Amanda berbaring diatas ranjangnya sambil menskrol layar ponselnya. Amanda mendudukan tubuhnya dengan sebuah bantal dipangkuannya, memandang layar ponselnya dengan raut wajah yang kesal. Pesan yang ia kirimkan pada Angga beberapa hari yang lalu bahkan belum juga di buka oleh cowok itu.
“Lo dimana sih Ngga? Kenapa lo pakek ngilang segala sih!”
“Paling gak,kasih tau gue kek biar gue gak khwatir gini. Arrgh! Lo ngesilin banget sih Ngga!!” monolog Amanda.
Sejenak Amanda tertegun ditempatnya, pikirannya menerawang jauh dan tanpa dikehendaki sosok Angga tiba-tiba muncul di benaknya. Amanda kembali memutar memori otaknya, mencoba menginggat saat-saat yang ia lalui bersama Angga.
Dari awal pertemuan mereka, rasa canggung saat bersama cowok itu, dan eksperesi dingin Angga berputar jelas dipikiran Amanda. Semuanya mengalir begitu saja, sampai setiap ucapan yang diucapkan Angga mengalir menghujani ingatannya.“Gue gak nerima penolakan!” gumam Amanda menirukan gaya bicara Angga padanya, gadis itu kembali tersenyum saat menyadari apa yang ia ucapkan.
Amanda kembali membaringkan tubuhnya, Amanda meletakkan tangannya di dadanya. Ia dapat merasakan detak jantungnya, detak jantung yang memburu saat menginggat cowok itu.
“Ada apa sama lo Manda? Dan perasaan apa ini?” batin Amanda.
Amanda mengigit bibir bawahnya sambil memeluk bantal guling yang ada didekatnya.
“Apa gue rindu?”
“Rindu sama cowok dingin itu?” batin Amanda.
“Tapi sejak kapan? Rasanya aneh, gue malah merindukan Angga
“Gue rindu sama lo Ngga” monolog Amanda sambil bergerak gelisah mencari posisi ternyamannya.
****
Pagi ini Amanda datang lebih awal dari biasanya, ia duduk di tempatnya sambil memandang kursi kosong di sampingnya. Bayangan Angga yang duduk disana dengan tatapan dingin seolah terlihat nyata didepannya, namun saat lamunannya buyar Amanda baru menyadari bahwa itu hanyalah ilusinya saja. Amanda menggaruk tengkuknya lalu melipat tangannya di atas meja dan menempelkan kepalanya di antara kedua tangannya itu, sungguh ia sangat merindukan cowok dingin itu.
Amanda hanyut dalam lamunannya, hingga tanpa ia sadari seseorang telah berdiri tepat dihadapannya. Amanda mengangkat senyumanya berharap Angga lah yang ada dihadapannya saat ini, namun harapan nya sirna. Senyuman diwajahnya kembali turun saat menyadari sosok itu bukan lah orang yang ia harapkan. Amanda membenarkan posisi duduknya sambil menatap gugup sosok yang ada dihadapannya.
“Gue tau, lo pasti berharap gue ini Angga kan?” ucap Akbar dengan senyuman hambar diwajahnya.
“Ternyata gue emang gak punya tempat dihati lo Man” lanjut Akbar dengan raut wajah kecewa.
“Ma-maksud lo?”
“Man, gue suka sama lo! Gue jatuh cinta sama lo! Kenapa lo gak bisa nerima gue?”
“Tapi gue gak ! cukup Bar, jangan buat hati lo tambah sakit! Lupain gue dan cobalah terima Dhea di sisi lo!” bantah Amanda.
“Tapi gue gak bisa Man, gue gak bisa lupain lo!”
“Lo bisa Bar! Gu-gue gak pantass buat lo!”
Akbar tertawa hambar sambil mengusap wajahnya.
“Lalu gue juga gak pantes kan buat lo? Yang pantes buat lo Cuma Angga kan? Iya kan Man?”
“Bar, coba liat situasi sekarang! Dhea itu temen gue. Dan dia suka sama lo, gue gak mau nyakitin dia!"
“Lalu gue? Apa lo gak nyakitin perasaan gue juga Man?”
KAMU SEDANG MEMBACA
PHOBIA(Comeback)-TAMAT
Fiksi Remaja"Percaya atau tidak gue PHOBIA cowok. Ya itu terdengar aneh memang tapi itulah yang gue alami, harus menjaga jarak dengan semua cowok termasuk abang gue dan harus menerima semua pandangan aneh dari semua orang disekitar gue. Tapi gak papa gue udah t...