Arga
Masa lalu, terlalu menyedihkan saat diingat. Ingin melupakan ,tapi memorinya sulit terlupakan
_____
"Lo pasti udah denger dari mama tentang gue?" ucap Arga.
Zetta dan Arga berbincang sebentar di koridor sekolah.
"Udah."
"Ini buat lo." Arga menyodorkan surat yang sudah tersusun rapih, rasanya sangat menyedihkan mengingat sebentar lagi Arga akan benar-benar pergi dari kehidupannya. "Buka saat gue menghembuskan nafas terakhir." pintanya.
Zetta tak bisa melawan atau mengucapkan kata-kata kasar seperti biasanya, ia seketika melemah memandang Arga, lelaki itu tampak tak berdaya. "Arga, gue mau lo lakuin sesuatu buat gue." ungkap Zetta.
"Apa?"
Permintaannya tertunda karena seorang murid tampak datang dari kejauhan dan mendekat ke arah Arga dengan nafas terengah-engah.
"Arga!! Astagfirullah... A...adik lo."
"Adik gue kenapa!?" balas Arga dengan wajah memerah.
"Gak tau, dia sesek nafas gitu... Gue udah panggil ambulan."
Zetta menggila ditempat, ia rasanya ingin menghilang dari dunia sebentar saja untuk tidak melewati atau menghadapi situasi semacam ini.
Arga berlari sekencang mungkin menuju uks, diikuti oleh Zetta di belakangnya.
Arga memegang tangan Deranti dengan lembut. "Sabar ya.. Sebentar lagi ambulannya dateng. Istigfar dalem hati, sebut nama Allah. Lo bakal baik baik aja." tutur Arga menuntun Deranti agar tetap tenang.
Zetta ikut khawatir. Ia merasakan seberapa khawatir menjadi Arga, merasakan juga seberapa sulit bernafas seperti Deranti.
"Mana ambulannya kok gak dateng dateng !?" terka Arga.
"Sebentar lagi, gue udah berusaha nelfonin daritadi, tapi belum diangkat lagi." ungkap salah satu murid.
"Mana!!!!" Arga naik pitam, ia mencengkram kerah baju murid tersebut. Arga leas kendali, ia di butakan oleh emosi yang mendominasi isi kepalanya. Sekarang, tujuan Arga hanya membawa Deranti ke rumah sakit, tidak ada yang lebih dari itu.
"Sabar Arga ya Allah.."
"Lo gak liat!! Itu adik gue udah sesek nafas, kalau dibiarin kayak gini terus, dia bisa mati tau, gak!!?" tudingnya lagidengan suara menggelegar.
Mendengar suara Arga dan emosinya yang terus meningkat, membuat Zetta semakin gelisah. Ia menggigiti kukunya cemas. Beberapa kali ia membacakan doa untuk Deranti.
Deranti terbaring lemah diatas matras dengan nafasnya yang sudah semakin pendek, ia bahkan tak mampu berucap apa-apa karena terlalu sesak.
"Allahuakbar ... Allahuakbar ... Allahuakbar .. Istigfar terus ya..."
KAMU SEDANG MEMBACA
ZERAGA (TERBIT)
Teen FictionRank #1 in sadgirl 21-5-2020 Rank #1 in stronggirl 31-7-2020 Rank #1 in brokenheart 24-8-2020 Rank #1 in stronggirl 17-1-2021 Rank #1 in luka 25-1-2021 Rank #10 in jatuhcinta 5-7-2021 Seharusnya, rasa tidak diperkenankan untuk hadir dan tumbuh dalam...