Sebisa mungkin , aku akan mengarsipkan segala kesedihanku dengan senyum. Semangat!!
***
"Je. Beliin gua aer!"
"Sekalian beli cemilannya juga."Sesuai dengan perjanjian, Zetta harus mengiyakan tanpa mengeluh sedikitpun. Mereka juga tidak mengambil tindakan bodoh lagi, rokok dan segala minuman haram telah di berantas oleh Zetta.
"Nih duitnya," Araga melempar lembaran uang senilai 100.000.
Mereka dalam posisi nyaman layaknya di rumah, tiduran sembari menatap handphone ,sesekali ngedumel karena tak ada rokok.
Nafas Zetta memburu karena harus bolak balik kantin hanya untuk mengurus anak anak pentolan sekolah itu.
"Je, lo ngapain sih?" Reynand menegur Zetta di kantin, disana juga ada Sherlyn yang sedang menyantap lezat mienya.
Zetta tak menjawab, ia menyeruput kuah mie milik Sherlyn kemudian berlari, mereka hanya mencibir kesal.
"Lo ngerasa gak, sih, ada yang aneh sama Zetta?" tanya Sherlyn.
"Ada, pasti ini ada sangkut pautnya sama Araga." jawab Reynand dengan percaya diri.
"Halah sok tau lo, emang hubungan Zetta ama Araga apaan?" Sherlyn kepo sendiri pasalnya ia tidak pernah menanyakan urusan pribadi Zetta.
"Zetta itu kerja dirumah Araga." terang Reynand.
Sherlyn tersedak. "Pantesan aja dia pulang malem terus, jangan jangan si Zetta di cabulin sama Araga, gak bisa di biarin!" Sherlyn mulai membuat asumsi yang tak masuk akal.
"Gak gitu juga bego! Kenapa si lo bego banget!" meladeni omongan Sherlyn benar benar sesuatu yang melelahkan.
"Tapi sayang, kan?" Sherlyn megedip ngedipkan matanya ,yang di balas lemparan tisu dari Reynand "sialan," umpatnya.
Alzetta mematung di depan pintu saat mendengar mereka sedang mengungkapkan dan merundingan sesuatu yang serius, Zetta memasang telinga dalam dalam ,ia menempalkannya pada punggung pintu.
"Ga, serius kita bakalan ikutin aja ini?"
"Tenang aja ,ini gak berlangsung lama" suara Araga terdengar sangat jelas
"Gimana cara buat itu cewe gak ikut campur lagi ,Ga?"
"Simple. Dia cuma cewe lemah""Woy ngapain lo!" Zetta melompat kaget, jantungnya terasa hampir tak berdetak lagi, wajahnya seketika memucat.
"Gak." ucap Zetta sembari tersenyum simpul.
Zetta melangkahkan kaki untuk masuk, berpura pura tidak tahu apa apa, ia membisu mengarsipkan emosi di balik senyumnya. "Nih makanannya." Zetta menaruhnya.
Sangat melelahkan. Jika seperti ini terus, maka Zetta akan benar benar gila. Nilainya pasti akan menurun, pikirannya akan semakin menumpuk. Padahal ia belum menjadi orang tua, tapi keadaan ekonominya memaksanya untuk banting tulang sendirian. Zetta ingin merasakan bagaimana rasanya tertawa bebas, bagaimana rasanya punya banyak teman yang setia dan bagaimana rasanya memiliki orangtua, banyak hal yang belum Zetta cicipi seperti kebanyakan remaja.
KAMU SEDANG MEMBACA
ZERAGA (TERBIT)
Teen FictionRank #1 in sadgirl 21-5-2020 Rank #1 in stronggirl 31-7-2020 Rank #1 in brokenheart 24-8-2020 Rank #1 in stronggirl 17-1-2021 Rank #1 in luka 25-1-2021 Rank #10 in jatuhcinta 5-7-2021 Seharusnya, rasa tidak diperkenankan untuk hadir dan tumbuh dalam...