Malam hari dirumah Amanda, gadis itu terlihat berbaring di ranjangnya dengan ponsel yang melekat di telinganya dan air mata yang tak kunjung berhenti. Mata gadis itu terlihat sembab dan hidung yang terlihat memerah.
“Halo Man? Lo masih denger gue kan?” tanya Dhea dari seberang sana.
“Iya Dhe”
“Jadi lo putus sama Angga? Beneran dia pelakunya? Gue bener-bener gak nyangka”
Amanda mengusap wajahnya sambil tersenyum tanpa arti.
“Gue juga gak nyangka, takdir selalu mempermainkan gue. Kenapa harus Angga? Kenapa harus dia orangnya? Terkadang gue mikir Tuhan pilih kasih sama gue-“
“Hus! Gak boleh ngomong gitu! Tuhan tau apa yang terbaik buat lo, dan mungkin ini salah satu cara-Nya buat nguji ketabahan lo. Lo sabar ya Man, gue tau ini berat buat lo”
“Lo bener Dhe, mungkin udah seharusnya gue lebih kuat. Seharusnya gue gak selalu nyalahin Tuhan atas apa yang Ia suratkan dalam takdir gue dan mungkin ini yang terbaik buat gue, makasih udah dengerin gue”
“Mungkin Angga bukan yang terbaik buat gue”
“Lagi pula dunia ini penuh dengan kemungkinan bukan? Kita harus siap menghadapi situasi tersulit yang akan terjadi”
“Man, lo yang kuat ya? Kita selalu ada buat lo kok”
“Iya Dhe, makasih ya?gue tutup dulu ya?”
“Iya”
Sambungan terputus dan mengakhiri percakapan dari keduanya. Amanda menghela nafasnya berulang kali lalu memilih memejamkan matanya.
Di sekolah, Amanda menceritakan semuanya tanpa terkecuali pada semua teman-temanya. Karena ia tak ingin lagi menutupi semuanya dari sahabat-sahabatnya, Amanda terus tersenyum walaupun kenyataannya begitu pahit untuk menerima semua kenyataan yang ada di hadapannya.
Sepanjang kegiatan sekolah, Angga tak lagi menyapanya. Ia tak muncul di hadapan Amanda dan memilih pindah tempat duduk dan duduk bersama Beny.
Amanda dan Angga sudah seperti orang asing yang tak saling menyapa, ini semua sudah takdir dari yang maha kuasa. Ia tak berhak untuk menyalahkan takdir yang telah digariskan untuknya.
Hari-hari berlalu dengan cepat, Amanda mulai terbiasa dengan kenyataan yang sekarang. mulai tertawa lagi dan pelan naumun pasti mulai melupakan Angga, sedangkan Angga? Cowok itu kembali seperti jati dirinya yang dulu. Dingin dan tak tersentuh, ia seakan kembali membangun dinding kokoh dan menghalangi siapa saja yang mencoba masuk kedalam kehidupannya.
Terhitung sebulan setelah Angga dan Amanda putus, Al dan Beny berulang kali menemui Amanda agar gadis ini mempertimbangkan kembali keputusannya. Namun keputusan Amanda tetap sama, ia tak ingin kembali bersama cowok itu. Dan disinilah mereka sekarang, duduk bersama Amanda untuk membujuknya untuk kembali bersama Angga.
“Man, lo beneran gak mau balikan lagi sama Angga? Kita udah gak tahan liat sifatnya yang dingin itu, tiap di ajak ngomong pasti Cuma dibalas singkat banget! Sumpah gue binggung sama dia, sikapnya lebih parah dari dia yang sebelumnya"
“Iya, Man. Pliss lo pertimbangkan lagi ya? Sikap Angga makin lama makin gak jelas” timpal Al.
Amanda mengusap wajahnya dan mendesah panjang,
“Gue gak bisa. Kalian tau sendirikan masalahnya gimana kan? Gue gak mungkin balikan sama dia lagi”
“Tapi Man, Cuma lo aja yang bisa ngubah dia. Angga benar-benar kacau sekarang, dia selalu nyalahin dirinya sendiri. Cuma lo Man, kita gak mau liat Angga kayak gini terus-“
KAMU SEDANG MEMBACA
PHOBIA(Comeback)-TAMAT
Fiksi Remaja"Percaya atau tidak gue PHOBIA cowok. Ya itu terdengar aneh memang tapi itulah yang gue alami, harus menjaga jarak dengan semua cowok termasuk abang gue dan harus menerima semua pandangan aneh dari semua orang disekitar gue. Tapi gak papa gue udah t...