Hans dan Kenn berhasil keluar dari ruangan hampa udara itu dengan lega, tetapi sepertinya tidak juga, bagaimana tidak? Mereka masih berada di dalam lingkungan orang-orang yang berada dalam satu titik tujuan yang sama.
"Apa yang harus kita lakukan sekarang?" tanya Kenn pada Hans, mereka terus berjalan dengan hati-hati, sembari terus mengawasi keadaan di sana, apakah baik-baik saja atau mengancam keberadaan mereka.
"Kurasa tidak ada hal lain yang harus kita lakukan kecuali pergi dari tempat ini, ini akan sangat mengancam, kau tahu itu."
Kenn sedikit mengangguk, kepalanya terasa pegal, juga perutnya yang kembali sedikit terasa nyeri. Kenn rasa ini seperti hukuman.
Kedua pria itu menghentikan langkahnya di depan dua lorong, ada rasa ragu yang membuat keduanya bimbang memilih jalan yang tepat. Ia-bahkan Kenn sendiri lupa dimana jalan keluar dari bangunan ini.
"Kurasa ...." Hans nampak berpikir, namun tak lama tangannya ditarik oleh Kenn hingga membuat mereka beringsut di balik nakas kecil tak jauh dari sana.
"Ada apa?" bisik Hans dengan matanya yang masih penasaran dengan apa yang dilakukan oleh Kenn.
"Diamlah." Kenn masih terus membuat Hans mendekat ke arahnya, bukan tanpa alasan, tetapi karena ia mendengar suara langkah kaki dan perbincangan tak jelas dari jarak yang tidak jauh. Setidaknya ia berusaha membuatnya dan Hans terjaga.
"Kita cek ke sana." Salah satu menberikan usul pada rekannya.
"Tidak! Ke sana saja!"
"Grey dan Allert berjaga di sana, payah!"
"Memangnya kau pikir Froyk dan Clark tidak berada di sana?"
Lawan bicaranya itu mendengus, kemudian menjitak tanpa belas kepala rekannya. "Froyk dan Clark sedang bertugas menggeledah rumah lelaki yang disekap di gudang, payah!"
"Ya sudahlah, terserah kau saja!"
Kenn dan Hans saling menatap sekilas, sebelum akhirnya keduanya terdiam memikirkan sesuatu.
"Apa yang mereka maksud adalah rumahku?"
Kenn menggigit bibir bawahnya dan sedikit mengangguk. "Tidak mungkin tidak, Hans."
Hans mengangguk. "Baiklah, abaikan saja. Kurada mereka tidak akan pernah menemukan benda itu." Hans berjalan mendahului Kenn yang masih terdiam menatapnya dalam-dalam.
"Em ... tunggu dulu, apa kau tahu tentang buku The ClockWise?"
Hans memutar kepalanya seratus delapan puluh derajat. Ia membungkam dan berpikir sesuatu.
"Jika kau lelah dengan semua yang telah kau lakukan, aku akan langsung memberitahumu di sini, benda apa yang harus kau cari dan simpan sebaik mungkin. Jarum jam yang hilang, mengisahkan detak jarum yang tak lagi bergema sewajarnya. Ditulis oleh Ruthenest Fordium. Bagian pembuka dituliskan oleh Franklin, aku pada bagian isi, dan Danny, akhir buku yang tak ada satupun orang dapat melihatnya kecuali aku dan dia sendiri."
"Jarum jam yang hilang?" tanya Hans perlahan penuh keraguan, ia masih terus berpikir.
♠️
Emily mengernyitkan dahinya. Tak lama kemudian ia mengalihkan pandangannya datar. "Sebenarnya aku tidak tahu pasti, entah, sesuatu mengatakan padaku jika Kenn menyusul Hans. Apa kalian tahu tentang itu?"
Kini Grace dan Willy yang saling menatap. Entah mereka harus jujur atau tidak, tetapi kalau ia berbohong apakah mungkin Emily akan marah padanya?
"Em-" Ucapan Grace terlebih dahulu dipotong oleh halangan tangan Willy. Gadis itu pun menatap Willy dengan tatapan datar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Last Earth [E N D]
Science Fiction[TYPO Mohon maaf] Misi balas dendam seorang penguasa kota, harus berimbas pada kehidupan empat remaja yang bernaung di bawah sebuah misi yang dititipkan mendiang kakek si peramal tentang keajaiban waktu dari Clock Wizzard Museum. Sebuah ancaman bes...