19. RESMI BERPACARAN

5K 336 6
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


___

"Lo mau gak jadi..."

"Mau!"

"Jadi.. Pembantu gue." Araga terkekeh geli melihat reaksi antusias dari Zetta.

Zetta melempar tasnya. "Gak lucu!" ia membuang muka dan sudah malas melakukan percakapan dengan Araga.

"Hey, gua becanda." Araga kini menggenggam tangannya.

Kepala Zetta terasa berat. Tak habis habisnya ia memikirkan maksud tersirat dari pria ini yang tiba-tiba berubah menjadi sangat lembut.

Masalah jantung, tidak usah di tanya lagi. Setelah ini, ia meyakini akan kena penyakit jantung dan penyakit gulanya akan kambuh karena senyuman Araga yang mengalihkan dunia.

"Gua gak bisa kayak gini duh." Zetta menutup wajahnya dengan kedua tangannya karena perlahan mulai memerah seperti kepiting rebus.

"Tadinya gue mau nawarin lo buat jadi pacar gue ,tapi gue genggam tangannya aja lo udah kayak mau jerit jerit gitu, apalagi-"

Sebenarnya ini terlalu mendadak dan tiba tiba. Ini Araga, lhoo... cowo mati rasa yang sekarang secara terang terangan memberikan tawaran besar untuk menjadi pacarnya. Tidak peduli, sudah terlanjur suka dengan Araga, dan tawaran tersebut sangat sulit di tolak

"Iya, Araga. Gue mau..." Zetta dengan semangat menerima tawarannya.

"Bagus deh. Jadi gue gak perlu repot repot suruh lo keluar kalau gue mau buka baju." ungkap Araga.

Zetta kali ini menggebrak mejanya dengan keras. "Maksud lo!?"

Sadar dilihat banyak orang ,Zetta akhirnya duduk kembali setelah tadi spontan berdiri.

"Gue bikin tato di punggung, kalau mau liat nanti aja dirumah." ucapnya tanpa wajah berdosa.

"Ohh...jadi lo macarin gue cuma mau buat pamer tatto lo? Gitu!?" Zetta sudah terlalu jengkel dibuatnya.

"Gak juga, kayaknya kebetulan aja." ucap Araga dengan santainya. Demi apapun, Zetta ingin sekali menampar pria itu, namun ia terlalu tampan dan rasanya pasti akan sulit. Bisakah Zetta kembali pada 10 detik pertama saat ia mengatakan mau menjadi pacar Araga? Ia ingin sekali menarik kata-kata tersebut.

"Terserah lo deh. Urusan lo." Zetta pasrah.

"Lo gak masalah sama gaya pacaran gue? Gue ini bakal beda, Je. Jadi, lo hati-hati aja," peringatnya.

"Susah, gue udah terlanjur suka sama lo juga," akunya di hadapan Araga, Zetta memang bar bar soal perasaan.

"Lagian, apa selamanya lo akan bersikap dingin kayak gini sama gue?" tambanya.

"Iya," jawab Araga singkat.

"Apa motivasi lo jadiin gue pacar lo? Lo nggak bener-bener suka, kan, sama gue?" tebak Zetta.

"Emang," jawabnya dengan sangat santai.

Menyebalkan. Tapi tak apa, mungkin seiring berjalannya waktu, Araga akan memiliki sifat yang lembut padanya. Tidak perlu menunggu nunggu, biarkan waktu yang berputar, diiringi dengan perubahan sifatnya.

"Lo masih sayang sama Yuna, kan?" Zetta berusaha menebak lagi.

Sebetulnya Zetta juga masih bimbang tentang perasaannya pada Araga. Mungkin saat ini, ikatan keduanya bisa dikatakan hanya 'main main.'

"Jangan bahas masa lalu gue, kecuali gue yang mulai," katanya dingin.
Zetta menatap Araga sebentar, kemudian beralih lagi pada makanannya. Menghiraukan asap rokok yang ia hirup, terlanjur malas dengan sikap Araga yang sangat lalai meninggalkan pacarnya saat dalam kesulitan.

"Tumben diem? Lo laper? Kalo mau nambah, bayar sendiri," Araga menyerang Zetta lagi dan lagi dengan kata-katanya. Seharusnya, Araga bisa menjaga Zetta seperti putri, dimana-mana orang pacaran memang seperti itu.

"Bisa gak, jangan bikin gue kesel?" terkanya, mood Zetta mendadak buruk lantaran Araga tidak mau menjawab pertanyaannya tentang Yuna. Araga menatapnya intens dan menghembuskan asap rokoknya persis di hadapan wajah Zetta. Konyol. Zetta mengibas-ngibaskan tangannya membuang jauh-jauh asapnya.

"Jadi pacar Araga, gak boleh sering sering cemberut," ucapnya. Zetta hanya mengerucutkan bibirnya tanda tidak ada yang perlu di seriuskan tentang moodnya.

"Ga, lo dateng ke pesta Deranti?"
Araga mengangguk seolah sudah sangat siap.

"Ooo.."

"Lo juga harus dateng," kata Araga.
Zetta memasang wajah bimbang.

"Hmm.. nggak tau,"

"Lo harus dateng. Besok beli dress yang cocok buat ke pesta," tutur Araga terkesan memaksa.

"Dress buat siapa?"

"Elo, lah."

Araga itu memang hedon banget. Semahal apapun, pasti dia bakal jabanin. Ya, saat ini memang dia sudah bertumpu pada penghasilannya sendiri. Jadi wajar kalau Araga mau semena-mena mengeluarkan uangnya untuk apapun, tidak ada yang bisa menahannya.

Mereka menyudahi harinya bersama dengan memakan es krim di pinggir jalan. Zetta tiba tiba saja merengek dan memukul mukul punggung Araga untuk membiarkannya saja kali ini melakukan haknya sebagai pacar, Araga pasrah.

Mereka duduk diatas rumput ,langit gelap dan hawa dingin menyelimuti keduanya. Lekong penghibur yang sedang berusaha mencari duit juga mengisi mereka hari itu, Zetta tampak menikmati mereka yang berusaha menganggu Araga, ia beberapa kali tertawa bahkan sampai suaranya melengking melihat ekspreksi jijik murni dari Araga, yang tersiksa disini adalah Araga

"Anjir ,Ga. Lo cocok banget." Zetta tertawa geli sambil menepuk nepuk tangannya saking senangnya.

Araga cepat cepat memberikan mereka uang senilai 50 ribu dan akhirnya mereka semua pergi. Kini Araga baru bisa menikmati es krimnya, sedangkan Zetta sudah nambah dua kali.

Tiba tiba saja Zetta merinding, seperti ada yang memperhatikannya dari tadi. Ia berusaha menoleh kanan kiri menemukan sosok yang tengah mendeteksinya.

Zetta menengok ke kanan , Araga sudah menatapnya. "Ngapain? Orang tampannya disini." ucap Araga.

Zetta menghiraukan candaan Araga. Ini benar benar serius dan menakutkan untuk Zetta, jika cerita masalah Arga pada Araga, Zetta tak yakin pria itu akan melindunginya. Bahkan Araga bisa saja tambah mempersulit semuanya, jadi Zetta memendamnya sendiri untuk saat ini.

"Ga, pulang yuk." ajak Zetta tiba-tiba.

"Gue belom abis." keluhnya.

"Ayo cepet Arga!"

Sial, Zetta salah menyebut nama!

"Gue Araga, bukan Arga!"

Entah sejak kapan, tiba-tiba sosok Arga selalu terbayang bayang olehnya.

Arga dan dirinya pernah berpacaran. Kemudian Arga menjatuhkan semua ekspektasi Zetta. Pria itu menjadikan Zetta sebagai bahan taruhan bersama teman-temannya. Zetta dulu cuek pada lelaki manapun, termasuk Arga mantan ketua basket di sekolahnya. Makanya, Arga di tantang teman-temannya untuk meluluhkan Zetta.

Namun pada saat Zetta sudah memercayainya, Arga justru menyerahkan Zetta kepada teman-temannya untuk dilecehkan. Untungnya, seseorang menyelamatkannya pada saat itu.

***


Jangan lupa vote dan komen

ZERAGA (TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang