13| SMA Garuda

17 7 23
                                    

🎨

***
Beberapa hari kemudian.

"Selamat pagi, dan selamat datang anak-anak Jurnalistik dari SMA Garuda. Semoga kalian bisa berbaur satu sama lain dengan anak-anak jurnalistik SMA Adiputra, kami harap, acara kita akan berjalan dengan lancar sampai selesai." Suara itu menggema sampai ke seluruh penjuru sekolah. Pertemuan antara anggota Jurnalistik SMA Adiputra dan SMA Garuda itu tentu saja tak bisa luput dari obrolan-obrolan anak remaja. Bagaimana tidak? SMA Garuda ternyata menyembunyikan banyak cogan.

Semua anak-anak Jurnalistik mengangguk. Mereka tengah berbaris rapi, Arazka dan Anggara, dua ketua Jurnalistik dari SMA yang berbeda. Mereka terlihat berbincang di depan sana, Arazka terlihat mengangguk sesekali saat mengobrol dengan Anggara. Anak-anak Jurnalistik yang sedang berbaris berdasarkan gugus itu mulai sedikit bersuara, sehingga keadaan tidak sehening sebelumnya.

Araz langsung merapikan barisan mereka. Sebisa mungkin membuat agar suasana menjadi kondusif, tentu saja dengan bantuan Anggara.

"Baiklah, kita mulai acaranya sekarang. Untuk yang pertama, setiap gugus terdiri dari 13 Anggota, kecuali gugus 1 dan gugus 2 yang hanya terdiri dari 12 anggota karena Saya dan Angga tidak masuk kedalam barisan. Dengan catatan ada 6 gugus disini. Saya dan Angga, akan memandu acara,"

"Kita ada 78 orang, setiap bis terdiri dari 39 siswa. Bebas mau dimana saja, asal jangan terjadi keributan." Lanjut Araz. Lalu Angga terlihat mendekatkan mikrofon ke mulutnya, "Araz akan memandu bis 1, sedangkan saya akan memandu bis 2, nanti ketika turun dari bis kalian hatus tetap pada barisan gugus masing-masing. Jangan lupa siapkan buku catatan dan pena."

Semua anggota tampak mengangguk mengerti, "Baiklah. Silahkan masuk kedalam bis dengan tertib, kami harap tidak ada yang berebut. Karena disini, kita keluarga. Saya yakin kalian paham." Kata Araz, yang kemudian membuat semua anak-anak Jurnalistik berjalan beriringan menuju bis.

***
"Kumpulkan kado yang kalian bawa. Agar panitia bisa memberi kode nomor pada kado."

Semua anak-anak Jurnalistik tampak antusias mengumpulkan kado mereka pada panitia.

Arjuna.

Ah ya anak itu, Arjuna kini tengah duduk bersandar pada pohon beringin yang ada di halaman rumah Pak Tomi, pemilik kebun jeruk. Iya, masalah mewawancarai petani di kebun jeruk, anak-anak jurnalistik benar-benar merealisasikannya.

Arjuna tampak beberapa kali menguap dengan kondisi kedua telapak tangannya yang menopang dagu. Keadaan Arjuna yang seperti itu mengundang Araz untuk mendekat kearahnya.

"Hayo tedor tedor! Dimana-dimana kerja lo tidur terozz!" Kata Araz ketika sudah duduk disebelah Arjuna. Arjuna terkaget, ia sampai terjengkang dan berpindah satu meter dari posisinya duduk. Araz terkekeh geli melihat tingkah Arjuna yang seperti itu.

Arjuna beringsut kearah Araz dan meninju bahu pemuda itu, "Ngajak berantem lo ah!" Imbuhnya.

Araz menyodorkan sebungkus roti, yang membuat Arjuna bertanya, kenapa Araz memberikan roti?

Araz tampak terkekeh lagi, lalu ia bersuara. "Lo laper kan? Ga usah malu-malu gitu. Ambil nih." Sindir Araz.

Arjuna tampak cemberut, "Iya nih. Masih lama ya acaranya?"

ProditorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang