Setelah mengurus semua surat untuk kepindahannya, pagi ini juga Angga berangkat menuju sekolah barunya yang akan menjadi tempatnya untuk menimbah ilmu menggunankan motor sport warna hitam miliknya. Melaju membelah kepadatan jalan raya dengan kecepatan standar sambil memandang lurus kedepan dan terfokus pada tujuannya.
Beberapa belas menit berkendara akhirnya Angga tiba di sekolah barunya. Saat telah memarkirkan motor miliknya Angga melanjutkan langkahnya menuju ruang tata usaha untuk menyelesaikan semua urusan kepindahanya. Disepanjang jalan banyak suara histeris memuji ketampanan cowok ini, yang membuat telinganya panas dan tak tahan mendengarnya. Dengan kesal Angga meraih earphone miliknya dan menyumpal telinganya.
Baru setengah jalan menuju tujuannya, Angga dihentikan oleh salah satu siswi yang berjalan kearahnya. Iya, itu Chintya salah satu dari banyak cewek cantik diSMA ini. Ia cukup digilai bahkan gemar berganti-ganti pacar, dan kebanyakan dari mantannya adalah cowok-cowok populer.
“Hai?”sapa Chintya dengan suara centilnya.
Angga hanya menatap Chintya binggung dengan mata tajamnya lalu kembali melanjutkan langkahnya. Namun kembali dihentikan oleh gadis itu.
“Eh tunggu, mau kemana?” tanya Chintya.
“Yang pasti bukan urusan lo!” balas Angga ketus, karena waktunya terbuang sia-sia oleh cewek jadi-jadian dihadapannya ini.
“Ketus banget, tapi gue suka” Chintya sambil tersenyum manis yang membuat Angga muak dan geli melihatnya. Dia hanya ingin cepat-cepat pergi dari sini dan menyelesaikan urusannya.
“Kenalin nama gue Chintya, cewek tercantik di SMA ini. Lo pasti siswa barukan? jadi wajar sih kalau lo gak kenal gue so-“
“Denger ya, gue gak perduli lo siapa. Seterkenal apa lo dan apapun itu! Gue bener-bener gak perduli.” Ucap Angga sambil memundurkan sedikit tubuhnya dan bersiap melanjutkan ucapanya,
“Jadi pergi dari sini dan jangan ganggu gue!” ujar Angga mengakhiri ucapanya dan meninggalkan Chintya yang masih mematung ditempatnya.
“Menarik” gumam Chintya sambil tersemyum dan menyilangkan tangan didadanya.
“Liat aja, lo pasti jadi milik gue!” monolog nya dengan penuh keyakinan.
***
Disituasi yang berbeda, di kelasnya yang awalnya begitu tenang. Amanda duduk ditempatnya sambil membaca novel dari penulis favoridnya terusik oleh suara menggelegar Cita dari pintu masuk yang berteriak histeris entah karena apa.
“OMG Amanda.... lo harus tau, lo bener-bener harus tau ini. Ini berita yang benar-benar WAH tau gak?!” oceh Cita dengan hebohnya.
“Mulai lagi deh, apaan sih kok segitu hebohnya lo pagi-pagi. Liat tu orang-orang keganggu sama suara indah lo itu” ucap Amanda dengan santai sambil membalik lembar novel yang sedang dibacanya. Cita memperhatikan sekelilingnya sambil meringis malu, semua orang menatapnya akibat teriakkan mahadasyat miliknnya.
“Eh, maaf semunya. Gak bakal keulang lagi deh, janji silahkan lanjutin aktivitasnya” Cita sambil tersenyum menatap sekelilingnya.
“Tapi Man, ini benar-benar penting!” lanjut Cita, kini dengan suara yang lebih kecil bahkan terkesan berbisik.
“Oke, gue percaya. Ada apa emang?” tanya Amanda sambil menutup novel yang tadi dibacanya. Iya, walaupun ia yakin pasti ucapan Cita tidak terlalu penting seperti yang dia katakan.
“Jadi gini, kayaknya kita kedatangan siswa pindahan gitu”
“Hm terus?”
“Dan dia itu ganteng banget sumpah. Dan kemungkinan besar dia bakal masuk kelas kita.” Amanda menghela nafas berat, sungguh dia sangat tidak tertarik dengan arah obrolan ini. Bahkan novelnya jauh lebih menarik dibandingkan dengan obrolan ini.
“Oh... gitu, kirain apaan” respon Amanda datar sambil membuka kembali novel miliknya dan kembali membaca. Cita cemberut melihat respon yang gadis ini berikan, seharusnya dia tau bahwa Amanda akan bersikap seperti ini. Kesal itulah yang terjadi pada Cita saat ini.
“Ya ampun Man, reaksi lo gitu doang? Emang lo gak seneng gitu atau apa kek, ada cogan Man cogan. Reaksi lo datar banget kesel gue!” saut Cita dengan kesalnya.
“Gak, gue gak begitu perduli. Lagian nih ya apa untungnya buat gue ngebahas cowok gak jelas, gak ada faedahnya juga buat gue.”balas Amanda acuh.
“Terserah lo deh Man,terserah” jawab Cita kesal.
Dari kejauhan Adillah dan Dhea yang baru datang hanya bisa berdecak tak percaya melihat tingkah laku kedua temannya ini. Keduanya berjalan menghampiri Cita dan Amanda dan mulai bersuara.
“Ini ada apasih pagi-pagi udah rame aja?” tanya Adillah sambil menarik kursi yang ada didekatnya.
“Ini nih Cita, masih pagi udah bahas cogan aja. Gak ada faedahnya juga” saut Amanda pelan.
“Lo juga sih Man, kayak gak pernah tertarik ama cowok aja! Tiap kali gue bahas cowok lo gak pernah perduli,atau lo emang gak tertarik ama cowok”jawab Cita asal yang dibalas dengan tatapan tajam dari Amanda.
“Apa lo bil-“
“Udah-udah jangan dibahas lagi” potong Adillah menengahi pertengkaran keduanya. Diikuti suara bel sekolah yang berteriak nyaring mengakhirin percakapan mereka.
Saat pelajaran tengah berjalan dan semua orang berfokus pada Pak Bandi yang tengah menulis rangkaian rumus matematika disaat itu juga Angga datang sambil mengetuk pintu kelas.
“Tok tok tok”
“permisi?” ucap Angga sopan.
“Iya silahkan, ah kamu? Silahkan masuk!” balas Pak Bandi.
“Nah, anak-anak kita kedatangan teman baru, silahkan masuk Nak” setelah mengatakan hal itu, semua siswa celinga-celinguk mencari keberadaan siswa baru yang disebut Pak Bandi tadi. Angga melangkah masuk diiringin jeritan histeris dari belasan siswi di ruangan ini, kecuali Amanda yang masih sibuk mencatat rumus yang diberikan Pak Bandi tadi.
“Silahkan perkenalkan dirimu Nak” ujar Pak Bandi.
“sstt Man, Amanda....”panggil Cita saat Angga berdiri didepan kelas, Amanda menoleh kearah Cita.
“Itu cowok yang gue bilang tadi, gimana ganteng gak?” balas Cita lagi.
“Apaan sih, B aja tuh. Udah ah!” jawab Amanda tak tertarik dan langsung melanjutkan tugasnya.
“Perkenalkan nama saya Ahmad Anggara, siswa baru disini” jelas Angga singkat.
“Oh, namanya Angga”
“Angga minta nomer whatsapp dong...” celetuk salah satu siswi kelas ini, tapi Angga tidak mengiraukannya.
“Sudah-sudah tenang semuanya! Angga silahkan duduk dibangku yang kosong dan duduk” ucap Pak Bandi lagi.
Angga mengedarkan pandangannya kesegala penjuru kelas dan didapatinya Beny Satria—temanya yang sedang duduk dipojok kelas tanpa memperdulikan keberadaannya. Angga yang kesal melihat Ben yang tidak memperdulikannya memilih berjalan dan berhenti tepat dibangku Amanda yang memang ada bangku kosong disana. Dan suara sorakkan pun terdengar.
“Yah... malah duduk sama cewek aneh lagi”sorak Bella.
Angga tidak memperdulikan suara itu, apanya yang aneh? Cewek ini terlihat biasa saja kok aneh dari mananya coba? Disisi lain Amanda sudah terlihat begitu panik saat Angga duduk disampingnya, dengan sigap dia bangkit dari bangkunya dan berjalan kearah Cita, dan menyuruh gadis itu menggantikannya dan duduk dengan Angga. Awalnya Cita menolak namun lama-lama ia setuju dan berjalan dan duduk dibangku yang awalnya ditempati Amanda.
Cita duduk disamping Angga dengan santainya, namun tidak dengan Angga. Cowok itu kiini menatap Cita dengan tatapan binggung sekaligus heran. Kenapa cewek ini yang duduk dengannya? Angga mencari keberadaan gadis yang semula duduk dengannya dan ternyata dia duduk dimeja sebelah sana bersama temannya mungkin.
Fikiran Angga terus berputar dan terus bertanya, kenapa cewek itu menghindarinya bahkan saat pertama dia masuk tadi hanya cewek itu juga yang tidak berteriak seperti yang lainnya. Ditengah lamunannya, Angga dikagetkan dengan Cita yang tiba-tiba menyodorkan tangannya tepat didepan Angga.
“Halo, kenalin nama gue Cita Jesicha lo boleh panggil gue Cita aja”ucap Cita tiba-tiba. Angga hanya diam sambil menatap Cita penuh kebinggungan.
“Gue tau lo pasti binggung kenapa gue yang duduk disini bukannya cewek tadi”tanya Cita menyisakan Angga yang juga penasaran.
“Lo gak perlu binggung, cewek yang duduk disini tadi itu namanya Amanda. Dia itu emang begitu orangnya agak risih ama cowok jadi maklumin ya”jelas Cita sedangkan Angga masih diam dengan tatapan binggung seolah bertanya kenapa.
“Dan kalau maksud tatapan lo itu”kenapa” jawaban gue juga sama, gue gak tau kenapa Amanda begitu”
Angga terdiam sejenak, sambil menatap Amanda dari kejauhan entah kenapa rasa penasaran mengerogoti dirinya walaupun dia sudah mencoba untuk tidak terlalu penasaran namun rasanya ada sesuatu yang terjadi pada cewek itu dan dari prilaku siswa diruangan ini, gadis itu terlihat tidak baik-baik saja disini.
“Eh nama lo siapa tadi?” tanya Angga tiba-tiba.
“Cita, kenapa?”
“Oke, Cita maaf ya, nanti bisa gak lo pindah lagi ketempat duduk lo?” ucap Angga menimbang-nimbang agar Cita tidak tersinggung.
“Eh atau suruh Amanda duduk disini lagi deh, gue mau tanya kenapa dia pindah dari sini tadi, gimana ?”
“Em.... oke deh, entar pas jam istrahat gue bilangin. Nah tapi kalau dia gak mau pindah lagi gimana?” tanya Cita.
“Nanti gue sendiri yang bilang kedia” jawab Angga tanpa pikir panjang.
“Oke” jawab Cita sambil tersenyum setuju. Lagi pula ia tidak keberatan toh mungkin ini salah satu cara biar Amanda gak risih lagi dan gak anti ama cowok lagi kayak sekarang.
KAMU SEDANG MEMBACA
PHOBIA(Comeback)-TAMAT
Teen Fiction"Percaya atau tidak gue PHOBIA cowok. Ya itu terdengar aneh memang tapi itulah yang gue alami, harus menjaga jarak dengan semua cowok termasuk abang gue dan harus menerima semua pandangan aneh dari semua orang disekitar gue. Tapi gak papa gue udah t...