21| Perjaka atau Duda

31 7 13
                                    

"Ini kan sore ya Na cerah juga tuh diluar, nggak ada niatan buat jogging gitu?" Hana duduk disamping Aruna yang sedang tengkurap di sofa sambil menikmati streaming drama korea melalui ponsel.

Aruna mendongak, "Enggak tuh."

"Sana-sana jangan males. Mama nggak mau ya punya anak gadis yang malesnya nggak ketulungan. Cepet sana, abang sama Athan udah didepan rumah." Hana menarik tangan Aruna sampai setengah tubuh gadis itu terarah ke ujung sofa. Hampir jatuh.

"Ih mama, Aruna tuh lagi nonton oppa-oppa nya Aruna nih. Hari minggu nanti aja ya." Kata Aruna, dia memperbaiki posisi tubuhnya.

"Heh cepetan. Mama kurangin nih uang jajan kamu ya?" Ancam Hana.

Ah Mama mainnya ngancem.

Aruna menggeleng, dia mengerucutkan bibir. "Ih mama kok gitu."

"Makanya sana cepetan. Abangg tungguin adeknya nih mau ikutan jogging." Hana menjerit, berharap Athlas akan mendengar suaranya.

Tak lama terdengar suara Athlas dari luar, "Iya Ma. Abang tunggu!"

"Tuh tuh abang udah nunggu. Sana naik keatas sikat gigi, pakai sweater, rambutnya dikuncir rapi-rapi."

Aruna menghela nafas, "Iya Mama, iya."

***
"Ma, pake sepeda aja ya?" Pinta Aruna.

"Nggak, mama nyuruhnya jogging." Hana menggeleng, dia menuangkan cairan puding yang belum mengeras ke cetakan.

"Yah mama, setidaknya kan nggak se-capek kalau jogging." Kata Aruna.

Hana tetap menggeleng, "Nonono! Mama maunya kamu jogging. Lebih sehat."

Aruna mengerucutkan bibirnya, "Mama ish." Katanya menatap mamanya sinis.

Hana tak kalah memberikan tatapan sinis, "Biarin."

"Mama adeknya mana sih! Lama banget!" Teriak Athlas dari luar. Lalu Hana langsung menarik tangan Aruna keluar dari rumah, "Ini bang adeknya mau jogging." Kata Hana, mendorong Aruna.

"Mama ih udah maksa kok dorong-dorong." Protesnya.

Hana mengendikkan bahu, "Suka-suka mama dong."

Aruna makin geram, jika saja dia tidak ingat perempuan itu adalah orang yang melahirkannya.

"Lah kok abang pake sepeda? Athan juga?" Aruna mengernyit saat melihat gerak-gerik Athlas yang terlihat seperti ingin menaiki sepeda.

"Lah, emang abang mau sepeda-an sama Athan. Kenapa?"

"Ih mama tuh kan! Abang aja naik sepeda masa aku nggak dibolehin."

Hana menggeleng sambil tersenyum, "Gadisnya mama, jogging ya. Biarin abang sama adek sepeda-an. Abang juga nanti mau balap sepeda minggu depan, sekalian latihan. Nah kamu jogging sama Arjuna ya?"

Tak disangka, Arjuna sudah muncul di gerbang. Kedua tangannya dimasukkan kedalam saku jaket. Di mulutnya ada permen lolipop.

"Lah kok sama Arjuna sih ma?! Tadi kan mama ngomongnya sama abang." Rengeknya.

Hana mengendikkan bahu lagi, "Nggak tau dan nggak peduli. Sana jogging sama Arjuna."

"Nggak mau ma!"

"Jangan suka ngebantah!"

***
Aruna akhirnya dengan perasaan dongkol berjalan bersisian di sebelah Arjuna. Dia menendang batu-batu kecil yang ada di depannya. Kepalanya menunduk dan bibirnya mengerucut.

Menggemaskan!

"Jadi ini mau ke taman atau ke lapangan basket komplek?" Tanya Arjuna.

"Terserah."

ProditorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang