Angga menatap jendela mobil yang sedang ia tumpangi, Angga berada di mobil terpisah dengan keluarganya. Enthlah ia hanya tak nyaman berada satu mobil dengan keluarganya, bisa-bisa emosinya tak terkendali nantinya. Angga mengusap wajahnya berulang kali, ia terlihat gelisah tak nyaman dengan keadaan saat ini.
Tiba di bandara, Angga turun dari mobilnya lalu menyeret koper miliknya menuju Rizka dan lainnya yang sudah menunggu dia di sana. Angga tampak mengeluarkan ponselnya dan mengetik sesuatu disana, setelah selesai ia segera mematikan ponselnya dan masuk dalam pesawat. Bersiap untuk keberangakatannya.
Di tempat dan waktu yang berbeda, Amanda berdiri didepan rumahnya dengan wajah yang ditekuk dalam. Ia sedang menunggu Angga yang sedari tadi belum datang, padahal biasanya cowok itu sudah datang dan menunggunya di depan rumah.
“Angga lo dimana sih? Gak biasanya telat gini”
“Ditelpon gak diangkat-angkat, kemana sih lo? Kok ngillang gini?”
“Apa dia sakit ya? Gue coba telpon sekali lagi deh” ucap Amanda sambil meraih ponselnya dan mulai menghubungi Angga. Namun lagi-lagi nomer cowok itu tidak dapat di hubungi.
Amanda menatap kesal ponselnya, Angga bahkan tidak menggangkat telpon darinya bahkan tidak membalas pesan darinya. Ini benar-benar menyebalkan!. Amanda berlari ke persimpangan jalan dekat rumahnya, menunggu angkot untuk segera berangkat ke sekolahnya sebelum terlambat.
Setelah menunggu cukup lama, akhirnya angkot yang ia tunggu datang. Namun masalah kembali datang, angkot yang ia tumpangi tiba-tiba saja berhenti dan mogok ditengah jalan. Amanda berdecak sebal sambil turun dari angkot, tak ada waktu lagi. Jika dia tidak bergegas bisa-bisa hari ini dia bisa saja terlambat.
Amanda berdiri di trotoar menunggu angkot selanjutnya, tiba-tiba sebuah motor sport berhenti tepat didepannya. Amanda melihat siapa yang ada didepannya, saat ini Akbar berhenti didepannya sambil membuka kaca helm yang ia kenakan dan tersenyum kepada Amanda.
“Man, ayo bareng gue” ajak Akbar tanpa ragu sedikitpun.
“Eh tapi-“
“Udah ayok, bentar lagi masuk. Kalau gak buru-buru kita bakal telat” ucap Akbar lagi.
“Yaudah deh” balas Amanda sambil naik keatas motor Akbar.
Motor Akbar melaju dengan kecepatan yang cukup kencang, melaju menuju SMA Nusantara. Akbar melirik Amanda dari kaca spion motornya, melihat Amanda yang hanya diam di belakangnya.
“Man” panggil Akbar.
“Soal jawaban lo buat yang kemarin...gak usah kasih tau gue ya”
“Gue udah tau akhirnya kayak gimana, lo pasti nolak gue” ucap Akbar sambil tersenyum hambar.
“Gak apa, gue tau kok gue gak pernah ada di hati lo. Gue cuma gak siap dengernya langsung dari lo, jadi biarin gue memahaminya sendiri” jelas Akbar dengan perlahan, setiap kata-kata dari cowok ini mengisyaratkan betapa tulusnya dia.
Amanda menghela nafasnya, rasanya sangat berat untuk mendengar itu semua dari Akbar. Tapi mau bagaimana lagi, tidak ada sedikitpun perasaan yang tercipta untuk Akbar. Ia hanya menganggap cowok ini sebagai teman dan tidak bisa lebih dari itu.
“Maaf” balas Amanda, hanya kata ini lah yang mampu ia ucapkan saat ini.
“Gak papa, ini bukan salah lo. Hanya perasaan gue yang muncul disaat yang tidak tepat” gumam Akbar dengan senyum hambar diwajahnya. Ini lebih menyakitkan dari yang ia kira, sakitnya patah hati ternyata semenyakitkan ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
PHOBIA(Comeback)-TAMAT
Novela Juvenil"Percaya atau tidak gue PHOBIA cowok. Ya itu terdengar aneh memang tapi itulah yang gue alami, harus menjaga jarak dengan semua cowok termasuk abang gue dan harus menerima semua pandangan aneh dari semua orang disekitar gue. Tapi gak papa gue udah t...