LE -8-

157 10 0
                                    

Hans bergegas menuju basement dengan raut yang penuh semangat. Dibawanya selembar kertas putih itu sebagai clue dari hal-hal yang beberapa waktu ini memberatkan kepalanya. Ada niat untuknya mengajak Willy, Emily, atau pun Kenn, tetapi ia pikir perdebatan tadi belum cukup membuat Willy tenang. Ya ... walaupun Hans menyadari, ia bersalah dalam hal ini. Ia tak berpikir panjang untuk berbagi argumen, ia mempunyai banyak sahabat yang jelas peduli padanya, namun mengapa ia justru malah menuruti egonya sendiri? Setidaknya ia akan meminta maaf jika nanti bertemu dengan Willy.

Hans menuruni tangga dengan cepat, di bawah sana, dilihatnya sesosok Kenn sedang mencari sesuatu. Apa mungkin lelaki itu mencari surat rahasia kakek? Atau mungkin artikel tentang Bumi Terakhir?

Hans mulai berpikir, di basement yang menurutnya tak terlalu luas untuk mencari sebuah artikel dan surat rahasia kakek bukanlah hal sulit. Karena dari beberapa kunci yang sudah ia dapat, dua benda itu terutama surat rahasia kakek pasti berada di sana. Di antara buku-buku yang belum lama ini ia acak-acak bersama Ray. Dan tunggu, atau mungkin ia hilang setelah menemukan benda itu?

Kenn merasakan kedatangan seseorang dari balik badannya. Ia tak langsung menoleh sebab dari ketukan langkah kakinya sangat mudah terbaca, siapa dia.

"Apa yang telah kau dapatkan?" tanya Kenn tanpa menoleh bahkan melirik sekalipun.

Hans menaikkan selembar kertas itu di hadapannya dan menatapnya dengan penuh sukacita. "Aku mendapat ini." Ia mengulurkan selembar kertas itu dan membuat Kenn membalikkan badannya.

"Kupikir ini salah satu dari sekian kunci yang telah aku dapat. Dan ... mungkin kita tak akan terlambat," ucap Hans dengan keraguan yang tiba-tiba saja bersarang di pikirannya.

"Emm ... sejak kapan kau ada di sini?" tanya Hans lagi.

"Sejak kau dan Willy bertengkar." Kenn berbicara apa adanya. Setidaknya Kenn tidak akan melakukan apa yang Willy lakukan. Kesal dan mengabaikan sekitarnya sebelum hatinya kembali normal. Lagipula semalaman ini ia tak bisa tidur. Ia dibayangi oleh keajaiban-keajaiban tentang Kakek Rutherford. Dan seolah ada sesuatu yang mendorongnya untuk berusaha mencari apa yang dicari.

"Aku dan Willy tidak bertengkar ...." elak Hans. Baginya itu bukan bertengkar namanya, ya ... hanya sedikit kesalah pahaman.

"Sudahlah, tak perlu dibahas. Kupikir kita bisa mulai bekerja sekarang, sebelum semuanya terlambat."

Hans berlalu dari hadapan Kenn tanpa melupakan surat itu yang kemudian ia masukkan ke dalam saku celana jeans pendeknya. Ia berjalan menuju rak di pojok ruangan. Ia menarik napas, berpikir bagaimana bisa ruangan yang dahulunya rapi kini bahkan sudah seperti bangunan tak berpenghuni lagi. Sangat kacau. Berantakan. Dan ini sangat-sangat buruk.

Hans membuka laci rak, sesekali ia terbatuk akibat debu yang tiba-tiba saja merasuki hidungnya. Dan seketika saja, matanya menangkap surat kabar yang tergeletak di antara beberapa buku yang usang. Tanpa banyak berpikir Hans langsung saja meraihnya. Dan benar saja, di halaman kedua tertulislah artikel dengan judul 'Bumi Terakhir' tepat seperti apa yang ia harapkan.

"Aku menemukannya!"

"Ada apa?" Suara kebisingan dari luar menggema membuat Willy dan Emily saling menatap penuh tanya.

Willy mengerdikkan bahunya. Ia tentu tidak tahu apa yang sedang terjadi, pasalnya ia sedari tadi hanya terduduk memikirkan apa yang akan dilakukan selanjutnya mengetahui anggota Earth Mission sedang tidak baik.

Sebenarnya ia tak terlalu ambil pusing mengenai suara yang lebih terdengar seperti suara dentuman atau entahlah ia menyebutnya. Namun, suara itu kian-kian membuat keadaan jiwanya kembali naik sekian derajat.

"Aku akan melihatnya," ucapnya dengan nada datar. Itu cukup membuatnya terlihat terpaksa atau mungkin sebenarnya ia malas melakukannya. Ya ... setidaknya ia akan memastikan semoga di luar baik-baik saja.

Willy berjalan menuju pintu utama, bahkan rasanya sangat membosankan untuk beberapa kali saja keluar masuk rumah itu. Tetapi, mungkin apa salahnya juga menjaga kewibawaan lelaki di hadapan gadis cantik yang tentu saja dapat memikat pesonanya.

Dari depan pintu Willy berdiri, ternyata Emily membuntut dari belakang. Hingga ia mensejajarkan tubuhnya yang kalah tinggi di samping Willy memantau suasana.

Suaranya tak terhenti sampai di sana dan sepertinya suara itu bersumber dari bangunan-bangunan peninggi kota. Apa bangunan itu roboh? Bisa saja. Apa yang tidak mungkin dari dunia ini, kecuali memakan kepala sendiri.

"Bukankah itu Lise?" tanya Emily sembari menepuk bahu Willy pelan. Fokus matanya menatap sesosok gadis sebayanya yang berjalan cepat menuju ke rumah Hans. Terlihat buru-buru. Ada sesuatu kah?

Willy mengikuti arah pandangan Emily. Ia menyetujui pertanyaan gadis di sampingnya itu. Ia berharap gadis itu membawa setidaknya cemilan atau makanan yang dapat memuaskan perutnya. Efek perdebatan tanpa lawan pagi ini membuat semua orang melupakan jika setetes air pun belum membasahi lambungnya.

"Hai, kalian," ucap Lise dengan nada yang tidak santai. Bahkan yang terlihat dari raut wajah gadis itu hanyalah raut datar seperti ada sesuatu yabg buruk terjadi.

"Ada apa denganmu?"

"Sudahlah kuceritakan nanti, aku kemari ingin menuntaskan pencarian surat rahasia kakek. Ini mengancam!"

"Mengancam?"

Lise tidak ingin banyak bicara. Sebelum Willy atau Emily mempersilakan Lise masuk, gadis itu sudah melewati keduanya dan masuk untuk mencari surat rahasia kakek.

Willy dan Emily tentu belum mengetahui secara pasti dari mana asal suara-suara yang mengerikan itu. Tetapi, ia mengabaikan mengingat cukup membuat otak Emily berputar membaca apa yang sebenarnya terjadi pada Lise. Semuanya mendadak berbeda dari biasanya.

Lise mempercepat langkahnya. Kali ini ia benar tidak main-main. Kenn menyadari ada pergerakan seseorang yang mendekat. Ia pikir itu salah satu di antara dua temannya yang datang bersama dengannya sore kemarin, tetapi setelah ia menengok lebih jelas, ternyata orang yang telah diserapahi mati karena telah meninggalkannya sendiri di koridor kampus.

Hans sudah menunjukkan artikel itu pada Kenn. Wajahnya kini berseri. Beberapa kali ia juga melihatnya, resah saja jika matanya salah melihat.

"Lise," ucap Kenn disusul tatapan menikam dari Hans.

"Hai, kalian. Aku kemari ingin membantu mencari surat rahasia kakek. Kupikir, aku masih bagian dari Earth Mission bukan? Sebenarnya ini cukup genting, tetapi aku tak bisa menjelaskannya sekarang."

Lise kembali terlihat terburu-buru. Seperti sangat menginginkan benda itu.

"Ak-" Hans hampir saja memberi tahu persoalan​ artikel yang beberapa menit yang lalu berhasil ditemuinya. Namun, Kenn sudah memotong dengan dehaman yang entah itu disengaja atau bagaimana Hans tidak mengerti.

Sontak Hans dan Lise menatap Kenn aneh. Bukankah Kenn dan Lise adalah teman baik? Tetapi mengapa seolah lelaki itu menyembunyikannya dari Lise?

"Kau berada di di ujung kebenaran yang akan menjatuhkanmu ke dalam lubang kehancuran jika saja kau lalai dalam berpikir dan melangkah."

Last Earth [E N D]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang