A/n: Sesungguhnya aku masih baru dalam genre semacam ini, jadi aku benar-benar berharap akan ada masukan dan komentar dari kalian untuk improvisasi cerita ini.
- Azalea -
Dihari yang sama saat perburuan dimulai...
Setelah mendapat perintah dari sang ratu, Yunaia segera pergi lengkap dengan jubah untuk menyamarkan diri menuju pasar gelap.
Kereta kudanya berhenti tak jauh dari gerbang masuk. Sebelum keluar dari kereta kuda, Yunaia memastikan tak kan ada orang yang mengenalinya berada disini. Penutup kepala jubahnya ia kenakan, pintu terbuka dan ia melangkah keluar.
"Tunjukkan dimana tempat yang diperintah nyonya Ana." ucapnya begitu melihat sosok yang ciri-cirinya sama seperti yang dijabarkan oleh kepala pelayan.
Yunaia juga mengikuti instruksi dari kepala pelayan untuk tidak menyebut nama lengkap sang ratu, mengingat itu akan mempengaruhi reputasinya.
Sosok yang berjalan didepan Yunaia berhenti tepat disebuah bangunan besar berwarna hitam setelah mereka melalui beberapa gang dijalan yang kumuh.
"Sudah sampai." ucapnya parau.
Yunaia memperhatikan gedung itu sebentar sebelum akhirnya memberanikan diri untuk mengetuk pintu sebanyak tiga kali.
Pintu terbuka menampilkan seorang wanita tua dengan sebuah tongkat sebagai pegangan, sepertinya untuk membantu wanita tua itu berjalan.
Wanita tua itu memperhatikan penampilan gadis muda dihadapannya kemudian berdecak tak suka.
"Masuk." ucapnya ketus.
Pintu tertutup otomatis begitu Yunaia masuk ke dalam bangunan besar itu. Kepalanya menoleh ke belakang secara otomatis, terkejut.
"Ku pikir orang-orang yang datang kesini semakin muda setiap harinya." gerutu wanita tua itu sembari menaiki tangga dengan tertatih.
"Ku harap kau tidak akan menyesal datang kesini." tawanya menggelegar diselingi beberapa batuk kecil.
*****
Kembali ke waktu sekarang...
"Adr, kamu sudah bangun?"
"Hmmm."
"Latihan hari ini pasti berat ya? Apa yang mulia melatihmu terlalu keras lagi?"
Pelukkan hangat terasa menyeruak. Senyum lebar itu terpatri cantik layaknya sinar mentari yang begitu menghangatkan.
Pandangan pria itu tertuju pada wajah yang terlihat begitu bersinar, tak terlihat begitu jelas siapa. Namun yang bisa Axle lihat jelas hanyalah senyum cantiknya yang terkembang begitu tulus.
"Tak apa. Aku akan disini. Bukankah aku sudah berjanji untuk selalu berada disini?" wanita itu melonggarkan pelukkannya kemudian menunjuk ke dada sebeleh kiri seorang anak dengan rambut hitam bagaikan bara yang terbakar sempurna.
Bayangan wanita itu perlahan memudar terbawa cahaya yang bersinar terang disekelilingnya.
"Jangan pergi." gumamnya tanpa sadar sembari merentangkan tangan
"Kamu akan baik-baik saja sayang, aku akan menjagamu dari kejauhan."
"... Akan menjagamu." gumaman awalnya tak begitu jelas, tapi bocah itu terus mendengar kata 'akan menjaga' berulang kali.
KAMU SEDANG MEMBACA
Azalea
Fanfiction⚠️ DON'T FORGET to Follow, Vote & Comment ⚠️ Azalea Clementine de Navalaurence dihadapkan pada situasi dimana dia harus menyetujui pernikahan kontrak yang ditawarkan oleh Putra Mahkota Kerajaan Karsten, Adrian Axle de Karsten. Azalea yang juga merup...