Hari demi hari terus bergeser. Rama menyibukkan diri dengan kegiatan baru sebagai relawan. Hampir setiap hari dia bolak-balik ke kantor APU. Akan ada program kerja dalam waktu dekat, kapal kemanusiaan untuk pulau-pulau kecil di Sumatera Barat. Selain itu, ia juga mengikuti kajian rutin di Pesantren Nurul 'Ilm dan menyiapkan diri untuk praktik di sebuah klinik, tak jauh dari pesantren.
Ia sadar ada cinta yang menggebu. Cinta yang kadang terasa menyiksa saat menyadari tertuju pada orang yang mungkin tak pernah halal untuknya. Mengalihkannya pada aktivitas yang bernilai amal saleh adalah solusi. Juga bersiap untuk mencari seseorang yang benar-benar bisa mengalihkan dunianya. Yang akan membuatnya semakin yakin, bahwa dengan rida melepas Khansa adalah yang terbaik untuknya.
Menikah.
Entah dengan siapa. Tapi pasangan hidup harus dijemput, bukan? Dan salah satu upaya untuk menjemput pasangan hidup adalah dengan senantiasa memperbaiki diri. Bukankah kata orang, jodoh adalah cerminan diri sendiri?
"Doa yang saya rekomendasikan adalah doa yang ada dalam Surah Al-Furqan." Ustaz Bakhtiar menjawab pertanyaan salah seorang peserta kajian pranikah di masjid pesantren, adakah doa khusus untuk mendapatkan jodoh yang baik?
"Lafalnya, rabbanā hablanā min azwājinā ważurriyātinā qurrata a'yun, waj'alnā lī al-muttaqīna imāman. Ya Allah, beri hamba pasangan hidup yang menyejukkan mata."
Jawaban Ustaz Bakhtiar ini langsung mengingatkan Rama pada apa yang pernah disampaikan Ali ketika mereka masih di Ende.
"Definisi menyejukkan mata itu kan luas, ya. Bisa good looking, bisa juga saleh. Kita tawakkal saja, kita serahkan pada Allah, kriteria menyejukkan mata yang seperti apa yang cocok untuk kita."
Alhamdulillah, bisik Rama dalam hati. Setidaknya, dia selalu melafalkan doa itu setiap selesai salat. Sekarang, dia harus mulai berusaha. Entah nanti bertemu dengan tambatan hati di mana.
Namun sebelum usaha itu dimulai, Rama ingin memperbaiki segala kesalahannya di masa lalu. Ia ingin Khansa merasakan hadirnya sebagai seorang kakak. Ia ingin memanfaatkan waktu yang tersisa. Sebelum Khansa benar-benar menjadi istri orang dan ... pergi.
"Khansa, aku ... aku minta maaf atas kelakuanku yang nggak baik selama ini. Setelah kupikir-pikir, aku kok keterlaluan, ya? Aku jahat banget, ya? Andai kamu pengen bales, ngak papa. Bales aja. Insyaallah, aku akan nrima. Tapi aku tahu, dari dulu kamu nggak pernah mau nglakuin itu." Ungkapan maaf dari Rama beberapa hari yang lalu. Saat itu pula, ia memberikan cincin itu. "Anggap aja, cincin ini sebagai permintaan maaf dari aku."
Khansa memandangnya tak percaya. Kedua mata indah itu membulat sempurna, mencari-cari kebenaran di mata Rama.
Rama tersenyum. Lega, meskipun tatapan Khansa membuat dadanya ngap-ngap luar biasa. Akhirnya, kata maaf itu muncul dari bibirnya.
Rama juga mengganti mukena yang berlumuran darah tempo hari. Ia tahu adiknya agak sedih karena noda darahnya tidak bisa hilang.
Soal hadiah pernikahan Khansa, Rama telah menyiapkan Surah Al-Insan. Sebuah surah yang sering ia dengar dari bibir adiknya. Ingin dirinya bertanya, kenapa surah itu yang sering dibaca?
***
"Gimana praktik hari pertama, Nak?" tanya Mami ketika Rama duduk bersiap mengambil nasi.
Senyum Rama merekah. "Alhamdulillah lancar, Mam. Lumayan, ngadepin delapan belas pasien. Ada dua orang yang terpaksa dirujuk ke rumah sakit."
"Oh, ya? Kenapa emangnya?"
Setelah menata lauk di piring, Rama menghela napas. "Yang satunya, dugaan Rama tumor prostat. Perlu pemeriksaan lebih lanjut. Yang satunya lagi, diare udah hampir seminggu. Matanya udah cekung, kulitnya juga udah kering banget karena dehidrasi." Rama memandang Mami sekilas. "Rama makan dulu ya, Mam."
![](https://img.wattpad.com/cover/204877634-288-k79354.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Meniti Surga Bersamamu 2 (Sudah Terbit)
RomanceSekuel Meniti Surga Bersamamu. Sudah bisa dipesan di: +6282223332183 (Admin Pustaka Yazku) Bagaimana jadinya jika seorang lelaki jatuh cinta pada adik angkatnya sendiri? Yang selama ini sangat ia benci? Itulah yang dialami oleh Rama Febrian Atmaja...