Hans dan Kenn sama-sama terdiam di pinggiran trotoar. Langkah berikutnya terasa membingungkan keduanya, ya, lagi-lagi karena perencanaan yang belum matang membuat mereka tidak tahu apa yang akan dilakukan.
Terbesit dipikiran Hans akan dua hal, menuruti apa yang beberapa saat tadi dikatakan kakek atau memilih jalan mereka sendiri? Hans ragu memilih satu diantaranya, mengingat ia pernah salah memilih dua kesempatan, dan akhirnya dia menyesal karena tidak menuruti perintah kakek. Lalu apa sekarang?
"Kurasa aku tahu apa yang harus kita lakukan sekarang."
Hans menoleh ke arah Kenn seketika. "Apa?"
Kenn bangkit lalu menuju ke arah tempat mobilnya di parkir. "Ikut aku sekarang."
♠️
"Buku?" Emily mendongak menatap Clarion dengan bingung. Untuk apa buku? Apa tidak habis mereka memusingkan hal lain yang juga berbentuk buku? Berarti masalah ini membuat mereka menjadi kutu buku? Yang benar saja!
"Aku mendapatkannya saat pemberontakan terhadap Rutherford terjadi. Sudah beberapa lama, ya? Aku hampir tidak ingat. Hanya dia memberikan buku ini sebagai peredam resah seseorang yang sedang dalam kekacauan. Terutama di saat yang tidak menyenangkan seperti saat ini. Aku pernah membaca hingga beberapa halaman yang mengisahkan tentang kehancuran bumi akibat perebutan benda berharga, yang tak lain dapat mengubah segalanya. Jelas itu mengingatkan siapapun yang membacanya terhadap kedudukan Rutherford sebagai peramal terkenal di kota ini, bukan?"
Mereka menatap dengan begitu jeli.
"Buku ini ditulis oleh Ruthenest Fordium, yang merupakan kepanjangan dari nama Rutherford. Dia sudah menuliskannya hingga bagaimana caranya mati, di mana, dan oleh siapa dia diberi ketenangan. Kurasa ini waktunya kalian untuk mengerti apa yang terjadi dengan sekarang, dengan usaha kalian yang menunjukan sebuah kebenaran akan ramalan pemenuhan diri."
"Lalu apa hubungannya dengan semua ini?" Willy menaikkan alisnya. Ia benar-benar tidak memahami apa yang dikatakan nenek tua ini itu pada mereka. Ya memang ia tahu kakek adalah peramal dan sudah mengetahui semuanya, lalu mengapa dia terus membuat Hans seolah menggapai apa yang sudah jelas ia ketahui?
"Jadi semuanya sudah tertulis di sini, ini bisa kalian ibaratkan sebagai tulisan takdir. Di mana kalian memang sudah terprogram untuk mengikutinya, dan ketika kalian berpikir seolah kalian bertindak melewati batas, itu bukanlah jalan untuk menjauh dari jalan takdir tetapi memang dari tulisan itu sendiri sudah dicatatkan begitu adanya."
Clarion menghela napas. Sedang tiga remaja dewasa itu terus memperhatikannya begitu dalam.
"Kalian sudah tahu soal ini, dan ketika kalian berpikir untuk memutar balikkan apa yang seharusnya kalian lakukan, itu bukan semata-mata kalian bisa menghindar dari takdir yang ada, tetapi itu adalah jalan terbaik yang dituliskan untuk kalian."
"Kau tahu banyak hal soal ini?" Banyak pertanyaan yang membuat Emily tidak memahami, bahkan jika memahami pun rasanya terlalu rumit.
"Dan dari sekian lama kau hanya memperhatikan kami bertindak tak jelas sedang kau sendiri tahu apa yang kami lakukan itu hanya sia-sia?" Grace mencurahkan banyak pertanyaan kecewa, ya, mungkin selama ini ia dan teman-temannya sedang berpetualang dalam lingkup ruang yang rumit. Kemudian tanpa sadar, mereka membawa banyak tokoh untuk terlibat dan melibatkan rasa untuk tetap bertahan. Membiarkan semuanya berjalan dan mereka berpikir akan bisa memecahkan segalanya? Dan ternyata, semua lika-liku itu sudah memiliki jawaban sendiri? Grace rasa ini tidak cukup adil untuk seseorang yang sudah bekerja keras dan berakhir sebagai pecundang yang sedang dipermainkan oleh takdir. Begitu pandai takdir bermain atas jalan yang ternyata beberapa orang itu sudah ketahui bagaimana akhirnya. Lalu ada apa dengan cerita Bumi Terakhir?
KAMU SEDANG MEMBACA
Last Earth [E N D]
Science Fiction[TYPO Mohon maaf] Misi balas dendam seorang penguasa kota, harus berimbas pada kehidupan empat remaja yang bernaung di bawah sebuah misi yang dititipkan mendiang kakek si peramal tentang keajaiban waktu dari Clock Wizzard Museum. Sebuah ancaman bes...