"Terima kasih atas tumpangannya, semoga harimu menyenangkan, Tuan."
Franklin melambai mengiring kepergian lelaki yang telah membawanya sampai di depan kompleks rumah Hans.
"Bajuku sedikit basah, tapi tidak masalah." Franllin sedikit mengusapi bajunya yang memang basah terkena percikan gerimis tadi.
"Sebentar lagi sampai rumahku, kau bisa pakai pakaianku untuk sementara waktu."
"Emm ... tunggu sebentar. Kupikir aku tak bisa langsung ke rumah. Kau tahu, kan? Semua benda yang kubawa saat itu, semua hilang. Itu artinya aku harus mengambil kunci yang lain di rumah tetanggaku. Untung saja waktu itu aku pernah menitipkan padanya."
Franklin tertawa renyah dan kemudian mengangguk.
Mereka berjalan beriringan memuju rumah Nenek Clarion yang notabene-nya adalah tetangga Hans yang rumahnya bersebelahan dengan rumahnya.
"Mm ... itu dia," kata Hans sambil menunjuk ke arah rumah Nenek Clarion.
Franklin mengangguk, hingga akhirnya ia menahan langkah kaki Hans ketika matanya menangkap beberapa orang yang berjalan mengendap seperti sedang melakukan sesuatu.
"Bahaya," bisik Franklin.
Hans menatap titik yang dilihat Franklin ia sontak mengajak Franklin bersembunyi di balik setumpuk batu bata.
"Hei, bukankah dia ...."
"Dia menuju rumahmu?" tanya Franklin ragu.
"Tidak terkunci? Ayo, cepatlah!"
♠
"Kalian tidak merasa lelah?" Grace menjauh dari hadapan rak buku dan duduk di meja kecil di dekatnya. "Aku benar-benar lelah. Bisakah kalian berhenti sejenak dan duduk bersamaku menikmati buruknya basement sempit yang berdebu ini. Oh, Tuhan, sepertinya sepulang dari rumah ini aku akan flu berat, hidungku terasa tidak keruan. Huh!" Grace menarik napas panjang.
"Itu berarti kau betina yang payah!" decih Willy menyahut.
"Kenapa juga harus kau yang menyahut?!"
Emily dan Kenn seolah menuli. Mereka malas mendengarkan banyak celotehan dari Grace yang baginya itu lebih tidak berguna daripada mencri sesuatu yang tak tentu itu.
"Ini mulutku. Semua yang aku lakukan adalah hak milikku, kau tak pantas untuk mengaturnya."
"TERSERAH KAU."
"Lost Clockwise. Ini cukup menarik," gumam Willy setelah kemudian ia mengangkat buku dan segera menunjukannya pada Kenn, Emily, maupun Grace.
"Kau menemukan sesuatu?" tanya Kenn yang kemudian menghentikan aktivitasnya terfokus pada Willy. Begitu juga Emily.
"Kurasa. Ah, ini hanya tebtang sebuah jarum jam yang hilang, tidak ada hal menariknya." Willy berbalik dan berniat mengembalikan buku itu ke temoat semula.
"Hei, kau pria sok tahu. Periksa saja dulu, siapa tahu menarik. Lihatlah, di sini hanya terdapat buku, kemungkinan besar yang ada benda ajaib itu berbentuk buku!"
"Oh, astaga! Betina payah itu menceramahiku," desis Willy tanpa menatap orang itu.
"Coba kulihat?" Kenn meminta buku yang dipegang Willy dengan raut mengintimidasi. Sebelum ia berhasil membuka lembaran buku itu, gelegar suara dari dalam rumah mengejutkan mereka dengan cepat.
"Angkat tangan kalian semua!" Suara sergapan dari orang yang kini berdiri di ambang tangga membuat pasukannya mempersiapkan pistol dan beberapa benda mengerikan lainnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Last Earth [E N D]
Science Fiction[TYPO Mohon maaf] Misi balas dendam seorang penguasa kota, harus berimbas pada kehidupan empat remaja yang bernaung di bawah sebuah misi yang dititipkan mendiang kakek si peramal tentang keajaiban waktu dari Clock Wizzard Museum. Sebuah ancaman bes...