05. Penyergapan

914 130 19
                                    

A/n: Sesungguhnya aku masih baru dalam genre semacam ini, jadi aku benar-benar berharap akan ada masukan dan komentar dari kalian untuk improvisasi cerita ini.








- Azalea -








Gaun merah itu menyapu lantai koridor istana berlambang singa dan matahari. Rambut coklatnya yang bergelombang kini berterbangan tertiup angin berbanding terbalik dengan wajahnya tak kunjung menyejuk.

Gadis itu, Yunaia Estelle de Xylaer, berhenti tepat didepan pintu.

Dua orang penjaga yang mengenali gadis itu langsung membuka pintu besar dihadapannya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Dua orang penjaga yang mengenali gadis itu langsung membuka pintu besar dihadapannya. Yunaia memasuki ruangan besar itu, beberapa meter dari gadis itu berdiri ada sebuah altar dan dua buah kursi tinggi yang salah satunya diisi oleh penguasa negeri ini.

"Hormat saya mentari agung Karsten, semoga kemahsyuran dan segala kebaikan menyelimuti anda, yang mulia raja." ucapnya sembari membungkuk dengan menarik kecil kedua sisi gaun merahnya.

Sang raja tersenyum dari singgasananya. Mengamati sang gadis yang ditunjuk oleh ratunya untuk menjadi tunangan sang putra mahkota.

"Kamu pasti sudah mendengar keputusan ratu dari Duke Xylaer, bukan begitu, nona Yunaia?" Yunaia menegapkan posisinya kemudian menatap lurus kedepan.

"Ya, yang mulia. Ayahku memberitahunya tiga hari lalu setelah kepulangannya dari istana."

"Bagus, jadi aku tidak perlu menjelaskan secara rinci lagi." Raja Karsten berdiri dari posisinya, menatap rendah ke arah putri bangsawan itu.

"Ku harap kamu bisa menjadi contoh yang baik." setelah kata-kata itu sang raja segera berlalu dari hadapan Yunaia. Menyisakan gadis itu seorang diri dengan tangan yang mengepal.

.
.
.
.
.
.

Asap hitam muncul diruangan berukuran 20x15m. Asap itu berkumpul disatu titik dan tak berapa lama kemudian sosok pria tinggi bertubuh tegap dengan kulit yang pucat muncul ditengah asap itu tanpa sehelai benangpun menutupi tubuhnya. Rambut hitam pria itu sedikit basah akibat keringat, hidung mancung, bibir tipis dan matanya yang tajam bagaikan predator menambahkan kesan yang begitu tajam bagaikan pedang bermata dua bagi siapapun yang melihatnya.

"Kau 'tersesat' lagi?" sebuah suara mengintrupsi.

Pria berambut hitam itu melirik ke sofa. Sosok berkulit tan yang begitu ia kenali sedang terduduk disana dengan wajah masam.

"Kau disini?" pria berambut hitam itu berjalan menuju ranjangnya, mengambil pakaian yang sudah tersedia diatas sana kemudian mengenakannya.

Pria berkulit tan itu mendengus kesal melihat respon menyebalkan dari sahabat sekaligus atasannya itu.

"Axle, kau sudah tahu rencana wanita ular itu bukan?" pria berambut hitam yang dipanggil Axle itu menyeringai tipis kemudian mengangguk.

AzaleaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang