C H A P T E R 4

3.5K 508 21
                                    

Jihoon kini sedang berdiri di balkon, menatap tiga mobil hitam di dekat kolam renang. Kini ia tahu bahwa mobil dapat memasuki area itu. Seorang pemuda bersurai merah darah keluar dari sebuah pintu besar dan menuruni tangga, ia memasuki ke salah satu mobil setelah sebelumnya menatap Jihoon tajam. Seolah sedang memperingatinya. Ia pun hilang bersama mobil yang ia naiki. Keluar melalui gerbang otomatis.

"Sepertinya anda sangat menanti kepergian Tuan Soonyoung."

Sontak Jihoon berbalik dan menemukan seorang pemuda yang tinggi. "Siapa kau?" Tanya Jihoon. Pemuda itu tersenyum seraya membungkuk empat puluh lima derajat, "saya Daniel, saya yang akan membantu pelarian anda." Jawabnya. Alis Jihoon bertaut, "Soonyoung bilang, kau yang akan mengawasiku."

"Kau tidak perlu bingung, yang penting dia akan membantu kita." Ujar Yeji dari ambang pintu. Jihoon mengangguk, "baiklah. Jadi, kapan aku bisa pergi dari sini?" Tanyanya, tak berharap banyak pada Daniel yang masih tersenyum. Sepertinya dia sedang senang, mungkin karena diberi tugas yang menyenangkan atau karena kepergian Soonyoung. Entahlah.

"Setelah Tuan Soonyoung mengonfirmasi ke Nona Yeji bahwa dia sudah di pesawat." Jawabnya. Jihoon kembali memgangguk, ia paham. Sedikit tidak sabaran dengan rencana "ayo kabur dari Soonyoung!". Ia berada disini baru dua hari, empat hari jika dihitung dengan saat dimana ia pingsan. Ia akui disini cukup nyaman, ia dapat makan enak dan fasilitas lengkap. Tapi ia harus bertemu orangtuannya, bukan memikirkan antara pernikahan atau pengeksekusian.

"Bagaimana jika aku berhasil?" Jihoon menatap Yeji dengan tatapan khawatir, "apa Soonyoung akan menangkapku lagi? Apa kalian akan baik-baik saja?" Tanyanya. Membayangkan bagaimana pemuda bersurai merah darah dengan mata hitam segelap malam dan sedalam samudera itu marah, apa Soonyoung akan membunuh Yeji dan Daniel? "Anda tidak perlu merasa khawatir, Tuan, karena Tuan Soonyoung tidak akan pernah kem..."

"Pikirkan saja dirimu sendiri, Jihoon. Kami akan baik-baik saja." Sahut Yeji cepat sembari menatap Daniel tajam. "Untuk keamananmu, kami akan membuat semuanya terjadi seperti kau telah bunuh diri." Imbuh Yeji sembari tersenyum. Jihoon tidak tahu bagaimana caranya untuk meyakinkan Soonyoung, tapi ia tahu, itu mudah bagi seorang Kwon Yeji. "Em... untuk antisipasi, nanti malam anda bisa keluar dari sini dan sampai saatnya tiba, saya harap anda tetap menjaga energi anda karena rumah ini jauh dari kota." Jelas Daniel sebelum beranjak keluar dari kamar Jihoon.

Sepeninggal Daniel, Jihoon mendekati Yeji seraya bertanya, "kenapa dia mau membantu kita?" Yeji hanya tersenyum, "sudah kukatakan, mudah untuk mengelabuhinya karena dia orang yang bodoh. Bertarung saja tidak bisa meskipun dia anghota eksekutif. Ayahnya sahabat baik almarhum ayahku. Ketika ayahnya meninggal, ayahku mengangkatnya menjadi anggota eksekutif agar ia bisa sedikit menjadi orang yang berguna. Kau pikir saja, Ji. Bagaimana jika tukang kebun mendadak diangkat menjadi dokter bedah? Tidak bisa apa-apa, yang ada malah menjadi congkak." Jelas Yeji panjang. "Sekarang, kau istirahat. Aku akan menemui saat waktunya tiba."

Jihoon kembali mengangguk, "baiklah. Sekali lagi terima kasih, Yeji."

"Tidak masalah." Balas gadis berumur duapuluh tahun itu. Ia pun beranjak meninggalkan kamar Jihoon dan berjalan menuju ruangannya di bawah tanah untuk menemui bawahannya. "Bagaimana dengan para calon korban?" Tanyanya sembari membuka map-map di atas meja yang baru saja diberikan oleh Hyunjin, orang terpercayanya. Pemuda tampan itu berdeham, "sesuai dengan data yang diberikan anda.". "Apa para calon pernah terlibat dengan kita atau Jihoon?" Tanyanya lagi. "Tidak ada satu pun yang terlibat dengan kita ataupun Tuan Jihoon." Jawab Hyunjin.

"Catatan kriminal mereka?"

"Rata-rata mereka adalah penipu atau pelaku prostitusi." Yeji menutup semua map di atas meja, "mereka dibuang dan keluarga mereka tidak jelas, kan?" Tanya Yeji dan Hyunjin mengangguk membenarkan. Melihat itu, gadis bersurai hitam itu tersenyum senang, "bagus, minimalkan jumlah mereka dengan data yang lebih detail. Aku tidak mau rencana ini berantakan karena kesalahanmu, Hyunjin-ah. Bunuh mereka dan bawa mayat mereka ke hadapanku pukul tiga nanti." Titahnya sembari beranjak pergi, mengabaikan Hyunjin yang membungkuk hormat, "baik, Nona."

B E S E S S E N H E I T [SOONHOON]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang