“Oh ya! Terserah lah! Lagi pula gue gak perduli” ucap Angga acuh dan Akbar yang masih mencoba memahami situasi yang sedang terjadi, sedangkan Amanda yang masih mendengar hal itu hanya diam dan terus melanjutkan langkahnya.
Akbar yang mendengar ucapan yang dilontarkan Angga secara refleks memukul bahu cowok itu dengan cukup keras. Angga meringis sambil mengusap bahunya “Sakit tau! Gila lo ya”
“Lo yang gila! Ngomong sembarangan ama anak orang! Punya otak gak? dipakek jangan dipajang aja!” Akbar dengan agak keras.
“ lho Kok lo yang ngegas? Santai aja dong, emang lo siapanya dia ,pacar?”
Akbar menatap tajam kearah Angga “Denger, gue emang bukan siapa-siapanya dia. Tapi sebagai ketua kelas gue wajib menjaga ketertiban kelas dari hal-hal kayak gini-“
“Sampai segitunya, gue kira siapa. Gak usah segitunya juga kali” gumam Angga masih tak terima disalahkan.
“Lo baru disini, lo gak bakalan ngerti situasinya kayak apa. Lo belum tau apa yang harus DIA lewati selama ini, jadi jangan asal bertindak! Pahami dulu situasinya baru lo paham bahwa yang lo lakuin sekarang adalah hal konyol yang dilakuin sama manusia yang cukup dewasa kayak lo!” ucap Akbar tajam lalu berlari menyusul Amanda yang telah pergi sebelumnya.
Angga membeku ditempatnya, apakah yang dia lakukan berlebihan? Sampai Akbar—ketua kelas pun ikut marah padanya? Lalu kenapa Akbar mengatakan hal seperti itu? Apa yang tidak dia mengerti?. Semua tanya berputar dibenak cowok ini tapi satu yang menjadi fokus utama dirinya. “Ada sesuatu yang terjadi dan disembunyikan oleh gadis ini” dia juga belum tau apa itu, tadi secepatnya dia ingin mengetahuinya.
Amanda berlari keluar kelas sambil menangis, di sisi lain Akbar mengejar Amanda yang kini berada beberapa meter didepannya.
“Amanda, berhenti! Tunggu gue, lo mau kemana?” teriak Akbar.
Mendengar hal itu, Amanda terus melanjutkan langkahnya dan terus berlari.
“Jangan ikutin gue!”
“Gue gak bakal ninggalin lo dalam keadaan kayak gini”Akbar perduli.
Amanda sejenak menghentikan langkahnya sambil mengusap sedikit sisa air matanya, setelah Akbar tepat berada di dekatnya gadis ini mulai angkat suara.
“Jangan ikutin gue lagi. Gu-gue Cuma mau sendiri sekarang, g-gue bisa ngadepin ini sendiri!”ucap Amanda pelan dengan kepala yang tertunduk.
Sejenak Akbar terlihat diam, mungkin benar. Yang gadis ini butuhkan sekarang adalah sendiri. Ya! Mungkin dia butuh waktu untuk menenangkan dirinya.
“O-okey” ucap Akbar sambil memundurkan sedikit tubuhnya.
Mendengar hal itu, Amanda menghela nafasnya lalu melanjutkan langkahnya. Mencari tempat untuk menenangkan dirinya. Akbar memandang punggung Amanda dari tempatnya, mendesah kasar sambil mengacak rambutnya.
“Kapan lo bisa sadar kalau gue perduli sama lo Man” batin Akbar sambil membalikkan tubuhnya meninggalkan Amanda sendirian, membiarkan gadis itu menenangkan dirinya.
***
Bel masuk berteriak nyaring, semua siswa perlahan kembali kekelas mereka masing-masing. Begitu juga Amanda, gadis itu berjalan perlahan memasuki kelasnya. Matanya memandang penjuru kelas dan mendapati Cita telah kembali duduk ketempat duduknya yang lama dan itu berarti ia harus duduk di samping Angga, dan itu bukanlah hal yang bagus. Dengan sigap Amanda melangkah kearah Cita dan menanyakan sesuatu padanya.
“Cita” panggil Amanda saat langkahnya sudah dekat dengan Cita.
“Hm? Apaan?”
“Kok lo duduk disini lagi? Kenapa gak duduk sama di-dia aja” tanya Amanda sedikit tak nyaman.
“Maaf ya Man, gue gak mau duduk sama dia. Jadi gue pindah lagi kesini lagian dia juga minta lo duduk lagi sama dia, ada yang mau ditanyai katanya” jelas Cita. Amanda menghela nafas berat sambil menatap tempatnya dari kejauhan dengan cowok itu disana.
Baru ingin membujuk Cita untuk pindah dan duduk ditempatnya, ibu Sifa si guru killer masuk kelas dengan suara khas miliknya membuat Amanda secara reflek berjalan kembali ketempat duduknya dan duduk di samping Angga yang tampak begitu tenang.
“Yang terlambat saat saya sudah masuk silahkan keluar!!” ucap ibu Sifa sambil mendorong sedikit kacamata yang dia kenakan.
“Bagus deh lo balik duduk disini lagi, ada yang mau gue tanyai” bisik Angga sambil mengeluarkan buku dari tas miliknya, Amanda menoleh sekilas lalu mengeser sedikit kursinya agar tidak terlalu dekat dengan cowok ini. Karena duduk bersampingan dan dengan jarak sedekat ini membuatnya tidak fokus belajar dan sangat gelisan sekaligus khawatir jikalua phobianya muncul secara tiba-tiba disini.
Jam pelajaran terus berlangsung tanpa ada gangguan, kelas ibu Sifa selalu tenang walaupun banyak juga yang terpaksa tenang saat pelajaran ibu sifa sedang berlangsung. Disaat semua orang sedang menyimak materi yang ia sampaikan, Angga melirik Amanda yang masih berkonsentrasi dengan materi yang Ibu Sifa sampaikan dan mencatat poin penting di materi kali ini.
“Maaf soal yang tadi” gumam Angga pelan namun Amanda masih bisa mendengarnya, tapi ia masih diam tidak mengerti harus menjawab apa. Amanda terus mencatat tanpa bereaksi apapun.
“Kenapa lo sebegitu takutnya sama gue?” tanya Angga spontan. Membuat Amanda menghentikan aktivitasnya, detak jantungnya kini terdengar memburu. Pertanyaan seperti inilah yang sangat ingin ia hindari, pertanyaan yang sampai sekarang tidak bisa ia jawab. Amanda terlihat mengenggam erat bolpoint ditangannnya dan menghela nafas berat mencoba menenangkan dirinya.
“B-bukan apa-apa” jawab Amanda singkat berharap cowok ini tidak bertanya lagi. Mendengar hal itu Angga hanya diam dan tak mau bertanya lagi karena melihat gadis ini gelisah dan tak nyaman dengan pertanyaan itu.
Setelah itu pelajaran berlansung sebagaimana mestinya tanpa gangguan hingga bel mengakhiri pelajaran kali ini. Semua siswa akhirnya bernafas lega karena guru killer akhirnya keluar dari kelas mereka meninggalkan rasa lelah yang membumbung tinggi, namun ini belum berakhir masih ada satu jam pelajaran terakhir sebelum akhirnya bel pulang berbunyi.
Di jam pelajaran terakhir, semua berjalan biasa-biasa saja tidak banyak hal yang terjadi. Hanya penjelasan yang membosankan dan tugas yang harus diselesaikan tepat waktu. Ditengah semua kesibukan itu, Angga binggung dengan sikap Amanda. Selama pelajaran berlangsung gadis ini bahkan tidak bicara satu patah katapun seolah ada dinding tak kasat mata yang berdiri kokoh disampingnya dan tidak membiarkan siapapun masuk kedalamnya.
Angga mencoba tak perduli walaupun ini sangat menganggunya. Sebelumnya tidak ada siapapun yang menolak kehadirannya namun kali ini Amanda mampu mematahkan hal itu. Ia adalah satu-satunya orang yang mengabaikan kehadiran Angga bahkan sangat menghindarinya, hal ini pula yang membuat pertanyaan besar muncul dibenak cowok ini tapi ia masih mencoba tidak memperdulikan hal itu. Ini adalah privasi gadis ini dan ia tidak mau menggangu privasi orang lain karena ia pun tak suka jika privasinya diganggu.
****
Sekolah telah usai, semua siswa berhamburan merayakan kebebasan mereka dengan raga yang lelah. Begitupula dengan dengan Amanda, gadis ini memasukan buku kedalam tasnya dengan perlahan dan setelah semuanya selesai ia melangkah meninggalkan kelas yang perlahan kosong. Seperti biasa Amanda selalu pulang dengan naik angkutan umum untuk pulang ke rumahnya yang cukup jauh dari sekolah.
Setelah menghabiskan cukup banyak waktu menunggu akhirnya angkot yang ia tunggu datang, Amanda bernafas lega setidaknya dia tidak pulang terlalu sore hari ini dan bisa cepat-cepat beristirahat . sesampai di rumah Amanda disambut oleh rumah yang sepi, hanya Aldi-kakaknya dirumah.
“Baru pulang?” tanya Aldi saat melihat Amanda berjalan menuju kamarnya.
“Iya” jawab Amanda singkat dan terus melanjutkan langkahnya.
“Bunda bakalan pulang telat hari ini, mungkin agak larut” Aldi terus mencoba membuat dialog dengan adiknya berharap kali ini ada respon yang bagus dari gadis ini.
Amanda yang sudah tiba dikamar hanya diam menyimak apa yang dikatakan Aldi padanya. Kemudian melepas tas yang disandangnya lalu berjalan menuju ranjang kecil miliknya, membaringkan tubuhnya untuk melepas rasa lelah yang ia dapat hari ini. Tanpa terasa rasa lelah membuat matanya berat dan akhirnya tertidur, menyisakan Aldi yang kini memikirkan cara agar adiknya keluar dan mengobrol dengannya.
Cukup lama setelah itu, Amanda dibangunkan dengan suara alat masak yang saling beradu diikuti suara Aldi yang sesekali terdengar meringis. Amanda bangkit dari tidurnya dan berjalan keluar kamarnya melihat apa yang terjadi diluar, sampai di dapur Amanda berdiri mematung menyaksikan Aldi yang sibuk bergulat dengan alat masak dengan wajah yang kusut dan dapur yang berantakan. Kakaknya memang tidak pandai memasak.
“Aiis, panas banget nih wajan” ringis Aldi saat wajan pengorengan itu mengenai kulitnya.
“Bundaaa.... “ rengek Aldi tak kuat harus memasak seperti ini. Amanda yang melihat hal itu berjalan perlahan dan berhenti beberapa meter dibelakang Aldi.
“em Bang” panggil Amanda yang membuat Aldi menoleh untuk memastikan apa yang dia dengar.
“B-biar, b-biar gue aja yang masak” lanjut Amanda tanpa menatap kakaknya dan terus menunduk.
“Gak papa, biar gue aja. Gue bisa kok gak usah khawatir” balas Aldi sambil meraih spatula ditangannya dan mengaduk masakan yang ia masak, namun sayangnya tangan cowok itu kembali menyentuh wajan yang panas.
“Aiiish” ringis Aldi kembali terdengar.
“Gak papa, biar gue aja yang masak” ucap Amanda sambil mengambil alih spatula yang di pegang oleh Aldi sebelumnya.
Dengan sigap Amanda memasak dan merapikan kekacauan yang Aldi sebabkan. Aldi memperhatiakan adiknya dari kejauhan tak ingin gadis itu terganggu dengan keberadaanya, menunggu hasil masakan yang adiknya buat. Tak membutuhkan waktu lama, akhirnya Amanda selesai memasak dan menyajikankan nya di meja makan kecil rumah mereka. Aldi terlihat tersenyum kecil sambil menatap semua hidangan buatan adiknya merasa takjub dengan apa yang dia lihat saat ini.
“Waw gak nyangka lo cepet juga masaknya” puji Aldi.
“Ayo makan sama-sama” ajak Aldi penuh semangat.
“Eh, Abang makan aja duluan. Gue nyusul, belom laper” kilah Amanda sambil perlahan melangkah pergi. Senyuman diwajah Aldi perlahan memudar saat mendengar ucapan adiknya , sedih sudah pasti dia rasakan.
“Kali ini aja”
“Gue minta kali ini aja” ucap Aldi membuat Amanda menghentikan langkahnya.
“Lo mau duduk satu meja sama gue, ngombrol layaknya kakak-adek semestinya. Jangan abaikan gue terus, gue juga merasa bersalah kalau lo kayak gini” Aldi dengan kesedihan yang teramat sangat dihatinya.
Mendengar kata-kata yang kakaknya ucapkan membuat hati Amanda ikut teriris, rasanya kesedihan itu juga berdampak pada dirinya. Amanda mengundurkan niatnya dan berjalan mendekat kearah Aldi dan duduk di kursi tepat didepan kakaknya. Kemudian menyendokan nasi dan meletakan ke piring yang ada didekat Aldi.
“Maaf”
“Ini semua salah gue” ucap Amanda pelan. Mendengar hal itu Aldi segera mengangkat kepalanya .
“Gak ini bukan kesalahan lo-“
“Sudahlah gak usah dibahas lagi, ayok kita makan”Aldi mengalihkan tapik pembicaraan tak mau semuanya malah merusak suasana saat ini.
Selama makan terdengar perbincangan kaku yang terjadi diantar keduanya. Tapi tak apa dengan begini pun sudah cukup membuat Aldi bahagia.🍃🍃🍃
Hai Readers....
Update lagi nih...
Jangan lupa vote dan komen ya...
#TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
PHOBIA(Comeback)-TAMAT
Teen Fiction"Percaya atau tidak gue PHOBIA cowok. Ya itu terdengar aneh memang tapi itulah yang gue alami, harus menjaga jarak dengan semua cowok termasuk abang gue dan harus menerima semua pandangan aneh dari semua orang disekitar gue. Tapi gak papa gue udah t...