Hai, ini chapter terakhir. Tapi di chapt ini ga jelasin apapun selain keadaan mereka setelah ngelawan Seungcheol.
Kalian boleh ninggalin kalau ga tertarik, tapi aku harap kalian tetap suka
"Kenapa kau juga disini, Vernon?"
"Aku ingin mendengarnya langsung darimu." Pemuda itu tersenyum ke arah Jun dan duduk di samping Seungkwan. Seungkwan sendiri tidak mempermaslahkan hal tersebut, ini pertama kalinya ia datang untuk mendengar kesehatannya setelah menjalani dua operasi dalam waktu dekat. Begitu ia dlarikan ke rumah sakit malam itu, ia langsung dibawa ke ruang operasi untuk mengangkat peluru di pahanya dan dua hari setelahnya ia kembali dioperasi untuk pengangkatan chips di tangannya.
Mungkin Vernon sama khawatir dengan dirinya, meskipun operasinya berjalan lancar, keduanya khawatir jikalau ada efek samping karena pengangkatan chips tersebut beresiko dan bahkan memakan waktu 8 jam. Jun menghela napas, bukan kenapa, sekarang ia merasa seperti dokter kandungan yang sedang memberi konsultasi pada pasangan suami istri, melihat bagaimana antusiasnya Seungkwan dan Vernon.
"Semuanya baik-baik saja." Ujarnya. "Di luar dugaanku, rambut sensornya tertanam cukup dalam. Tapi aku sudah memastikan tidak ada yang terputus ataupun tertinggal, jadi kalian tak perlu khawatir." Imbuhnya dan Seungkwan mengangguk paham. Jun ikut tersenyum ketika ia mendapati keduanya tersenyum satu sama lain, ia sudah memperhatikan keduanya sejak Seungkwan dibawa ke rumah sakitnya.
Ia cukup paham bahwa Vernon benar-benar melihat dan mengkhawatirkan Seungkwan, menunggunya setiap malam dan bahkan memarahinya karena melakukan operasi berat setelah dua hari sebelumnya juga melakukan operasi. Tapi pemuda tersebut pada akhirnya percaya padanya dan dirinya berusaha semampunya untuk menyelamatkan Seungkwan. Jun masih menatap mereka dan kini menopang dagunya, "jadi, kapan kau siap untuk operasi selanjutnya?"
"Maksudmu?"
"Tanganmu itu, akan menjadi jelek karena bekas jahitan. Kau tahu bahwa aku bisa membuat tanganmu menjadi kembali halus seperti sedia kala, kan?" Tanya Jun. Seungkwan mengangguk pelan, "tapi aku tidak mau, biarkan saja seperti ini."
Jun mengangguk pelan dan kembali fokus pada jurnalnya sebelum ia menulis resep obat untuk Seungkwan, "pastikan kau meminumnya secara teratur. Kau berada di rumah dan aku tidak bisa datang memeriksamu setiap hari karena aku banyak urusan disini dan di laboratorium." Seungkwan sekali lagi mengangguk dan mereka berdua pamit pulang, karena pemuda itu harus istirahat di rumah.
Jun melepas kacamatanya dan memijat pangkal hidung, ia benar-benar sibuk akhir-akhir ini. Sebagai dokter, ia harus bekerja di akhir pertarungan. Ada banyak laporan yang harus ia pastikan, dan beberapa orang yang benar-benar dalam pengawasannya. Siapa lagi jika bukan Soonyoung, Jihoon dan anggota eksekutif, seperti Jisoo dan Yeji. Seungkwan adalah pasien khusus dan itu menambah bebannya. Ia harus meminta cuti panjang nanti.
Tiba-tiba seseorang masuk dengan dua cangkir kopi di tangannya, "apa kau lelah? Kau bisa istirahat sebentar." Jun mendongak dan tersenyum tipis begitu menemukan sosok Minghao. Soonyoung juga memberikan tugas untuk mengawasi orang tersebut dan menemukan obat yang tepat untuk Jeonghan. Meskipun pemuda tersebut dalam pengawasannya, entah bagaimana Jun tidak pernah merasa terbebani.
Ia senang, kepribadian Minghao cukup menarik baginya. Pemuda itu seperti bebrapa kepribadian dalam satu kesadaran. Mood swing yang unik, karena ia bisa saja tiba-tiba sedih padahal sebelumnya sedang sibuk mengomel. Jun anggap ia baru saja mengingat sesuatu yang menyedihkan yang berkaitan dengan amarah. Tapi bagaimana pun sikapnya, Jun akan selalu merasa pipinya menghangat. Minghao bahkan berusaha untuk melakukan semuanya sendiri dan ia pikir pemuda itu selalu meiliki hari yang berat.
KAMU SEDANG MEMBACA
B E S E S S E N H E I T [SOONHOON]
Acak[COMPLETE] Lee Jihoon merasa ia tak pantas dicintai, ia pikir ia terlalu buruk sehingga percaya tak seorangpun yang mencintainya. Bagaimana jika ia salah? Ternyata ada seseorang yang memperhatikan ia sejak lama dan mengetahui baik buruknya. Pangeran...