5. RIWAYAT PENYAKIT

6.8K 413 2
                                    

Araga ternyata serius dengan perkataannya yang akan mengajak Zetta pulang bersama. Pria itu sudah memarkir motornya tepat dihadapan Zetta.

"Motor lo tinggi banget, sih!" keluh Zetta. Ia terlihat kesulitan untuk menutupi rok pendeknya saat hendak menaiki motor.

Araga menatap ogah ogahan. Ia membuka jaket kulit hitamnya dan menyodorkannya pada Zetta. Zetta tersenyum tipis, dan langsung melilitkan jaket Araga di pinggangnya untuk menutupi rok pendeknya.

"Makasih," tutur Zetta.

"Maksud gue dicuci di rumah, bukan buat lo pake!" geramnya.

Malu. Itulah satu kata yang muncul dibenak Zetta. Ia sudah salah tangkap. Araga ternyata terlalu jauh dari apa yang Zetta harapkan.

Zetta menyorot perhatian anak-anak yang akan keluar gerbang juga. Tidak menyangka kalau pesona Araga di koridor tadi membawa pengaruh sekuat ini. Zetta menutup telinga saat orang-orang sibuk membicarakannya, ada yang bilang ia genitlah, ganjenlah karena bisa membuat Araga luluh dan membuat Reynand berikap manis padanya.

Ada kalimat yang mengatakan, “Kita cuma punya dua tangan, tidak mungkin bisa menutup ribuan mulut di luar sana yang berbicara tentang kita. Jadi, gunakan kedua tangan kita untuk menutup telinga saja.”

Selama perjalanan, hanya terdengar suara gemuruh dari pengendara lain. Mereka tidak saling berbicara. Suasananya sangat canggung.

"Tumben lo baik," Zetta akhirnya memecah keheningan.

"Di suruh nenek, jangan geer," jawab Araga dingin. Benar, kan, Araga mana mau tiba-tiba bersikap baik kayak gini kalau nggak ada sesuatu yang mendesak dia.

"Ga."

"Hm," jawab Araga dengan suara berat.

"Maaf aja sebelumnya, gue mau nanya. Lo mukulin Raffa mipa 5 waktu itu karena apa?" Zetta kembali menguak kasus lama tersebut. Ia tahu, kalau pertanyaannya ini pasti akan diabaikan atau justru ia akan dianggap lancang, tetapi ia tetap mencoba untuk bertanya.

Raffa adalah sosok yang sebelumnya digambarkan sebagai korban Araga. Cowok itu  kini telah melewati masa komanya. Ia sudah bisa berkeliaran lagi di sekolah, tetapi dengan kondisi tangan kiri yang patah dan harus memakai arm sling.

"Karena dia mau ngelecehin perempuan," jawab Araga singkat. Zetta tidak akan menduga bahwa Araga akan menjawab pertanyaan ini. Setelah mendengar itu dari Araga, rupanya disini Raffa yang mirip iblis.

Untuk kali ini saja, Zetta menganggumi Araga.

Zetta tersenyum tipis. "Keren juga lo kalau gue liat liat."

Mungkin saat ini kondisi hati Araga sedang baik, maka ia mau menjawab pertanyaan Zetta. Zetta akan memanfaatkan kesempatan ini, ia akan bertanya lagi untuk mengenal lebih jauh siapa sosok Araga sebetulnya.

"Kenapa lo mau jadi anak nakal?" tanya Zetta. Kemudian Araga sontak tertawa kecil.

"Hidup itu pilihan, kita nggak bisa terus sejalan sama apa yang nggak kita suka, contohnya peraturan sekolah."

Kagum. Kalau Araga begini tiap hari, bisa bisa Zetta beneran jatuh hati padanya


Sampai dirumah Araga, Zetta mencuci jaket milik Araga sesuai dengan permintaannya.

Ia menyikat setengah hati dan masih ngedumel mempersalahkan jaket yang sebenarnya masih sangat bersih.

"Je. Gue mau keluar." Araga menghampiri Zetta yang sedang mencuci.

"Kemana?"

ZERAGA (TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang