07| Moodboster

17 11 4
                                    

"Aku mencintainya, tapi ada seseorang yang seharusnya lebih ku-prioritaskan daripada dirinya. Harus pilih yang manakah?"

***

"Eh, iya. Tunggu bentar ya." Aruna turun dari ranjang UKS, dibantu oleh Arjuna. Lalu gadis itu berjalan keluar dari UKS menuju toilet siswa perempuan.

Menyisakan Arjuna dan Gano di pintu UKS. Tentu saja, mereka berdua sama-sama diam. Belum ada yang berani menegur, sampai akhirnya karena suasana canggung sudah berjalan 5 menit, Gano bersuara.

"Bokap gue nanyain lo." 

"Nanyain apaan?" Balas Arjuna ketus, selalu seperti itu keadaannya jika Gano dan Arjuna sedang berkomunikasi.

"Katanya lo masih ikut kelas ngelukis nggak, gitu aja sih." Sahut Gano, tampak lebih tenang. Ck dasar serigala berbulu kucing, eh domba!

"Oh," Tanggap Arjuna, perkataan Ganosama sekali tak menarik untuk diperbincangkan.

Lalu tak ada lagi yang bersuara, sampai akhirnya Aruna datang membawa baju olahraga berwarna biru muda. Aruna memyerahkan baju itu kearah Gano, "Makasih Ya." Katanya.

Gano tersenyum manis, "Iya, gue kesana ya. Mau ganti baju."

Aruna mengacungkan jempolnya, "Sip dah."

Arjuna menunduk, tangannya mengepal.

***
"Quotes-quotes udah ditulis di sticky notes?" Araz muncul dari pintu Ruang Jurnalistik saat Arjuna sedang terlelap di lipatan tangannya.

Araz mengernyit, kenapa bocah tengil itu diam saja? Tidur?

Araz berjalan pelan menuju Arjuna, lalu pemuda itu terkekeh pelan melihat ekspresi Arjuna yang sedang terlelap.

Sebenarnya, tadi Araz sudah mencari Arjuna di kelasnya. Tapi nihil, tidak ada Arjuna dan tidak ada yang tahu dimana Arjuna. Akhirnya, Araz memutuskan untuk pergi ke Ruang Jurnalistik, dan benar saja. Bocah tengil itu rupanya tertidur, pasti ia lelah.

Araz diam saja dan mulai mencari-cari artikel-artikel mengenai bully. Ia akan mengirimkan file tersebut ke Nadin dan Aqila sebelum hari Kamis.

Sepuluh menit berlalu, Arjuna terlihat bergerak. Araz mengalihkan pandangannya, lalu berkata, "Pules amat."

Arjuna menoleh, terkikik, "Eh ada lo. Kok nggak bangunin gue?"

"Ga tega gue bangunin, ini lagi cari artikel-artikel." Araz mengarahkan layar laptopnya kearah Arjuna yang matanya masih merah dan sedikit menyipit, khas sekali jika Arjuna baru bangun.

"Udah dapet yang pas?"

"Udah sih, tapi ada dua pilihan. Coba deh lo baca, cocokkan yang mana buat ditempel di mading?" Arjuna menarik kursi ber-cat biru dari tempatnya duduk tadi kesebelah Araz. Lalu pemuda itu duduk di sebelah Araz dan tampak serius, "Artikel kedua lebih menarik Raz, gatau tapi, coba lo tanya anak-anak yang lain. Kalo menurut gue sih pembahasan artikel kedua lebih detail tapi ga terlalu panjang. Cocok lah." Tanggap Arjuna.

"Iya juga ya, yaudah ntar gue salin dan gue kirim ke Nadin. Semua perlengkapan besok sudah harus lengkap dan kita akan menyusun pertanyaan wawancara mengenai kolaborasi dengan anak-anak jurnalistik SMA Garuda ke kebun jeruk." Araz berbicara dengan tatapan mata yang tak berpindah dari layar laptop. Ia menyeruput pop ice taro yang sejak tadi tergeletak tak tersentuh di meja.

Hal itu membuat Arjuna mengaktifkan otak jahilnya.

Seusai Araz menyeruput minuman favoritnya itu, Arjuna dengan gerak cepat mengambil cup yang masih terisi pop ice setengah. Lalu bisa dipastikan, pemuda tengil itu sudah berlari keluar dari ruang Jurnalistik.

"Makasih ya bro! Gue haus banget."

"Wei Arjun! Balikinn."

***
Sheldy Gargano Mahendra. Didepan bertingkah baik dan ramah layaknya domba, tapi di belakang, bisa berubah menjadi buas dan penuh amarah seperti serigala.

Gano mematahkan kuas yang sedang dipegangnya. Matanya menatap lurus kearah kanvas yang terlukis wajah seseorang dengan acak-acak.

"Tunggu aja tanggal mainnya." Gumam Gano, tajam, mendesis.

***
"Tadi kakak pulang bareng A'a Arjun?" Suara Athan yang sedang berdiri di pintu kamar Aruna, dengan kondisi bersedekap dada, membuat Aruna memutar kepalanya sembilan puluh derajat.

"Iya, kenapa emangnya?" Tanya Aruna, bingung, biasanya Athan atau orang-orang dirumah tidak pernah menanyakan Aruna pulang dengan siapa. Mengingat hampir setiap hari Aruna pergi dang pulang bersama Arjuna.

"Nggak sih, tapi aku nemu ini di deket pagar. Kayaknya punya dia, tapi ga mungkin sih soalnya warna pink. Tapi instingku mengatakan ini punya a'a Arjun." Athan bingung sendiri dengan pikirannya. Membuat Aruna berdiri, lantas berjalan menuju Athan.

"Coba kakak liat?" Aruna mengadahkan tangannya didepan Athan, yang segera membuat anak laki-laki berusia 12 tahun bermata empat-berkacamata- itu menyodorkan secarik kertas berwana putih beserta amplop pink.

Dari bentuknya, Aruna yakin itu adalah sebuah surat cinta. Tapi, Arjuna ingin memberikan surat ini kepada siapa? Atau.. Arjuna dapat surat ini dari siapa?

Jika benar surat itu untuk seseorang, kenapa Aruna merasa ada yang aneh pada dirinya.

Kenapa... ia merasa,

Cemburu?

***
"Aku lagi pengen makan martabak manis."

"Gue otw, selain martabak manis, apalagi?"

"Hmm koko crunch aja deh."

"Yaudah gue siap-siap."

"Aku tunggu ya!"

"Iya sayang."

Telpon dimatikan, seorang pemuda segera melapisi kaos putihnya dengan jaket kulit tebal. Lalu, ia mengamit kunci motor dan berjalan tergesa keluar kamar.

***
Hayolo siapakah itu
Maapkeun cuma dikit hwhw

See you next part👋

ProditorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang