25. PERTENGKARAN

4.7K 295 6
                                    

____

"Kita hidup di waktu ini. Berhenti bahas masa lalu."

____

"Ga, gue mau ngomong penting sama lo." ucap Zetta dengan serius.

Araga sedang memainkan laptopnya sembari mendengarkan musik dengan earphone diatas ranjangnya, mengabaikan keseriusan Zetta. Sepertinya Araga sedang marah dengan Zetta tetapi enggan untuk memberi tahu apa kesahalannya ,ia hanya mendiamkan tanpa alasan yang jelas.

Karena tidak diladeni, Zetta membuka earphone Araga kasar yang dibalas dengan ocehan tajam dari Araga.

"Gue mau ngomong penting sama lo,Ga!!" Zetta mengulangi lagi kata katanya karena ia yakin kalau Araga mendengar ,namun tak peduli.

Ia tetap acuh dan menatap lurus laptopnya.

Zetta akhirnya membanting sapu yang ia genggam, aksinya tuai tamparan dari Araga.

"Ga, bisa gak si- lo sekali aja dengerin gue."

Atsmofer antar keduanya mendadak panas. Zetta meringis kesakitan, retinanya sudah berkaca-kaca, nada suaranya juga bergetar.

"Cepet kalo mau ngomong!" perintahnya.

Zetta masih menahan tangis dan sesaknya diperlakukan kasar oleh pacar sendiri.

"Lo ngapain nembak gue!? Lo ngapain harus muncul di hadapan gue, kenapa juga gue harus suka sama lo!? Dari awal, semua udah salah! Harusnya gue gak kerja dirumah lo. Harusnya gue gak peduli sama lo! Tapi hati gue ini sialan, dia gak bisa bohong." Zetta melempar dan mengacak acak tempat tidur Araga karena frustasi. Frustasi dengan sikap Araga yang lebih memperlakukannya seperti babu ketimbang pacar.

"Gue gak pernah suka sama lo dari awal, lo sama sekali bukan tipe gue. Lo emang cocoknya jadi babu!" terka Araga, pria ini sama sekali tidak mau mengalah pada perempuan, kata katanya selalu saja menyakitkan.

"Ga, gue gak pernah kepikiran buat nyakitin lo, gue selalu mau lindungin lo...Tapi kenapa? Kenapa lo justru sebaliknya memperlakukan gue!" Zetta tak tahan, niat kuat agar tak menangis kini runtuh begitu saja ,tangisnya pecah di hadapan Araga.

"Je, udahlah. Hubungan kita emang gak ada yang harus diseriusin, lo itu terlalu berambisi." Araga mengatakannya tanpa rasa bersalah ,sedangkan Zetta menerima kata-katanya dengan sangat perih.

"Gue serius kalau gue suka sama lo, gak pernah main-main, Araga. Gue emang bodoh, kedua kalinya gue membuka hati untuk orang yang salah ,dan ini kedua kalinya juga gue sakit hati." Zetta mengatakan dengan berat hati.

"Gue orang keduanya, kan? Orang pertamanya pasti Arga? Dipikir-pikir, enak juga jadi dia yah, bisa nyakitin sepuasnya gitu." sungguh ,Araga benar benar bajingan ,Zetta menahan geram yang sudah mendominasi dirinya, ia mencoba untuk menetralkan pernafasannya yang sesak karena mendengar ucapan Araga.

"Jadi, ini alasan lo ngediemin gue? Lo cemburu sama Arga?" tebak Zetta.

"Tinggalin gue sendiri." rahang Araga sudah mengeras. Tangannya mengepal kuat di samping celanannya. Jelas sekali kalau pria itu sedang menahan emosi.

Zetta memutuskan keluar, bukan keluar dari kamarnya lagi, tetapi rumahnya.

Ia berlari sambil mengeluarkan derai air matanya, berjalan menunduk mengabaikan apa saja yang ada di depan. Nafasnya sudah terengah-engah ,namun masih dipaksakan berlari.

Dari jauh, ia memperhatikan sosok wanita yang sedang mondar-mandir di depan rumah Zetta ,ibu itu tampak kebingungan, sepertinya sedang mencari alamat. Zettapun mengusap air matanya dan membiarkan mata sembabnya itu terlihat ,habis mau bagaimana lagi?

ZERAGA (TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang