21. Hari Perburuan (6)

650 120 16
                                    

A/n: Sesungguhnya aku masih baru dalam genre semacam ini, jadi aku benar-benar berharap akan ada masukan dan komentar dari kalian untuk improvisasi cerita ini.

- Azalea -

Axle yang dalam keadaan cukup sekarat menatap Azalea yang sibuk meracik obat herbal untuk mengobati lukanya. Meski jarang memperlihatkan emosinya, Axle akhir-akhir ini merasa dia cukup sering tersenyum dan merasa khawatir secara berlebihan.

Melihat Azalea sekhawatir ini, bahkan rela menyobek pakaiannya entah untuk apa membuat pria itu kembali memikirkan pertanyaan Allein beberapa minggu lalu.

Kenapa dia memilih Azalea?

Kenapa?

Apa karena pertemuan pertama mereka?

Atau karena Azalea yang memberikannya liontin takdir, jadi membuat gadis itu menjadi miliknya akan lebih mudah.

Atau justru karena Azalea memiliki kedudukan yang sama dengannya?

Tidak. Axle rasa bukan itu.

Azalea terlihat beberapa kali merapikan anak rambutnya yang sudah tak lagi terkepang rapih dan saat itu, ada sesuatu yang membuat Axle mengingat masa lalunya.

Sesuatu yang sudah lama ia kubur bersama emosinya.

Sesuatu yang tak ingin ia ungkapkan pada orang lain.

Bahkan pria itu sempat marah pada gadis dihadapannya ketika mereka saling bertatapan. Gadis itu mencoba mencari sesuatu yang ia sembunyikan selama ini.

Bagaimana bisa?

Sudah begitu lama dirinya memendam semuanya dalam-dalam. Bahkan sekalipun orang terdekatnya menatap jauh kemata merah gelapnya, yang mereka lihat hanyalah bayangan kematian yang selama ini menjadi jubah kebesaran Axle.

Axle menahan rasa sakitnya begitu Azalea mengolesi tubuhnya yang terluka dengan obat herbal yang ia buat. Tangan kecilnya dengan teliti membalut tubuh tegap Axle dengan pakaiannya yang sempat ia potong tadi.

Dia membuat perban ternyata.

Mata Axle terpejam seketika, ia menikmati itu. Sentuhan Azalea diatas kulitnya mampu membuat dirinya rileks dan melupakan rasa sakit yang ia derita akibat kelalaiannya.


"Kamu terlihat tampan jika begini."

Axle tersenyum kecil begitu mendengar penuturan Azalea yang mungkin mengiranya sudah terlelap.

Lama Axle memejamkan matanya hingga ia tak tahan lagi dengan pemandangan yang diam-diam ia amati sejak tadi.

Azalea berdiam diri dengan pandangan lurus menatap langit-langit goa yang gelap tanpa pencahayaan yang cukup selain cahaya rembulan yang menyelinap.

Axle merengkuh tubuh kecil itu, mengabaikan lukanya yang mungkin saja akan kembali terbuka jika dia banyak bergerak. Ia tak peduli. Entah kenapa dia hanya ingin merengkuh tubuh mungil itu dan merasakan sensasi hangat menjulur pada dirinya.

"Apa yang-"

"Kamu mengingatkanku dengan seseorang." gumamnya dengan suara parau.

Kepalanya mencari celah pada ceruk leher putih susu Azalea, mencoba menyamankan diri dan merasakan kehangatan yang sudah lama ia rindukan.

AzaleaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang