LE -18-

50 4 0
                                    

Hans membuang wajah malas, memang dikiranya Hans akan takut kemudian melepaskan orang sok penguasa yang kini berada ditangannya? Tentu tidak, sampai mereka tak melakukan apa yang ia ucapkan tadi ia tak akan melepas kesempatan emas ini.

"Oh, ayolah Mac. Kupikir kau tak akan membuatku mati hanya karena hal konyol itu, kan?" Arthur buka suara. Walaupun suaranya sedikit tertahan, tetapi ia masih cukup lugas untuk mencoba merayu Mac agar tidak mempermainkan nyawanya.

Mac memicingkan matanya, "Hal konyol katamu? Kau pikir aku tak memikirkan rencana ini sejak dulu?!"

Hans membuang napas panjang, ia pikir dirinya dan kedua orang gila itu yang berurusan, bukan keduanya yang malah berdebat mempermasalahkan tujuan mereka.

"Kau ini bodoh atau ... hey renggangkan cekalanmu, setan!" ujar Arthur ketika lehernya kian terasa menyempit dan semakin sulit untuk bicara dan bernapas.

"Santai saja, kawan. Tak perlu kau keluarkan semua uratmu itu," ucap Hans merasa sedikit tenang dan bebas. Ia bahkan berbicara dengan nada yang santai dan berniat menggurui.

Mac menoleh ke belakang, memanggil beberapa ajudan setianya. Sepertinya orang-orang berpakaian serba hitam yang berada di sana tak cukup untuk mempersiapkan peperangannya bersama Hans. Mungkin.

Kenn hampir mengitari seluruh bangunan ini, hanya terdapat banyak komputer yang sepi penghuni. Ia maju beberapa langkah menuju lorong.

"Julian! Ezechiel! Semuanya!" teriak seseorang dari ruangan yang berbeda.

Dari samping ruangan tempat Kenn berdiri terdengar seseorang menyahut dari kejauhan.

"Lise, aku akan kembali."

Tak terdengar hal apapun kecuali gesekan pintu yang hampir terbuka, membuat Kenn sontak berlari dan menjauh dari tempat itu dan bersembunyi di balik nakas tak jauh dari pintu ruangan. Hal buruknya adalah, ketika lelaki yang baru saja keluar itu berjalan ke arahnya, ia pasti akan ketahuan. Dan matilah riwayatnya!

Bagaimana bisa aku tidak berpikir sejauh itu? Shit!

Kenn masih sibuk mengintip, dan syukurlah lelaki itu berjalan bersama beberapa orang ke arah yang berlawanan dengannya. Kenn bangkit dan sedikit tersenyum, saat ia akan berbalik, seseorang menyentuh bahu Kenn, dan ia terperanjat dan seketika menatap si pelaku.

Oh, Tuhan!

Salah satu dari mereka.

Kenn membungkam. Begitu pula si pelaku itu yang terkejut, mungkin mulanya ia pikir Kenn adalah salah satu dari kawan-kawannya karena Kenn memakai kemeja warna hitam.

"Pe-" Belum sampai ia menyelesaikan kata-katanya, Kenn menendang tulang keringnya sangat keras. Kemudian berlari sebelum orang-orang di depan itu mendengar jeritan kesakitannya.

Kenn segera kembali dan berusaha keluar supaya tak banyak diketahui. Sedang serombongan itu hanya menatap datar melihat tak ada satupun orang ketika orang yang ditendang Kenn terjatuh dan meringis kesakitan.

"Kupikir ruangan ini sudah mulai tidak beres," ucap salah satu dari mereka sembari menatap keseluruhan dinding.

"Sepertinya memang begitu," balas temannya sembari meletakkan kedua tangannya di atas dada dan merasakan kuduknya mulai meremang.

Last Earth [E N D]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang