___
Zetta merapihkan kamar Araga secara ogah-ogahan, kata kata Araga tentang dirinya yang ternyata sesulit itu untuk membuka hat, membuat Zetta tampak murung dan menyesal telah menyukainya
Seorang bapak tua tiba tiba masuk ke kamar Araga, jalannya oleng, bicara ngelantur dan tidak jelas, sudah di pastikan bapak itu mabuk.
"Pak, bapak siapa ya? Maaf pak, tolong keluar." ucap Zetta penuh penekanan namun tetap sopan
"Istriku ... Kamu dimana?"
Tidak jelas, memicu emosi Zetta kian meningkat drastis
"Pak!" Zetta berusaha menyadarkannya sekali lagi
Bapak tersebut malah mencekal bahu Zetta kuat dan membanting tubuh Zetta ke kasur.
Sialan ,ini adalah kasus pencabulan "aaaaaanjing lo!" umpat Zetta dengan kasar, ia refleks menampar bapak itu. Perempuan mana yang bisa tetap tenang di saat seperti ini.
Bukannya relakan saja melepas Zetta, bapak itu masih bersikeras melakukan hubungan yang tidak semestinya anak di bawah umur ini lakukan.
Araga datang dan mendorong bapak itu. Untungnya Zetta belum di apa apain. Zetta bisa depresi hingga bunuh diri kalau sampai ia harus menerima kenyataan kalau sampai hal yang tidak diinginkan itu terjadi.
"Pergi, yah! Kalau bisa gak usah balik lagi kesini, Araga gak butuh ayah!" ungkap Araga. Zetta menganga tak percaya dengan ucapan Araga barusan.
Jadi bapak itu... Ayahnya Araga?
Bapak itu pergi dengan jalannya yang sempoyongan. Sebelumnya, beliau sempat menatap Araga dengan matanya yang memerah. Perkataan Araga barusan seketika membuat Zetta mengkasihani dirinya. Zetta tidak tahu ada masalah apa antara ayahnya dengan Araga, tapi dari yang Zetta lihat, Araga nampak menumpuk banyak dendam pada ayahnya sendiri.
Tanpa disadari, Araga masih merangkul Zetta. Hingga akhirnya keduanya tersedar.
"Ga." ucap Zetta secara halus menyuruh Araga untuk melepaskannya
"Eh sorry."
"Makasih, Ga."
Araga menaikkan satu alisnya dan menggigit lengan Zetta, kali ini gigitannya kuat sekali. "Sakit anjir!"
"Ini biar lo gak rabies di pegang sama om om tadi!" terka Araga.
Zetta menatap heran. "Itu kan ayah lo, Ga."
"BUKAN!" Araga setengah berteriak, seolah dia memberi sinyal kebencian pada ayahnya sendiri.
"Gak boleh kayak gitu, Araga!" balas Zetta.
Araga menubruk tubuhnya diatas kasur. Memainkan dan memindah mindahkan satu batang rokok di jemarinya.
Zetta mengambil baju kotor Araga satu persatu yang berserakan. Celana dalam Araga berwarna hitam terselip di antaranya. Namun pria itu tak peduli, katanya biar Zetta terbiasa melihat. Menjijikan sekali.
KAMU SEDANG MEMBACA
ZERAGA (TERBIT)
Teen FictionRank #1 in sadgirl 21-5-2020 Rank #1 in stronggirl 31-7-2020 Rank #1 in brokenheart 24-8-2020 Rank #1 in stronggirl 17-1-2021 Rank #1 in luka 25-1-2021 Rank #10 in jatuhcinta 5-7-2021 Seharusnya, rasa tidak diperkenankan untuk hadir dan tumbuh dalam...