C H A P T E R 7

3.1K 469 9
                                    

"Aku tidak percaya."

Bagaimana ia bisa percaya sedang orang-orang menatapnya seperti kotoran, ia dibenci, tidak dipedulikan, seakan dirinya tidak pantas untuk dicintai. Bagaimana ia bisa percaya Soonyoung selalu memperhatikannya? Menaruh keedulian padanya? "Ia lakukan semua ini untukku? Lalu apa ia sadar bahwa semua ini hanya menyakitiku?" mata pemuda itu semakin mengilat dan pandangannya buram. Otaknya menolak untuk percaya, teringat pandangan orang-orang sekitar terhadapnya.

"Dia sadar, tapi ia tak dapat berhenti. Coba pikirkan, Jihoon, kau tidak akan rugi jika kau tinggal disini dan menikah dengan Kak Soonyoung. Dia tidak akan membiarkanmu terluka lagi dan tidak akan ada yang membuangmu. Bagaimana jika kau berada di luar? Kau pikir ada yang dapat menerimamu?" Tanya Yeji. "Tentu saja ada! Kalau tidak orangtuaku, Wonwoo pasti sedang mencariku. Mereka pasti mencariku."

"Kau yakin?"

"Kau bahkan hampir membunuhnya." Imbuh Yeji yang dimana membuat lidah Jihoon kelu seketika. Mendadak meragukan ucapan yang baru saja keluar dari belah bibirnya. Dalam hati bertanya apakah yang ia katakan benar? Apakah mereka benar-benar mencarinya? Bagaimana jika tidak? Bagaimana jika mereka benar-benar tidak peduli dengan keberadaannya? "Kau bisa kembali ke kamar sekarang, Jihoon?" Tanya Yeji dan pemuda mungil itu mengangguk lemah, berjalan kembali menuju kamar Soonyoung dengan mata kosong menatap lantai marmer yang mengilat. Pemuda itu menangis dalam hati, rasanya ia sudah kehabisan air mata hingga tak mampu untuk mengeluarkannya lagi.

Jihoon baru akan memasuki kamarnya sebelum suara dering telepon menginterupsinya. Ia menoleh ke arah meja nakas, asal suara dering telepon itu berasal. Ia pun mendekat dan membuka laci teratas. Mata semi sipitnya mengerjap lucu tatkala ia temukan ponselnya dalam laci tersebut, menyala dengan nomor tak dikenal yang terus memanggil. Pemuda itu meraih ponselnya dan menjawab panggilan tersebut, "halo?"

'Pagi, Jihoon. Sepertinya kau menggunakan jam alarmmu dengan baik hingga dapat terbangun di pagi buta seperti ini' terdengar suara Soonyoung dan itu sukses membuat Jihoon memaki dalam hati, sama sekali tidak berniat menyahut ucapan yang pemuda itu lontarkan. Terdengar suara helaan napas dari sebrang telepon, 'bagus, Jihoon. Kurasa kau memiliki bakat yang cocok untuk organisasiku, mengingat kau bisa membuat anggota eksektif lengah dan berhasil melukainya dengan mudah.' Jihoon berdecak, ternyata kejadian bebrapa menit yang lalu sudah sampai di telinga pemuda itu. 'Aku akan tiba di ru—'

TUTS!

"Sialan." Umpat Jihoon setelah memutuskan sambungan telepon. Ia kesal, ia benci dikekang, tak boleh ini, tak boleh itu, hanya makan dan tidur dalam kondisi yang tak menguntungkannya. Jihoon baru saja akan kembali ke kamarnya sebelum sebuah ide terlintas di benaknya. Kejadian tadi di pintu depan membuatnya sedikit pusing dengan pikiran negatif yang menghantuinya dan ia ingin mencari tahu jawaban yang tepat. Bolehkah Jihoon berharap apa yang dikatakan Yeji itu salah? Bolehkah ia berharap orangtuannya benar-benar mencari dirinya?

Dengan tangan yang bergetar, Jihoon menekan sebuah kontak dan melakukan panggilan. Perlahan ia mendekatkan benda pipih tersebut ke telinganya. Selang beberapa detik, terdengar suara dari sebrang telepon, 'halo?'

'Kenapa kau tidak pulang, huh?' imbuh lawan bicaranya. Jihoon menggigit bibir bawahnya, gugup serta mendadak bingung dengan apa yang harus ia katakan. Pemudaitu menarik napas dalam dan membuangnya perlahan, "Ibu, aku diculik dan tak dapat pulang ke rumah. Bisakah kau memanggil polisi untuk menolongku, Bu?" Tanyanya pelan. Berharap ibunya benar-benar mengkhawatirkannya dan segera meminta bantuan.

'Kenapa aku harus percaya dengan orang sepertimu?' Jihoon terdiam dan ia pikir jantungnya berhenti berdetak selama beberapa detik, sesak dan sakit. 'Kau tak perlu berbohong! Kalau kau memang ingin pergi dari rumah, silahkan saja. Aku tidak akan melarangmu. Aku tidak peduli kau akan bermain dengan pria mana dan akan seperti apa. Aku tidak peduli karena aku tidak menganggapmu sebagai anakku lagi!'

B E S E S S E N H E I T [SOONHOON]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang