17. Hari Perburuan (2)

636 116 42
                                    

A/n: Sesungguhnya aku masih baru dalam genre semacam ini, jadi aku benar-benar berharap akan ada masukan dan komentar dari kalian untuk improvisasi cerita ini.

- Azalea -

Setelah pengumuman yang diberikan oleh raja kerajaan Selatan, Hendery, para peserta yang hadir segera membubarkan diri dari lapangan dan menunggangi kuda menuju hutan. Axle dan Azalea memacu kudanya. Sementara dibelakang, Allein serta Vilayr mengikuti.

"Jadi kita akan kemana?" Azalea bersorak kesisi kananya. Tempat Axle berada.

"Bagian terdalam hutan. Apa kita perlu memburu naga?"

"Apa?!" Azale menatap punggung Axle yang sudah mendahuluinya dengan tatapan terkejut. Bagaimana mungkin pria itu bisa mengatakan hal seperti itu dengan mudahnya?

Dia benar-benar sudah gila ya?! -Azalea

Allein dan Vilayr yang mendengar sorakan dari Axle matanya membola. Mereka menatap kearah satu sama lain, namun saat menyadari itu keduanya langsung memanglingkan wajah.

Kuda mereka terus berlari hingga tiba dipuncak salah satu lereng terjal tepat saat matahari tepat diatas kepala.

"Kita akan turun."

"Apa?! Bagaimana?!" Azalea menatap kebawah. Masalahnya bukan karena dia takut, tapi sepertinya diantara ketiganya hanya Azalea yang tidak bisa menggunakan sihir untuk selamat dari ketinggian.

Bahkan saat keluar dari kamarnya menuju hutan dia harus meminta Vilayr untuk membawa gadis itu dipunggungnya.

Axle turun dari kudanya kemudian mengulurkan tangannya untuk Azalea genggam. Azalea melirik ke Vilayr dan pria itu hanya mengangguk. Gadis itu menggenggam tangan Axle, namun kemudian pria itu segera menariknya dan membuat dirinya jatuh dalam dekapan Axle.

Axle menggendong Azalea layaknya seorang pengantin kemudian pria itu langsung melompat dari tebing.

"Hei! Setidaknya beri aba-aba!" Allein menggerutu, ia bahkan belum mengikat kuda milik Axle pada miliknya, begitupun juga Vilayr.

"Ah sial! Kenapa aku harus selalu mendapatkan tugas yang merepotkan sih?!"

"Bukankah itu bagus untuk pengangguran sepertimu?"

"Apa?! Hei anak kecil! Dengar ya, aku ini bukan pengangguran. Hanya saja jadwal kosongku lebih banyak dibanding dirimu!"

"Makna katamu sama saja. Hanya saja kamu menukarnya agar terdengar lebih baik."

"Ingin berkelahi ya?!"

Vilayr langsung mengeluarkan pedangnya dan mengacungkannya ke leher Allein. "Tentu. Ini akan lebih mudah untukku."

Sementara itu...

"Aaaaaaaa kenapa kamu tidak memberi aba-aba ketika akan melompat?!" Azalea memekik. Jantungnya seperti akan copot mengingat tebing ini jauh lebih tinggi dibanding kamarnya.

Axle tak bersuara dia hanya menatap lurus kedepan dengan pandangan tajam seperti sedang mengamati sesuatu.

Ah sial! Ini benar-benar sia-sia. Dia tak mendengarkanku 〒_〒 -Azalea

Kembali pada Vilayr dan Allein...

"Hei ini tidak sopan kau tahu?! Menodongkan pedangmu pada orang yang lebih tua!" Allein masih melihat sisi pedang Vilayr.

Sejujurnya dia tidak berencana untuk berkelahi seperti ini. Kata-katanya hanya kiasan! Bagaimana bisa bocah dihadapannya menganggap itu serius?!

"Bukankah kau yang menantangku, orang tua?"

AzaleaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang