A/n: Sesungguhnya aku masih baru dalam genre semacam ini, jadi aku benar-benar berharap akan ada masukan dan komentar dari kalian untuk improvisasi cerita ini.
- Azalea -
Beberapa saat sebelum Vilayr 'mengamuk'...
"Vi-" Azalea menghentikan langkahnya beberapa meter dari pintu ruang besar yang menjadi wilayah teritorialnya.
Dari kejauhan ia bisa melihat pintu tertutup rapat bersamaan dengan penjaga dan dayang serta pelayan yang menunggunya diluar ruangan. Mereka yang menyadari keberadaan sang putri menatap keduanya bingung karena tak kunjung melangkah.
"Yang mulia?" Duchess Kayana menghampiri keduanya. "Apa terjadi sesuatu?"
Azalea menatap wanita didepannya lembut meski kilau matanya terlihat memudar. Gadis itu kemudian mendongak menatap Vilayr yang rahangnya sudah mengeras. Pria itu marah.
"Nyonya Kayana-"
"Ya, yang mulia?"
"Tolong buka pintu dan jendela."
Duchess Kayana sedikit terkejut dengan apa yang diucapkan sang putri. Bagaimana gadis itu tahu mereka menutup jendela padahal sejak tadi gadis itu berada jauh dari istana selatan. Duchess Kayana tidak bertanya lebih lanjut lantas menggerakkan langkah menuju kamar setelah membungkuk.
Para dayang dan pelayan mengikuti duchess Kayana untuk melaksanakan perintah sang putri.
"Vi-" Azalea menggenggam tangan putih susu milik Vilayr. Mata pria itu sudah menggelap bersamaan dengan tangannya yang sudah bersiap mengeluarkan pedang dari sarungnya.
"Tunggu disini." ucap Vilayr tegas kemudian dia melangkah tegas menuju kedalam ruangan.
Tanpa aba-aba, Vilayr segera menghunuskan pedangnya ke berbagai tempat.
Para pelayan memekik takut tak terkecuali para dayang. Para prajurit yang berjaga bersiap menghentikan lelaki itu namun Azalea mencegah melalui tatapannya yang tajam. Para prajurit itu seketika melangkah mundur. Tak ingin membuat masalah karena menolak perintah tunangan sang atasan.
Vilayr menendang meja makan, membuat seluruh makanan yang sudah tertata berserakan dilantai. Pria itu tak menghentikan aksi brutalnya sekalipun para pelayan memohon untuk berhenti. Para dayang tak bergeming, kaki mereka terlalu rapuh untuk sekedar digunakan berjalan mendekat menuju Azalea. Mata mereka hanya fokus pada Azalea yang terlihat cendrung fokus pada aksi Vilayr tanpa berniat menghentikan pria itu.Lima belas menit berlalu, suara tapak kaki mendekat. Dan para pelayan serta prajurit yang gugup menatap takut pada sosok yang kini sedang mendekati sosok tuan putri yang berdiri kaku didepan pintu.
"Apa yang terjadi?" Azalea menoleh begitu tangan Axle menyentuh pundaknya yang kecil.
Azalea menunjuk kedalam. Disana Vilayr dengan pedangnya menghancurkan segala bunga dan vas yang terpajang. Bukan hanya itu, Vilayr juga menghancurkan barang-barang yang memiliki bahan dasar kain dan bulu.
Vilayr yang menyadari perubahan aura disekitar Azalea menoleh. Pria itu mendengus namun pandangan matanya terarah kepada salah seorang dayang yang berdiri didekat tembok bersama yang lain.
KAMU SEDANG MEMBACA
Azalea
Fanfiction⚠️ DON'T FORGET to Follow, Vote & Comment ⚠️ Azalea Clementine de Navalaurence dihadapkan pada situasi dimana dia harus menyetujui pernikahan kontrak yang ditawarkan oleh Putra Mahkota Kerajaan Karsten, Adrian Axle de Karsten. Azalea yang juga merup...