Senyum Wonwoo kian melebar begitu mendengar uacpan Soonyoung. Pemuda yang terkenal dingin nan cuek semasa SHSnya itu hanya manusia biasa. Manusia hanya merencanakan apa yang ia mau, tapi mereka tak bisa menghindari rencana Tuhan. 1% saja cukup untuk merusaknya dan Soonyoung tahu itu. Dalam pikirannya, Soonyoung pasti takut jikalau Tuhan sendiri tidak menyetujui rencananya. "Kau pasti khawatir."
"Tujuan utama Seungcheol adalah menghancurkan keluargaku sampai habis, dari Jihoon sampai anggota organisasiku. Ia sudah membunuhku, aku yakin ia tidak akan begitu waspada. Kalau membunuh Soonyoung semudah itu, maka membunuh yang lainnya pun tidak perlu banyak usaha, dia pasti akan berpikir seperti itu. Dengan begitu pun tidak mudah bagiku untuk membunuhnya." Jelas Soonyoung.
Wonwoo mengangguk paham, lantas berdiri dan melangkah ke arah dapur, "kau bilang kau akan melepaskannya, kan? Jihoon adalah orang yang berharga untukku, aku akan menyelamatkannya dan pastikan kau membuat misi yang tidak begitu berbahaya untukku." Ujar Wonwoo sembari menyiapkan teh untuk Soonyoung. Yah, ia pikir mereka bisa menikmati teh sambil membahas rencananya.
"Tenang saja, kau hanya perlu mengurus Jihoon dan aku akan membunuh Seungcheol. Tidak penting siapa yang akan mati, kau harus mengamankan Jihoon, dari Seungcheol ataupun dariku." Sahut Soonyoung.
Setelah beberapa menit berkutat di dapur, akhirnya Wonwoo kembali dengan dua cangkir teh yang telah ia siapkan sebelumnya. Ia kembali duduk di tempatnya dan menatap Soonyoung, "jadi apa yang harus kulakukan?"
"Baiklah, aku akan menjelaskan rencananya padamu. Kita akan bergerak sore ini dan kau akan pergi bersama bawahanku. Sekedar informasi, namanya Seungkwan dan dia juga bawahan Seungcheol, dia punya akses masuk. Tak perlu khawatir, dia di pihak kita. Kau bisa masuk dan keluar dengan bebas melalui rute yang sudah kupersiapkan, Seungkwan akan mengatasinya jika ada sedikit masalah." Soonyoung mengeluarkan selembar denah dan memberikannya pada Wonwoo, "itu adalah laboraturium, jadi bangunannya sedikit rumit."
Wonwoo menyesap tehnya sembari menatap denah bangunan yang diberikan Soonyoung, "kenapa Jihoon ada di laboraturium? Apa kakakmu memang dokter atau dia sepertimu?"
"Katakanlah dia sepertiku. Aku tidak menyangka ia akan membawa Jihoon setelah membunuhku, kuyakin ia sendiri tidak merencanakan itu. Waktu itu kurasa ia kebingungan dan akhirnya menjadikan Jihoon sebagai kelinci percobaan untuk mengembangkan racun." Jelas Soonyoung dan Wonwoo membuang napas ketika mendengarnya, "dia pasti gila."
"Ngomong-ngomong, kau daritadi bilang bahwa kakakmu membunuhmu. Jadi kau ini hantu atau bagaimana?"
○
"KI-110TL"
Seungkwan mendengus, "Aku tidak mengerti kenapa mereka senang menggunakan kode di jaman seperti ini."
"Astaga padahal kuharap organisasi tidak akan aktif sampai aku mati." Seungkwan menurunkan kaca mobilnya dan menatap bangunan apartemen di hadapannya. Vernon mengatakan bahwa ia harus bekerja sama dengan warga biasa, rekan yang ia pastikan akan merepotkannya. Pemuda itu lalu menoleh pada Vernon yang juga sedang menunggu Bosnya, pemuda itu menyandar di kop mobilnya sembari tersenyum menatap ke arah dirinya, "semangat untuk misi pertamamu."
Seungkwan menyeringai, "ini yang pertama dan yang terakhir. Aku tidak berniat untuk benar-benar bergabung." Ujarnya dan Vernon mengangguk paham, "aku tahu kau akan membohongiku. aku tahu kau tidak akan mau bergabung dengan kami. Tapi, sebentar lagi kau akan kehilangan pekerjaanmu, kau akan jadi pengangguran?"
"Ya. Hm, mungkin akan bekerja di kafemu, aku pandai membuat kopi."
"Aku akan menutupnya, aku tidak waktu untuk mengurusnya."
Seungkwan mendelik menatap Vernon yang masih tersenyum tipis menatapnya. Sial, sepertinya pemuda itu serius untuk menutup kafenya. Lalu apa yang harus ia lakukan setelah ini? Melamar kerja di tempat lain akan sangat merepotkannya. Haruskah ia menjadi pembunuh bayaran? Dirinya adalah penembak jitu, sayang jika bakatnya tidak digunakan.
"Kalian masih perlu waktu untuk berbincang?"
Seungkwan menoleh dan menemukan pemuda bersurai hitam yang melemparkan tatapan ke arah dirinya dan Vernon. Pemuda pemilik mata sipit yang tajam dan penuh intimidasi. Dia adalah Soonyoung, Bosnya saat ini. Seungkwan juga menemukan seorang pemuda berwajah emo yang sedari tadi berdiri di belakang Soonyoung, menatapnya dengan tatapan datar.
"Hei, kau Wonwoo? Aku rekanmu, Seungkwan. Masuklah ke mobil, kita bisa berangkat ke lokasi sekarang." Seru Seungkwan, sontak membuat Wonwoo sedikit terkejut karena ia berteriak di depan Bosnya. Melihat itu membuat Soonyoung menyeringai tipis dan Vernon hanya dapat menahan senyum. Pemuda itu benar-benar sesuatu. Pemuda bermata sipit itu lalu masuk ke mobilnya dan diikuti Vernon.
TRIING!
Sebuah pesan masuk ke ponsel Seungkwan tepat setelah Wonwoo duduk di sampingnya. Itu pesan dari Vernon dan rasanya Seungkwan ingin turun lagi dari mobil guna dapat memukul kepala pemuda tampan itu ketika membaca pean tersebut.
'Kau tak perlu mencari pekerjaan dan jadilah pngangguran, hanya membuatkan kopi untukku setiap pagi dan aku akan menafkahimu.'
Wajah Seungkwan sudah merah total, ia bahkan tak bisa menahan senyumnya. Hendak membalas pesan Vernon sebelum Wonwoo menginterupsi, "astaga, kau masih ingin membalasnya? Kau bilang kita bisa berangkat sekarang."
Seungkwan berdecak sebal, tapi tak membalas ucapan Wonwoo. Ia pun akhirnya menginjak pedal gas meninggalkan area apartemen. "Laboratorium tersebut berada di bagian kota yang berbeda. Jika dari sini, jaraknya akan lebih jauh di bandingkan markas utama. Jadi unit lain akan menyerang terlebih dahulu sehingga kita tidak akan menarik perhatian mereka yang di markas utama."
"Kudengar kita akan menyelamatkan sahabatmu yang bernama Jihoon itu. Astaga, padahal beberapa waktu yang lalu, aku dan bawahanku hampir membunuhnya dan sekarang kita justru menyelamatkannya." Imbuh Seungkwan sembari terkekeh, mencoba untuk memecahkan kesunyian dalam mobil, tapi pemuda berwajah emo itu justru hanya berdeham tak menunjukkan ketertarikan.
Seungkwan tertawa hambar dalam hati. Pemuda yang menyebalkan, batinnya. Beberapa saat keadaan mobil masih sunyi dan Wonwoo akhirnya sadar bahwa tadi Seungkwan sedang mencoba untuk menghilangkan kecanggungan. Wonwoo menggerutu dalam hati, mengutuk dirinya yang tidak peka, ia bahkan tidak mendengarkan apa yang Seungkwan katakan. "Oiya, jadi kenapa kau ikut dalam rencana ini padahal kau adalah bawahannya Seungcheol?"
"Hoo, itu bukan urusanmu."
"Tapi karena kau rekanku malam ini, maka akan aku jelaskan. Jadi aku sudah lama ingin membunuhnya, karena dia sudah membantai keluargaku yang harmonis. Tapi aku tidak pernah bisa membunuhnya karena ia menanam chips di tubuhku, jika ada pengkhianatan, dia akan langsung membunuhku." Jelas Seungkwan sembari tersenyum tipis.
"Akhirnya aku meminta ke organisasi ini untuk mencabut chips tersebut. Ternyata komponennya begitu rumit sehingga mereka tidak bisa melakukannya dalam waktu singkat. Kalau begitu, aku hanya menunggu chips itu meledak. Jadinya, mereka mengubah sistemnya dengan chips lain dan mereka akan mengangkatnya jika keadaannya sudah lebih aman."
"Aku berniat untuk membunuh orang itu dengan tanganku sendiri, tapi itu tidak masalah. Hanya bergabung dalam rencana ini dan membiarkan Seungcheol terbunuh oleh Soonyoung sudah membuatku senang.' Tambahnya sembari melirik tangannya yang diperban,. Wonwoo ikut menatap tangan Seungkwan, "kau tidak berbohong, kan?"
"Disini mereka menggunakan insting, itu teknik yang efektif untuk orang asing sepertiku." Jawab Seungkwan seadanya. Wonwoo mengangguk paham, ia lalu menoleh ke belakang begitu ia merasakan ada beberapa mobil yang mengikuti mobil yang ditumpanginya. "Itu bawahanku, kau tidak perlu khawatir. Itu artinya kita akan segera sampai."
To Be Continued
○
Hai, maaf ya, aku ada hal yang harus diselesaikan terlebih dahulu.
Aku mau fyi juga, jadi...
KI-110TL = ini hangul dari Jihoon
T10-KT5 = ini hangul dari Seungcheolyah, aku modif-modif sedikit sih ehe
udah itu aja, makasih ya^^
○
Wednesday, 30 December 2020
KAMU SEDANG MEMBACA
B E S E S S E N H E I T [SOONHOON]
Rastgele[COMPLETE] Lee Jihoon merasa ia tak pantas dicintai, ia pikir ia terlalu buruk sehingga percaya tak seorangpun yang mencintainya. Bagaimana jika ia salah? Ternyata ada seseorang yang memperhatikan ia sejak lama dan mengetahui baik buruknya. Pangeran...