11. Badai

711 128 10
                                    

A/n: Sesungguhnya aku masih baru dalam genre semacam ini, jadi aku benar-benar berharap akan ada masukan dan komentar dari kalian untuk improvisasi cerita ini.

- Azalea -

"Jadi kau memutuskan untuk ikut rencana?" Ratu memandang tenang ke arah Yunaia. Setelah diperhatikan cukup lama, penampilan gadis itu kali ini terlihat lebih kacau dari sebelumnya.

Wajah memerah, muka yang terlihat menahan kesal dan lagi sikapnya yang dinilai mengambil keputusan terlalu terburu membuat ratu berpikir jika gadis itu baru saja dipermalukan -sekali lagi.

"Apa terjadi sesuatu?"

Yunaia menoleh kearah ratu. Badannya yang sebelumnya menegang kini terlihat melesu begitu pertanyaan itu keluar dari mulut sang yang mulia.

"Itu... Hanya-"

"Tak apa, kau bisa mengatakan segalanya padaku. Bukankah kita partner sekarang?" Yunaia menegup salivanya. Merasa tercekat dengan apa yang baru saja dikatakan sang ratu.

Partner?

Ya, benar. Mereka partner sekarang, jadi apa salahnya bersikap terbuka pada orang yang telah berbaik hati mempermudahmu untuk membalas segala rasa malu yang kau terima.

"Putra mahkota sepertinya benar-benar mengucilkanku. Matanya hanya tertuju pada gadis itu."

"Dan?"

"Aku- aku ingin putra mahkota memandangku penuh cinta. Aku benar-benar ingin menggantikan posisi gadis itu secepatnya, yang mulia." mata Yunaia berkaca. Tangannya sibuk meremas rok gaun birunya resah. Gadis itu benar-benar sudah merasa terpojok.

Sang ratu tersenyum senang mendengar ungkapan gadis dihadapannya. Semakin marah gadis itu, akan semakin mudah juga menggunakannya.

"Tenang saja. Yang harus kau lakukan hanyalah mematuhi perintahku, kau mengerti?" Yunaia mengangguk cepat. Dalam kepalanya, yang terpikir hanyalah menghancurkan kebahagiaan yang dimiliki oleh sang putri. Dia tak pernah memikirkan konsekuensi apa yang akan ia dapat kedepannya.

*****

"Kau sudah memutuskannya?" Axle duduk disofa ruang tamu yang tersedia dikamar Azalea. Pria itu langsung bergegas menuju istana selatan begitu daftar keluarga bangsawan untuk melayani Azalea sudah dikirim.

Azalea awalnya berniat membawa Rossia ke Karsten, tapi ia rasa untuk situasi saat ini akan sangat buruk. Terlebih sudah ada Vilayr disisinya.

"Aku sudah memiliki beberapa nama. Ini." Azalea menyerahkan daftar orang yang sudah ia pilih kepada Axle. Pria itu langsung mengamati daftar dengan teliti kemudian mengernyit di satu poin.

"Xylaer?"

Azalea mengangguk dengan senyum terkembang.

"Aku tidak akan keberatan dengan nama lain, tapi Xylaer-"

"Bukankah itu bagus?"


Kening Axle semakin mengkerut ketika Azalea terdengar ceria begitu memilih musuh sebagai dayang nya. Azalea yang mendapati ekspresi bingung Axle untuk pertama kalinya tersenyum lebar.

AzaleaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang