23| Mimpi

20 5 27
                                    

"ARJUNA UDAH JAM ENAM! CEPETAN BANGUN ANAK BUNDA YANG GANTENGNYA KELEWATAN TAPI AGAK SINTING."

"ARUNA SAYANG ANAK GADIS MAMA YANG CANTIIK. BANGUN DONG JANGAN NGEBO! ATHAN AJA UDAH MANDI TUH. AYO SAYANG BANGUN."

Dua jeritan dari dua ibu-ibu rempong layaknya rombongan arisan komplek sebelah itu beradu karena rumah mereka berhadapan. Di waktu yang sama, mereka menjerit bersamaan.

Arjuna terduduk. Sampai kepalanya terbentur kepala ranjang. Dia mengaduh, merutuki sang bunda yang membangunkannya dengan cara yang terkesan ngegas.

"Mau mandi atau makan dulu?" Yesha melipat selimut Arjuna, lalu menyibak gorden jendela kamar pemuda itu.

Arjuna berdiri, mengamit handuk yang tergantung. "Mandi dulu aja Bun. Makasih cara banguninnya bagus. Ala-ala ngajak berantem gitu ya."

Yesha mengangguk. "Sama-sama."

Ibu dua anak itu keluar dari kamar Arjuna, sambil memunguti sampah bekas kuaci di kamar Arjuna. Bukan ingin memanjakan, tapi Yesha melakukan itu semua agar Arjuna sadar.

"Maaf Bun, nggak diberesin. Ngantuk hehe."

Tuh kan sadar dianya.

Yesha mengangguk, "Lain kali dibuang ke tempatnya ya ganteng."

"Iya bun makasih." Arjuna berujar alay, membuat Yesha berdecih jijik.

"Mandi cepetan udah siang ini. Tumben kamu bangunnya telat."

Arjuna segera masuk ke kamar mandi. Teringat sesuatu.

"Alhamdulillah cuma mimpi ya Allah. Pules amat gue tidur dari jam delapan." ucap Arjuna. Terkekeh di dalam kamar mandi.

Dia teringat, setelah berkirim pesan dengan Aruna semalam, dia ketiduran.

Terlalu lelah mencuci sepatu dan sandal.

Sepatu?

Sandal?

Iya, sepulang sekolah. Bukannya disambut dengan hangat, Bunda malah menyodorkan belasan sepatu dan sandal kotor. Untuk dicuci.

Ada yang bertanya, apakah dirumah Arjuna tidak ada pembantu? Atau asisten rumah tangga kah?

Jawabannya. Tidak.

Yesha mengerjakan semuanya sendiri. Lebih tepatnya, Arjuna mengerjakan semuanya sendiri, kecuali mencuci baju dan memasak.

Hari-harinya sudah mirip seperti anak perempuan. Bahkan kalau disebutkan tugasnya satu-satu dirumah, anak perempuan masa kini akan kalah.

Menyapu dan mengepel sudah menjadi makanan sehari-hari untuk Arjuna. Lalu perihal membersihkan kolam renang, itu akan jadi kewajibannya setiap akhir pekan. Belum lagi, mengurus kucing dan tanaman-tanaman sang bunda yang notabene-nya susah dirawat. Seperti anggrek misalnya.

Jadi, Arjuna berpikir. Apakah dia ini tertukar dengan Misel?

Tapi setidaknya setelah kepulangan sang kakak dari kota yang selalu dirindukan itu, Arjuna jadi agak free. Ada yang membantunya menyapu rumah.

Sebenarnya Yesha tidak pernah memerintah Arjuna untuk mengerjakan hal-hal seperti itu. Tapi, kembali lagi pada sifat Arjuna.

Hanya dengan melihat sang bunda yang kelelahan seusai mencuci baju, Arjuna akan gesit mengambil alih untuk menyapu rumah. Yesha yakin, istri dari anaknya suatu saat akan sangat bangga memiliki suami seperti Arjuna.

"Mimpi gue kok gitu amat ya." Arjuna bergumam, meloloskan pakaian tidurnya.

***

"Mama santuy dong banguninnya. Kuping Aruna jadi kayak denger nging nging gitu jadinya."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 15, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

ProditorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang