part 21

224 16 2
                                    

   Angga menatap jendela mobil    yang sedang ia tumpangi, Angga berada di mobil terpisah dengan keluarganya. Enthlah ia hanya tak nyaman berada satu mobil dengan keluarganya, bisa-bisa emosinya tak terkendali nantinya. Angga mengusap wajahnya berulang kali, ia terlihat gelisah  tak nyaman dengan keadaan saat ini.

    Tiba di bandara, Angga turun dari mobilnya lalu menyeret koper miliknya menuju Rizka dan lainnya yang sudah menunggu dia di sana. Angga tampak mengeluarkan ponselnya dan mengetik sesuatu disana, setelah selesai ia  segera mematikan ponselnya dan masuk dalam pesawat. Bersiap untuk keberangakatannya.

     Di tempat dan waktu yang berbeda, Amanda berdiri didepan rumahnya dengan wajah yang ditekuk dalam. Ia sedang menunggu  Angga yang sedari tadi belum datang, padahal biasanya  cowok itu sudah datang dan menunggunya di depan rumah.

“Angga lo dimana sih? Gak biasanya telat gini”

“Ditelpon gak diangkat-angkat, kemana sih lo? Kok ngillang gini?”

“Apa dia sakit ya? Gue coba telpon sekali lagi deh” ucap Amanda  sambil meraih ponselnya dan mulai menghubungi Angga. Namun lagi-lagi nomer cowok  itu tidak dapat di hubungi.

  Amanda  menatap kesal ponselnya, Angga bahkan tidak menggangkat telpon darinya bahkan tidak membalas pesan darinya. Ini benar-benar menyebalkan!. Amanda berlari ke persimpangan jalan dekat rumahnya, menunggu angkot untuk segera berangkat ke sekolahnya sebelum terlambat.

  Setelah menunggu cukup lama, akhirnya angkot yang ia tunggu datang. Namun masalah kembali datang, angkot yang ia tumpangi tiba-tiba saja berhenti dan  mogok ditengah jalan. Amanda berdecak  sebal  sambil turun dari angkot, tak  ada waktu lagi. Jika dia tidak bergegas bisa-bisa hari ini dia bisa saja terlambat.

  Amanda berdiri di trotoar menunggu  angkot selanjutnya, tiba-tiba sebuah motor sport berhenti  tepat didepannya. Amanda melihat siapa yang ada didepannya, saat ini Akbar berhenti didepannya sambil membuka kaca helm yang ia kenakan dan tersenyum kepada  Amanda.

     “Man, ayo bareng gue” ajak  Akbar tanpa ragu sedikitpun.

     “Eh tapi-“

     “Udah ayok, bentar lagi masuk. Kalau gak buru-buru kita bakal telat” ucap Akbar lagi.

     “Yaudah deh” balas Amanda sambil  naik keatas motor Akbar.

    Motor Akbar melaju dengan kecepatan yang cukup kencang, melaju menuju SMA  Nusantara. Akbar melirik Amanda dari kaca  spion motornya, melihat Amanda yang hanya diam di belakangnya.

  “Man” panggil Akbar.

   “Soal jawaban lo buat yang kemarin...gak usah kasih tau gue ya”

  “Gue udah tau akhirnya kayak gimana, lo pasti nolak gue” ucap Akbar sambil tersenyum hambar.

   “Gak apa, gue tau kok gue gak pernah ada di hati lo. Gue  cuma gak  siap dengernya langsung dari lo, jadi biarin gue memahaminya sendiri” jelas  Akbar  dengan perlahan, setiap kata-kata dari cowok ini mengisyaratkan betapa tulusnya dia.

   Amanda menghela nafasnya, rasanya sangat berat untuk  mendengar itu semua dari Akbar. Tapi mau bagaimana lagi, tidak ada sedikitpun perasaan yang tercipta untuk  Akbar. Ia hanya menganggap cowok ini sebagai teman dan tidak bisa lebih dari itu.

   “Maaf” balas Amanda, hanya kata ini lah yang mampu ia  ucapkan  saat ini.

    “Gak papa, ini bukan salah lo. Hanya perasaan gue yang muncul disaat yang  tidak tepat” gumam Akbar dengan senyum hambar diwajahnya. Ini lebih menyakitkan dari yang ia kira, sakitnya patah hati ternyata  semenyakitkan  ini.

PHOBIA(Comeback)-TAMATTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang