan jika adik nya tidak bisa di selamatkan, jika itu benar terjadi maka seluruh kehidupan nya dengan keluarga akan hancur, ia berani menjamin jika kehidupan keluarga mereka akan benar benar hancur, karena bagi mereka Bara adalah segalanya, Bara adalah sumber kehidupan keluarga mereka.

Afi terduduk di depan kursi panjang di depan ruangan tersebut. Ia meraih ponsel dari dalam tas sekolah nya dan langsung menghubungi Bunda nya untuk memberitahu tentang bagaimana kondisi adik nya saat ini.

♨♨♨

Suara EKG memenuhi seluruh ruangan, tidak ada siapa siapa di sana, hanya ada satu laki laki yang sedang terbaring lemah. Di tubuh laki laki tersebut juga terpasang banyak selang, dimana selang tersebutlah yang akan membantu dirinya untuk bertahan hidup. Grafik EKG tersebut menunjukkan bahwa jantung pemuda tersebut berdetak dengan sangat lemah. Kea sebagai Dokter yang menangani Bara harus ekstra hati hati dan ekstra siap, karena bisa saja tiba tiba jantung itu berhenti berdetak.

Di depan ruangan tersebut semua keluarga Bara sedang menahan amarah yang kini sudah menguasai masing masing diri dari mereka. Mereka semua di penuhi oleh amarah setelah mendengar kronologi cerita dari Kania. Kania menceritakan semua yang di lihat nya kepada keluarga Bara tanpa ada yang ia tambah kan dan ia kurang kan sedikitpun, ia menceritakan semua nya sesuai dengan fakta.

Setelah mendengar semuanya dari Kania, Afi langsung mengepalkan tangan nya sampai urat tangan nya terlihat jelas, semua orang yang melihat nya juga tau bahwa saat ini Afi benar benar sedang marah.

Afi berjanji kepada dirinya sendiri bahwa hari ini juga ia akan menemui Caca dan memberi pelajaran kepada Caca, membalaskan rasa sakit yang sudah Caca berikan kepada Bara, adik terasayang nya. Jika sebelum nya Afi selalu sabar melihat perbuatan Caca kepada Bara, maka kali ini tidak, Afi tidak bisa sabar karena semua orang mempunyai batas kesabaran mereka masing masing, dan saat ini batas kesabaran Afi sudah lenyap, dan ia benar benar akan membalaskan semua rasa sakit adik nya.

Dengan amarah yang masih menguasai dirinya, Afi langsung pergi dari hadapan semua keluarganya, ia pergi tanpa mengucap sepatah katapun.

Semua yang berada di sana hanya diam membiarkan apa yang ingin lakukan, tanpa harus bertanya mereka juga sudah tau hal apa yang akan Afi lakukan, sama seperti Afi, kesabaran mereka juga sudah habis, maka dari itu dengan senang hati mereka membiarkan Afi mencari Caca dan memberi pelajaran kepada Caca yang mungkin tidak pernah di ajarkan oleh kedua orang tuanya.

Seperti orang kesetanan Afi semakin menambah kecepatan mobilnya tanpa peduli dengan teriakan dan hinaan para pengguna jalan lain nya, ia tidak peduli karena ia hanya peduli dengan satu tujuan nya, yaitu bertemu Caca dan memberikan ia pelajaran.

Hari sudah mulai sore tapi Afi belum juga menemukan Caca, sudah lebih dari satu jam ia menunggu di depan rumah Caca, tapi tidak satupun orang yang mau membukakan gerbang atau membuka pintu untuk nya. Afi benar benar emosi dan rasanya ia ingin membakar rumah berlantai dua di depan nya ini.

Jika saja sebuah mobil tidak datang dan masuk ke dalam rumah tersebut mungkin Afi akan benar benar membakar Rumah di depan nya, datang nya mobil tersebut menghentikan niat Afi yang sudah memegang korek di tangan nya, melihat seorang wanita tua dari dalam mobil tersebut Afi langsung berlari menghampiri nya.

"Permisi"ucap Afi sopan kepada wanita tua di depan nya, dan setelah meneliti penampilan wanita tua ini, Afi dapat menyimpulkan bahwa wanita tua ini adalah seorang pembantu.

"Eh iya non, ada apa? "ucap sopan pembantu tersebut bertanya kepada Afi yang menatap nya dengan tatapan yang masih penuh dengan amarah.

"Dimana Caca? "tanya Afi to the point kepada wanita tersebut yang sepertinya tampak takut dengan kilatan amarah yang terpancar jelas dari mata Afi.

"..."

"Saya tanya dimana Caca?! "ulang Caca penuh penekanan bahkan terdengar sedikit membentak.

Maafkan Afi karena sudah berlaku tidak sopan kepada orang tua di depan nya. Salahkan Caca karena ia Afi menjadi seperti ini.

"Non Caca sedang pergi"pembantu tersebut akhirnya menjawab pertanyaan Afi.

"Saya butuh jawaban yang jelas"ucap Afi mulai menurunkan Nada suaranya.

"Non Caca pergi ke Restoran Violet bersama dengan Den Alfa, mereka pergi kesana karena disana sudah ada kedua orang tua Non Caca dan Den Alfa yang sedang menunggu mereka untuk melaksanakan pertunangan Non Caca dengan Den Alfa"ucapan pembantu tersebut kembali memancing amarah Afi.

Tunangan? Bagaimana bisa ia bertunangan dengan Alfa setelah ia membuat Bara sekarat di rumah sakit. Sungguh Afi tidak bisa menerima ini semua. Tanpa mengucapkan apa pun Afi langsung pergi dari sana, meninggalkan pembantu tersebut yang sepertinya masih takut dengan Afi.

Sebelum kembali menancapkan gas nya, Afi menerima sebuah pesan dan pesan tersebut adalah pesan dari sang Bunda.

Dengan perasaan takut Afi langsung membuka pesan tersebut, dan yaaa Afi kembali di buat emosi setelah membaca pesan itu. Ia emosi bukan kepada sang pengirim pesan, tapi ia emoai kepada dalang di balik semua ini. Caca, hanya satu nama tersebut yang saat ini berada di dalam otak dan pikiran Afi.

From Bunda

: Kak, adek koma

Begitulah isi pesan dari Kea, tiga kata yang berhasil membangkitkan sifat kejam dan jahat dari dalam diri Afi.

Setelah membaca pesan tersebut Afi langsung mebanting ponselnya dan langsung menancapkan gas mobil nya, menuju restoran yang sangat terkenal di jakarta itu.

Tidak sampai sepuluh menit Afi sudah sampai di restoran tersebut, tidak peduli dengan penampilan nya yang acak acakan Afi langsung masuk ke dalam restoran tersebut dan mencuri perhatian semua orang yang berada di sana dengan teriakan nya.

"CACA"teriak Afi menggema di restoran berlantai tiga tersebut.

Afi naik ke lantai dua karena di lantai satu dia tidak menemukan Caca, dan ternyata usahanya membuahkan hasil, dari tempat nya berdiri ia bisa melihat dengan jelas Caca dan keluarga nya yang sedang tersenyum bahagia.

Afi tersenyum sinis lalu kemudian berjalan mendekat ke tempat Caca dan keluarganya.

"CACA"teriak Afi sekali lagi.

Mendengar teriakan Afi semua yang berada di sana langsung mengalihkan pandangan nya kepada Afi, termasuk Caca dan keluarganya.

"Kak Afi"ucap Caca benar benar gugup melihat Afi yang kini berjalan mendekat ke arah nya. Di tambah dengan wajah Afi yang terlihat merah karena amarah. Caca benar benar gugup dan takut, bahkan di saat ia berada di samping kedua orang tuanya pun ia masih benar benar takut dengan Afi.

Semakin dekat, lebih dekat dan

Brak




















-----------------

Hayo ada yang penasaran dengan kelanjutan nya? Jangan lupa komen biar gue bisa langsung up!

Woi part part sebelum nya juga komen dong, jangan cuma yg ini, tau gitu mending gue up nya satu satu aja, biar setiap part ada komen nyaa.

Janji dua komen gue bakal langsung up.

Yang tahun baru nya di rumah angkat tangan guys.wkwk

No komen No up!

SorryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang