19| Bapaknya?

25 7 11
                                    

🎨

"Makan dikit amat." Cibiran Astha siang ini mengarah ke Arjuna yang sedang mengunyah siomay-nya dengan malas. Entah kenapa, kerongkongannya seolah tidak menerima makanan yang masuk.

Melihat siomay Arjuna yang sedari tadi bahkan tidak habis setengah-nya, Aruna mengomelinya. "Jangan males makan, kasian ntar lo udah jomblo,kurus,ngenes pula. Miris amat idup lo nanti."

"Berisik." Celetuk Arjuna, meneguk air mineral kemasan sampai tandas tak tersisa. Ia merebut bungkusan keripik kentang yang ada di tangan Zafa. Hal itu tentu membuat sang pemilk keripik kentang mendengus, "Nggak sopan." Katanya.

"Biarin." Balas Arjuna, cuek.

Zafa memcondongkan badannya kearah Aruna, ia berbisik. "Dia kenapa?" Tanyanya.

"I dunno, mungkin efek jomblo." Kata Aruna, mengendikkan bahu.

"Lo juga jomblo wei." Nay menoyor kepala Aruna, yang malah membuat gadis itu terkekeh.

"Eh tapi kan otw nggak jomblo dia." Timpal Sherin yang sedang mengunyah bakso-nya.

"Sama siapa?" Sahut Zafa.

"Gano lah! Siapa lagi." Kata Shiren, lalu Aruna langsung membekap mulut Shiren, "Ih mulutnya!" Kata Aruna, membuat Shirem terkekeh, "Ya maap."

Aruna mendengus, ia menoleh ke Arjuna. Memastikan kondisi pemuda itu.

"Lo kenapa sih? Kayak nggak punya semangat hidup." Celetuk Aruna.

Arjuna menyumpal mulut Aruna dengan keripik kentang.

"Diem ih berisik."

Zafa, Astha, Aruna, Nay, dan Shiren. Mereka ber-lima kompak menganga, ikut merasakan keanehan yang muncul dari Arjuna.

"Bocah tengil yang jahil, kok jadi diem gini? Ngeri ah."

"Bocah tengil kalo lagi diem ngeri juga ya?"

***
Gano melangkahkan kakinya menuju kelas 11 Ipa 1. Matanya menyorot seluruh siswa-siswi yang berlalu lalang menuju parkiran. Ia lebih cepat melangkahkan kakinya.

Hingga tiba didepan pintu kelas 11 Ipa 1, kepalanya menyembul. "Aruna?" Katanya.

Karena keadaan kelas sudah sepi, dan hanya tersisa 6 orang, Gano memberanikan dirinya untuk masuk.

"Lo pulang bareng Gano?" Bisik Nay, saat Aruna akan berjalan menuju Gano.

Aruna mengangguk, lalu ia berjalan menuju Gano. "Ayo." Katanya.

Gano ikut mengangguk, lalu tersenyum kearah Arjuna. Senyum sinis tentunya.

"Pamit Jun, duluan ya." Katanya.

Arjuna mengangguk malas, "Iya. Pengen eskrim dia, beliin ya. Dompet gue tipis nih diporot." Katanya.

Aruna menendang tulang kering Arjuna. Pemuda itu menjerit, "Sakit gelo!"

"Rasain." Kata Aruna.

Gano mengangguk, menarik tangan Aruna. "Iya, nanti dibeliin eskrim."

ProditorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang