🎨
Awas baper!
***Kaos putih dibalut kemeja biru lengan pendek bermotif bintang, dengan paduan celana pendek berwarna coklat muda, dan sandal jepit hitam Ando. Arjuna, pemuda tengil kebanggan SMA Adiputra saat ini tengah menggaruk kepalanya. Kunci motornya yang tadi diletakkan di meja yang ada tepat disebelah lemari coklat, kini sudah hilang entah kemana. Ia sudah enam belas kali mondar-mandir di ruang tamu. Kelakuannya itu membuat bundanya geleng-geleng kepala.
Yesha segera menghampiri anak bungsunya itu, tak peduli dirinya kini tengah memakai apron merah bergambar kelinci. Itu adalah hadiah dari sang suami saat mereka merayakan anniversary pernikahan.
"Cari apalagi? Rasanya ribet banget, belum berangkat daritadi juga." Kata Yesha, membuat Arjuna duduk terpaksa di lantai.
"Bunda sana aja, Jujun mau cari sesuatu." Arjuna mengibaskan tangannya, layaknya mengusir.
"Dih kamu ngusir-ngusir gitu. Yaudah kalo gamau dibantuin bunda." Yesha pura-pura merajuk dan berjalan menuju dapur. Arjuna refleks menghentikan langkah bundanya, "Eh, bentar bun. Jangan ngambek gitu lah, gini, Arjun mau nanya. Bunda liat kunci motor Arjun nggak?"
"Lah, bukannya kamu letak di meja sana ya?" Tunjuk bundanya kearah meja yang ada disebelah lemari. Lalu Arjuna menghela napas, "Ga ada bun, Arjun udah berapa kali muter-muter." Keluhnya.
"Awas aja kalo bunda cari kuncinya ada disana ya." Ancam Yesha.
"Cari aja, emang ga ada kok." Tantang Arjun, pemuda itu memperhatikan bundanya yang berjalan kearah meja coklat itu, lalu sebuah benda kecil yang menggantung dan terdapat mainan kecil huruf 'A' tiba-tiba ada di tangan bundanya. Arjuna mengernyit, "Lah kok ada sih?"
"Ini ada, kamu carinya pake mata atau pake apasih Arjun?!" Arjuna terkikik, lalu ia menghampiri bundanya, "Tadi beneran nggak ada bundaku sayang."
"Halah, ada kok di meja." Elak sang bunda.
"Yaudah sini," Yesha langsung menyembunyikan kunci motor Arjuna di kantong apronnya. "Jangan pulang sore-sore."
"Iya bundaku." Kata Arjuna, lalu menadahkan tangannya, "Siniin kuncinya bun, mau beli benda buat tukar kado minggu depan."
"Mau beli apa?" Tanya bundanya kepo, lalu Arjuna tampak berpikir, "Arjun boleh tanya gak?"
"Apa?" Yesha mendekatkan telinganya ke mulut Arjuna, karena anak laki-laki itu mengkode seperti akan membisikinya.
"Anak perempuan biasanya suka apa ya?" Bisiknya, yang sebenarnya percuma karena volume suara Arjuna tinggi.
"Kamu mau ngasih cewek? Kenalin dong kesini."
"Ealah, minggu depan kan tukar kado. Semalam kan udah Arjun ceritain bun, yang cowok beli kado khusus cewek, yang cewek pilih kado buat cowok."
"Oh iya bunda lupa, yaudah cewek jurnalistik ya?" Tanya bundanya.
"Iya bun, apa ya kira-kira kado yang cocok?" Tanya Arjuna.
"Sweater sama sepatu aja." Jawab bundanya, membuat Arjuna makin bingung.
"Lah? Kan kadonya buat keperluan jurnalistik. Kok sweater sama sepatu?"
"Ya buat dia pake kalo lagi memotret dong sayang."
"Lah iya juga ya bun." Arjuna menepuk dahinya, lalu ia beralih untuk menyalimi sang bunda. "Yaudah deh bun, nanti Arjun sambil cari-cari kado yang lain. Arjun pergi ya."
"Iya, hati-hati jangan kesorean."
"Iya bundaku, bunda ada yang mau dititip nggak?" Tanya Arjuna.
KAMU SEDANG MEMBACA
Proditor
Novela JuvenilSemua orang pasti punya masa lalu, entah itu kelam atau membuat bangga jika diingat. Setiap orang juga pernah berbuat kesalahan, entah itu kesalahan kecil atau kesalahan besar. Yang beda adalah, bagaimana cara mereka belajar dari masa lalu, dan baga...