Ali mulai tinggal bersama kedua anaknya berusaha memulai kembali semua kewajibannya, Amanda sudah memaafkannya. Menerima keberadaannya dan melupakan kesalahan di masa lalu, Aldi pun begitu. ia berusaha keras memaafkan Ali walau pun begitu sulit untuk menerima pria ini.
Beberapa hari setelah kejadian itu, Amanda kembali membaik. Phobianya sembuh seutuhnya dan itu membuatnya merasa lega. Hari ini Amanda pulang sekolah bersama Angga, dimobilnya. Angga hanya diam sambi bergulat dengan pemikirannya,jujur beban di kepalanya terlalu berat jika harus di tanggung oleh dirinya sendiri. Dia butuh seseorang untuk membagi beban yang ia rasakan.
“Man” panggil Angga.
“Hm?”
“Salah gak kalau kita nolak permintaan orang tua?”
“I-iya tergantung permintaanya gimana? Kalau itu terbaik untuk kita, kita wajib untuk nurutin mereka”
“Emang kenapa sih?”
“Ortu mau aku buat nerusin perusahaan mereka, tapi aku gak mau”
“Lho kok gak mau? Bukan nya itu bagus? Berarti mereka mau kamu jadi orang yang sukses di masa depan”
“Tapi aku gak mau jadi kayak mereka”
“Maksudnya gimana?”
“Aku gak mau jadi kayak mereka, aku gak mau kehilangan kesempatan kumpul bareng keluarga karena pekerjaan. Aku gak mau anak-anak aku nanti merasa kehilangan sosok ayah hanya karena pekerjaan”
“Angga, dengerin aku. Kamu harus nurutin apa yang mereka mau , karena itu yang terbaik untuk kamu”
“Tapi Man?”
“Angga, baik buruknya mereka. Mereka tetap orang tua kamu, mereka tau apa yang terbaik untuk kamu. Jika kamu gak mau kayak mereka, jangan tiru apa yang mereka lakukan. Aku memang gak terlalu tau banyak soal kamu, jangan salah ngambil pilihan hanya karena sikap mereka"
“Perlakuan mereka terhadap kamu memang salah, tapi jangan sampai kamu mengulang kesalahan mereka! Kamu adalah Angga kamu bisa menjadi berbeda dari mereka! Percaya lah!”
Angga mendesah panjang, mungkin Amanda benar. Sudah saatnya ia mengubah cara fikirnya.
“Terimakasih” ucap Angga sambil terseyum dan menacak puncak kepala gadis itu.
Amanda hanya mengangguk sembari tersenyum. Tak lama mobil Angga berhenti di depan rumah Amanda, gadis itu turun dan berdiri menunggu mobil Angga berlalu dari tempatnya. Setelah Angga pergi, Amanda bergegas masuk ke rumahnya dan mendapati Aldi yanga sedang menelpon dengan wajah yang sulit di artikan.
“Jadi buktinya sudah di temukan? Apakah pelakunya sudah bisa dilacak?”
Amanda mendengar semua ucapan Aldi samar, sambil mendekati Aldi. Aldi menatap Amanda yang sudah berdiri di hadapannya.
“Baik”
“Baiklah, saya akan segera kesana sekarang” Aldi sambil menutup telponnya.
“Ada apa Bang?siapa yang nelpon?” tanya Amanda.
“Polisi udah nemui pelaku tabrak lari bunda, Man. Gue mau kesana sekarang”
“Gue ikut Bang”
“Yaudah ayo”
“Ayah kemana bang?” tanya Amanda.
“Gue gak tau, mungkin lagi di luar. Yaudah ayo berangkat!”
“Ayo!”🍃🍃🍃
Hari sudah semakin gelap, tapi Al, Beny masih belum juga beranjak dari rumah Angga. Mereka duduk di kamar Angga. Angga duduk sambil mengusap wajahnya gusar, dia tampak kacau entah karena apa. Al dan Beny binggung harus berbuat apa.
KAMU SEDANG MEMBACA
PHOBIA(Comeback)-TAMAT
Teen Fiction"Percaya atau tidak gue PHOBIA cowok. Ya itu terdengar aneh memang tapi itulah yang gue alami, harus menjaga jarak dengan semua cowok termasuk abang gue dan harus menerima semua pandangan aneh dari semua orang disekitar gue. Tapi gak papa gue udah t...